Selasa, 28 Jumadil Akhir 1446 H / 3 Agutus 2010 17:25 wib
2.218 views
PUASA DAN ARISAN BOM GAS
Saat Suara Islam edisi 95 - 6 Agustus 2010 ini sampai di tangan pembaca, Bulan Suci Ramadhan 1431 H, tinggal beberapa hari saja datang dan dimasuki umat Islam di seluruh dunia. Muhammadiyah dengan metode Hisab sudah mengumumkan tanggal 1 Ramadhan 1431 H akan jatuh pada (bersamaan dengan) 11 Agustus 2010. Setiap Muslim niscaya harap-cemas dengan datangnya Bulan Pengampunan ini, dan selalu memohon kepada Allah Swt, agar bisa mereguk kenikmatan dan berkah Ramadhan. Datangnya Ramadhan selalu didambakan setiap Muslim.
Namun datangnya Ramadhan beberapa tahun terakhir, selalu diiringi dengan suasana carut-marut di tengah masyarakat dan bangsa Indonesia. Tahun lalu menjelang datangnya Ramadhan umat Islam justru dikagetkan dengan keterangan pers Kadiv Humas Polri Irjen Pol. Nanan Soekarna , bahwa dakwah Islamiyah akan diawasi secara ketat. Pernyataan ini, awal Ramadhan tahun lalu sangat menggegerkan dan segera dibantah oleh Kapolri Jendral Bambang Hendarso Danuri. Namun isu sudah beredar lebih dulu meluas, ketika Pangdam IV Diponegoro Jawa Tengah, Mayjen TNI Haryadi Soetanto, menyatakan : “Orang berjubah, bersorban, diindikasikan teroris,” menyusul aktifis dakwah berjenggot dan bercelana ngatung ditangkapi di Jawa Tengah dengan tuduhan teroris. Keterangan Polri dan Pangdam Jawa Tengah seperti itu, menjadi ironis justru dikemukakan di era reformasi yang konon kehidupan dalam segala hal demokratis ini.
Selalu mengiringi datangnya Ramadhan lebih sepuluh tahun terakhir, niscaya naiknya harga-harga barang kebutuhan pokok. Setahun sekali, dunia usaha khususnya retail melalui berbagai super market selalu menghadang umat Islam dengan kenaikan harga-harga barang pokok berlipat-lipat kali. Ini menjadi ritual tahunan mengeduk keuntungan bertumpuk-tumpuk untuk menutup kerugian sepanjang tahun. Yang jadi korban tentu saja umat Islam.
Ramadhan 1431 H-Agustus 2010 ini, beban masyarakat dan umat Islam berkali-kali lebih berat dibandingkan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Sebagai gambaran kenaikan harga kebutuhan pokok ini dengan berita hebohnya kenaikan harga cabai keriting, menjelang Ramadhan yang mencapai Rp 50.000/Kg. Kenaikan lebih empat kali lipat ini bagai menempatkan cabai menjadi “komandan” kenaikan semua barang-barang kebutuhan pokok, yang segera mengikuti naik drastis, mulai telor, minyak, gula dan seterusnya. Masyarakat tentu saja menjerit, apalagi kemampuan financial mereka baru saja dikuras habis-habisan pada bulan sebelumnya, Juli, bersamaan dengan tahun ajaran baru, para orang tua harus membayar biaya sekolah anak-anaknya, dengan segala cara. Lagi pula barang-barang di pegadaian pun belum sempat ditebus. Kenyataan pedih ini masih ditambah ancaman serenceng berbagai kebijakan pemerintah belakangan ini yang