Selasa, 10 Jumadil Awwal 1447 H / 28 Mei 2013 20:40 wib
  7.281 views
								
							
								
								Menyobek Sejarah Islam
								

 
Kaji Karno
 Budayawan, tinggal di Pasuruan, Jawa Timur
 
 Dalam buku-buku sejarah, penemuan ilmu pengetahuan dimulai dan  dipelopori Barat pada masa renaisans abad 15. Sebelum itu, tulis Lecomte  du Nouy, sains terutama astronomi, kemudian fisika, dan biologi  mengenyampingkan pandangan-pandangan mistik yang melandasi doktrin  gereja mengenahi asal-usul dan pra sejarah bumi. Sehingga membuat marah  otorisasi gereja, dan gereja berperang terus menerus melawan sains.  Kasus Galileo adalah contoh konkrit bentuk perlawanan gereja terhadap  sains. 
 
 Departemen Curia Roma, organ administrative Paus, sebagai penguasa  tertinggi gereja Katolik Roma pada tahun 1616 telah mengundangkan sebuah  dekrit bahwa tesis heliosentris dalam astronomi secara formal dianggap   klenik, takhayul, bid’ah, dan khurafat, dan pada tahun 1663 melalui  badan penelitian  the Holy Office gereja memerintahkan menghukum Galileo (Charles Journet dalam Thomas E O’Dea, ‘Sosiologi Agama, 1996).    
 
 A.C. Crombie membuat kesimpulan bahwa perkembangan teknologi yang terus  menerus sejak tahun 1300, kaum Kristen Barat banyak menggunakan  teknik-teknik, baik yang tidak diketahui maupun belum berkembang sejak  di kerajaan Romawi. Menjelang tahun 1500 negara yang paling maju di  Barat telah mencapai pengetahuan dibidang teknik yang jelas lebih tinggi  dibanding masyarakat yang lebih awal. Filosof Perancis, Rene Descartes  (1596-1650) menegaskan bahwa sains akan menjadikan manusia “tuan  sekaligus pemilik alam” Manusia modern, kata Descartes, mengembangkan  ‘mentalitas pemecahan masalah’ yang merupakan awal proses sekularisasi.   
 
 Marilah kita sapu ‘debu-debu sejarah’  itu.
 
 Ibnu Haitam sebagai seorang dokter ahli mata, menulis deskripsi anatomic  mata yang benar untuk pertama kali. Pada tahun 1000 masehi, di Baghdad  seorang dokter  mata yang bernama Al Maswili dapat menyembuhkan katarak  yang disedot dengan  jarum  bolong.  Operasi semacam itu baru dapat  dilakukan di Barat pada tahun 1846 oleh dr. Blanchet.
 
 Ibnu Navis, pensyarah Ibnu Sina (dan meninggal pada tahun 1288), telah  menemukan sirkulasi darah 400 tahun sebelum Harvey dan 300 tahun sebelum  Michel Servet. Ibnu Al Kuff memberikan deskripsi tentang kapilaires  yang hanya dapat diselidiki oleh Malphigi dengan miskroskop pada tahun  1600, yakni tiga abad kemudian.
 
 Vaksinasi anti cacar dengan incision (membuka kulit) untuk memungkinkan  masuknya sedikit kotoran postula yang kena virus (virulent) telah dipraktekkan oleh orang Arab-Islam 10 abad (1000 tahun) sebelum Jenner.
 
 Ahli bedah dari Andalus, Aboul Qosim (meninggal pada tahun 1013)  menyelidiki TBC tulang punggung 750 tahun (7 setengah abad) sebelum  Percival Pott (1713-1788) yang mempraktekkan penyambungan pembuluh darah  pada waktu amputasi 600 tahun sebelum Abroise Pare (1517-1590). Aboul  Qasim juga menciptakan alat-alat operasi yang baru bagi dokter-dokter  mata, dokter gigi dan ahli-ahli bedah.
 
 Pengaruh Islam tidak hanya terasa dalam  buku-buku hukum. Adalah sangat  menarik perhatian bahwa dalam suatu benteng orang-orang salibiah di  Palestina, dokter-dokter Arab-Islam  sesudah pertempuran datang ke  tempat-tempat orang-orang Kristen untuk merawat tentara yang luka.  Dokter-dokter tersebut terkenal dengan keahliannya. Semangat ksatria  dari Salahuddin yang mengusir kaum salibiah menjadi lagenda, dan budi  pekerti prajurit-prajurit Barat yang kebanyakan masih bersifat barbar  menjadi halus karena bergaul dengan musuh-musuh mereka yang beragama  Islam. Baik di tanah suci Palestina, maupun di Sicilia,  prajurit-prajurit dari kelompok Jerman memerlukan  ziarah ke istana  Kaisar Frederic II de Hohenstaufen yang terkenal dengan kekagumannya  terhadap kebudayaan Arab Islam.  
 
 Dari abad ke-9 pelaut-pelaut Muslim mengarungi Samudera India. Pada abad  10, yakni 300 tahun sebelum Marcopolo (1254-1324), pedagang Arab  bernama Sulaiman, memberi gambaran tentang negeri Cina. 250 tahun  kemudian Laksamana Ceng Ho melakukan ekspedisinya pada tahun 1405 M,  dan  pelayaran itu diilhami oleh pelaut-pelaut Islam. Laksaman Ceng Ho  terkejut ketika singgah di kota-kota pesisir Jawa bahwa ternyata  komunitas Cina Muslim telah lama menetap di kota-kota pesisir Utara  Jawa, diantaranya di kota Pasuruan. Hal inilah yang dapat menjelaskan  bahwa akibat dari penemuan-penemuan ilmuwan Muslim tentang astronomi,  navigasi, kompas pada abad 9 memungkinkan komunitas Islam, Hindu, Budha  singgah dan membentuk sebuah kota-bandar yang kemudian dikenal dengan  Pasuruan, dan Laksaman Ceng Ho memberi nama Yang Wang (Kaji Karno, ‘Yang Wang: Pasuruan Kota Multikultural, 2008).
 
 Ibn Batutah (1304-1356) seorang pemikir yang luas dan seorang pengembara  yang besar, mengelilingi negara-negara Arab dari Timbuku  sampai  Bukhara, kemudian lewat Afganistan dan India, untuk sampai ke Ceylon,  dan  negeri Cina di Kanton. Buku memoarnya menunjukkan hal-hal yang  menakjubkan.
 
 Di istana Raja Roger II dari Sicilia (walaupun pulau tersebut sudah  diambil kembali dari tangan orang-orang Arab), seorang ahli geografi  yang bernama Idrisi (lahir di Kalkuta tahun 1101) menulis karangannya,  Liver de Roger (Kitab Raja Roger) dengan peta-petanya. Buku tersebut  merupakan deskripsi yang paling lengkap tentang dunia abad pertengahan,  dan memberikan konstribusi besar terhadap pelayaran orang-orang Sicilia  secara langsung dan kepada orang-orang Sicilia dan kepada orang-orang  Catalan dan Portugis dengan melalui orang-orang Genoa secara tidak  langsung.
 
 Peta-peta tersebut didasarkan atas penetapan matematika tentang garis  melintang, garis bujur, dan hal ini merupakan suatu sistem  proyeksi  yang mendahului sistemnya Marcator ahli geografi 500 tahun  kemudian dan  juga merupakan penyelidikan tentang ‘precicion’ (penerapan) dalam  memberi batasan kepada gambar-gambar tepi sungai dan tempat mengalir  airnya.  
 
 Ibn Majid anak dari keluarga penunjuk jalan bagi kapal-kapal, lahir kurang lebih tahun 1430, menulis buku Liver sur les principes de la nautique et les regles (Prinsip-prinsip  Ilmu Pelayaran dan Aturan-aturannya). Ia dijuluki ‘singa prahara’, yang  telah menunjukkan jalan pada armada Portugis yang dipimpin oleh Vasco  de Gama, dari Melende di Pantai Afrika ke Calcutta pada tahun 1498.  Vasco de Gama sendiri menganggap Ibn Majid sebagai kekayaan besar yang  terpendam. 
 
 Allah Swt menjadikan manusia sebagai khalifah di atas bumi yang  bertanggung jawab tentang keharmonisannya dan bertanggung jawab pula  untuk menjadikan bumi itu lebih layak sebagai ciptaan Allah serta  menjadikannya tempat-tempat yang dapat dihuni manusia. Taman Persia atau  Andalus merupakan suatu citra yang masih dapat disaksikan di Isfahan,  Shiraz, atau Al Hambra dan Istana Granada.   
 
 Pada abad ke –16, seorang insinyur Itali bernama Jeranello Turriano  mengadakan penyelidikan di Toledo tentang karya-karya hidrolik  orang-orang Islam yang didasarkan atas tekanan air dan udara yang  dipergunakan untuk membikin air mancur, menaikkan air untuk irigasi,  untuk penggilingan-penggilingan gandum dan juga untuk musik otomatik.  Penemuan-penemuan orang Islam tersebut kemudian pada abad ke-17 menjadi  dasar bagi Torriceli di Italia untuk menciptakan barometer, dan bagi  Vaucanson di Perancis untuk menciptakan alat-alat otomatik.    
 
 Begitu juga karangan Al Jazari tentang mesin-mesin pada abad ke-8 jauh  lebih maju dari buku Mekanika karangan  Heron dari Iskandaria pada abad  I, dan Pneumatik, karangan  Philon di Benzantium pada abad ke-2. Buku  tersebut di baca oleh Leonardo de Vinci yang memuat pokok dari konsepsi  mekanik.
 
 Salah satu dari tokoh-tokoh ilmuwan Muslim adalah Ibn Khaldun  (1332-1406). Ia memiliki pemikiran yang universal sebagai ilmuwan,  seniman, negarawan, ahli hukum, dan seorang filosof. Pada abad ke-14 ia  menulis suatu karangan yang sangat penting tentang sejarah dan kebesaran  serta dekadensi kebudayaan. Ketika ia mempelajari dasar-dasar kekuasaan  atau asal-usul dinasti-dinasti, ia menunjukkan suatu kemahiran yang tak  dapat diatasi oleh Machiavelli, dalam bukunya Prince seratus tahun  kemudian. Dan ketika ia menjelaskan metoda sejarah untuk dijadikan dasar  bagi sejarah yang ilmiah (bukan dongeng khayal), dengan sebab-sebab dan  penjelasan, 400 tahun kemudian diadopsi oleh Montesquieu (1689-1755)  ketika menulis Esprit des Lois (Jiwa perundang-undangan), dan 800 tahun  kemudian gaya penulisan sejarah Ibn Khaldun digunakan oleh sejarahwan  Perancis Dennys Lombard pada abad ini. 
 
 Pada waktu Barat hanya menemukan chroniqueurs (penulis  catatan-catatan) yang melukiskan kejadian-kejadian, Ibn Khaldun menulis :  “dengan melalui pintu sebab-sebab umum dalam mempelajari kasus-kasus  yang khusus, saya memutuskan untuk menulis sejarah manusia dengan cara  eksplikatif. Saya menerangkan kejadian-kejadian politik dengan  sebab-sebabnya dan asal-usulnya. Penyelidikan yang saya lakukan dalam  mempelajari hal-hal tersebut merupakan ilmu yang baru” (Ibn Khaldun, Muqaddimah).  
 
 Dengan mengaitkan pengamatan pribadi sebagai seorang negarawan kepada  pemikiran teoritis, ia menunjukkan pengaruh iklim, geografi dan keadaan  ekonomi terhadap kehidupan bangsa-bangsa. Ia mempelajari struktur  masyarakat, bertitik tolak dari pembagian pekerjaan. Ia adalah penemu  pertama formulasi tentang materialisme sejarah yang komprehensif. Yang  membedakan Ibn Khaldun dengan Machievelli, Montesqieu atau Karl Max  adalah: ‘Fikiran yang sintetik mencari dibelakang fenomena yang tampak,  kehidupan yang memberi makna kepada fenomena tersebut. Sejak halaman  pertama dari Muqaddimahnya, Ibn Khaldun mencela penulis yang hanya  melihat ‘hikayat’ atau ‘fakta-fakta’ yang belum diolah. Sejarah bagi Ibn  Khaldun adalah, menerangkan pembaca bagaimana dan mengapa  peristiwa-peristiwa itu terjadi sebagaimana yang ada’.
 
 Sejarah dalam perspektif Islam dan  ilmiahnya Ibn Khaldun tidak hanya  dari sebab dan kondisi, dari zaman yang lampau dan dari dorongan tetapi  juga dari proyek manusia, dari tujuan yang partial, dari seruan dan  kejutan Ilahi, dari agama yang melemah, hancur atau berjaya. Itulah  sejarah dalam keseluruhannya, karena itulah manusia.  
 
 Orang Barat hanya mengakui ilmu kedokteran adalah salah satu dari  bunga-bunga sains Islam tanpa menggaris bawahi lebih dulu, sebagaimana  halnya dengan ilmu-ilmu lain.
 
 Kedokteran Islam menitikberatkan kepada pencegahan. Ketentuan berwudhu,  serta kebersihan jasmani, menjauhkan diri dari alkohol, dan puasa telah  mendorong  munculnya buku ilmiah tentang peraturan makanan di Andalusia  Islam pada abad ke-12, yaitu le Liver de la diete (Buku tentang Diet)  karangan Marwan bin Zuhri. 
 
 Sesungguhnya, ilmu kedokteran Islam merupakan warisan dari masa lalu. Di  Goundichpour, semenjak akhir abad ke-3, banyak berkumpul tabib-tabib  dari India, Iran dan Mesir. Sesudah tahun 489, ketika sekolah di Edessa  di Mesopotamia ditutup, tabib-tabibnya di terima di Goundichpour. Di  situ pula ilmuwan-ilmuwan dan filosof-filosof dari Athena mendapat suaka  ketika mereka diusir oleh Kaisar Yustinian pada tahun 529. 
 
 Sebaliknya gereja Kristen sebelum reformasi Cluny (awal secularism;  pemisahan gereja dari kehidupan publik) gereja menghalang-halangi  perkembangan  ilmu kedokteran. Pada tahun 1215, dalam Konsili Latran,  Paus Innocent III mengambil keputusan: “Dengan ancaman hukuman  eks-komunikasi (dikeluarkan dari Jemaah Kristen) tiap tabib dilarang  menyantuni orang sakit, jika orang sakit itu sebelumnya tidak melakukan  pengakuan dosa. Karena penyakit adalah akibat dari dosa”.
 
 Karena keadaan  kepercayaan seperti itu, selama kurang lebih 600 tahun  yang lalu fakultas kedokteran di Paris hanya mempunyai naskah yang  meringkaskan semua ilmu kedokteran di dunia, dari semenjak zaman purba  sampai tahun 925. Naskah tersebut adalah karya ilmuwan Muslim, Ar Razi.  Oleh karenanya patung Ar Razi dan Ibn Sina didirikan di muka amphiteater  di jalan Saints Peres, di Universitas Sorbonne.
 
 Ensiklopedia besar tentang  kedokteran karangan Ar Razi (865-925) yang  di Barat dinamakan Continens, merupakan satu-satunya buku ilmiah yang  pengaruhnya meluas selama 1000 tahun. Karangan Ar Razi tentang cacar dan  gabag (variole) yang ditulis pada permulaan abad 10, telah  dicetak ulang 40 kali dari tahun 1498 sampai 866. Selama kurang lebih  1000 tahun, sampai munculnya tabib Perancis Claude Bernard, karangan Ar  Razi yang disalin dalam bahasa latin oleh Farragut pada tahun 1279 atas  perintah raja Charles I dari Anjou, telah mempengaruhi ilmu kedokteran  seluruh bangsa di Barat. 
 
 Pengaruh Ar Razi tersebut masih dikalahkan oleh pengaruh Ibnu Sina  (Avicenne), yang dilahirkan dekat Bukhara pada tahun 980 dan meninggal  di Hamadan pada tahun 1037. Karyanya, Al Qanun fit Thibbi, disalin ke  dalam bahasa Latin oleh Gerard de Cremone , sampai pada zaman  renaissance tetap merupakan Ensiklopedia Kedokteran besar, oleh karena  klasifikasinya yang jelas tentang penyakit-penyakit serta penyelidikan  yang sistematis tentang gejala-gejalanya. Metode diagnostik tentang  radang lever, pneumonia abses hati dan peritonite tetap merupakan metode  yang klasik selama 800 tahun. 
 
 Pengaruh jiwa terhadap fisik juga diperhatikan. Ibn Sina menulis “Kita  harus memperhatikan bahwa salah satu cara yang terbaik untuk mengobati  orang sakit, salah satu yang paling mujarab adalah memperbesar kekuatan  mental dan psychic si sakit, mendorongnya untuk berani melawan  penyakit, menciptakan lingkungan yang baik di sekitarnya,  memperdengarkan musik yang indah dan menghubungkannya dengan orang-orang  yang disukai. Disamping prinsip tersebut, sangat penting untuk  menjauhkan orang sakit dari menderita ahli-ahli bedah Muslim  mempraktekkan anesthesic dengan ‘air hasyisy’, ‘verce’ atau ‘juscuiame’.  Gangguan mental diobati dengan obat tidur  yang dibuat dari opium, dan  kopi dipakai sebagai stimulan jantung.
 
 Darwin dalam karangannya Descendance de l’homme (asal-usul  manusia), memasukkan manusia dalam system alam yang terjadi, sebagai  jenis binatang lain dari pemilihan-pemilihan (seleksi) alamiah. Dari  semenjak manusia tidak meiliki tujuan yang lebih jauh dari hidupnya di  dunia, kekuatan dan keberhasilan  menjadi satu-satunya ukuran tentang  kebenaran dan kemajuan.
 
 Pemikiran filsafat dalam Islam tidak melihat evolusi manusia dalam arah  horizontal lurus, akan  tetapi dalam  kenaikan ke atas. Masa lalu bukan  di belakang kita akan tetapi di bawah kaki kita. Oleh karena itu maka  sains dan teknik , yang bertujuan yang lebih tinggi, tidak mungkin  menjadi tujuan ‘an sich’ sebagai yang terjadi di dunia Barat.
 
 Adalah sangat berarti ketika Khalifah Harun Al Rasyid (786-809) merebut  Ankara, dan ketika Khalifah Al Makmun (814-833) meraih kemenangan atas  Kaisar Romawi Timur, Michel III, kedua orang tersebut tidak menuntut  ganti kerugian perang kecuali penyerahan manuskrip-manuskrip kuno. 
 
 Orang-orang Islam belajar dari orang Cina tentang teknik membuat kertas.  Pabrik kertas pertama kali didirikan di Baghdad pada tahun 800. (1000  tahun kemudian budayawan Jawa Ronggowarsito masih menggunakan daun  lontar). 
 
 Perpustakaan tumbuh dengan subur diseluruh negeri-negeri Arab. Khalifah  Al Makmun, pada tahun 815 mendirikan ‘Baitul Hikmah’ di Baghdad yang  berisikan satu juta buku. Pada tahun 891, seorang pengembara menghitung  lebih dari 1000 perpustakaan umum yang berserak di Baghdad.
 
 Stagnasi ilmiah yang terjadi di Barat yang beragama Kristen pada  dasarnya terjadi karena kecurigaan mereka terhadap alam yang tak dapat  dipisahkan dari Tuhan (Roger Garaudy, ‘Promesses de L’Islam’, 1985). 
 
 Dengan konsepsi yang semacam itu tentang hubungan antara manusia, alam,  dan Tuhan, tidak mengherankan jika agama Kristen terus menerus  menunjukkan perlawanan yang ‘kalah’ terhadap sains. Patriarch Theophile  meminta kepada Kaisar Theodose agar menutup akademi besar yang terakhir,  yaitu Serapeion dan membakar perpustakaannya yang besar. Pada tahun  600, perpustakaan Roma dibakar. Membaca buku –buku klasik (sastra kuno)  yang mempelajari matematika dianggap kafir (pagan), murtad (heretic),  bid’ah, dan khurafat. Di zaman ini, ada sebagian Muslim yang  mengharamkan sastra, bersikap obskurantisme, dan mengkafirkan  ‘penyair’.         
 
 Sikap yang semacam  itu berlangsung dengan pembakaran-pembakaran yang  terjadi sesudah orang Islam diusir dari Spanyol. Kebencian terhadap ilmu  pengetahuan diteruskan dengan membakar buku yang ditulis oleh bangsa  Maya oleh Uskup Diego de Landa.
 
 Halaman sejarah yang tersobek berisi tentang tidak dipisahkannya  lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian, baik mengenahi observatoir  pertama kali didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah Amawi  Abdul Malik atau mengenahi rumah-sakit-rumah sakit yang juga merupakan  fakultas kedokteran sudah sepantasnya kita kumpulkan dan direkonstruksi  kembali.
 
 Di luar dunia Islam, fakultas-fakultas kedokteran yang besar, baik yang  termasyhur seperti fakultas kedokteran di Salerno Italia, atau fakultas  kedokteran Bolone atau Mont Pellier, semuanya didirikan dengan meniru  system Islam dan mendapat pengaruh dari system pendidikan cara Islam. 
 
 Setelah meniup debu-debu sejarah, dan tidak ada lagi fakta sejarah yang  ‘disembunyikan’ maka kita akan terkejut bahwa universitas-universitas di  Eropa, seperti Universitas Paris, Universitas Oxford, semuanya  didirikan menurut model Islam.
 
 Orang Kristen memperoleh kemajuan karena memisahkan agamanya, orang  Islam mengalami kebodohan karena meninggalkan agamanya.
 
 Pasuruan, 15 Mei 2013
 
		
								
								
								Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!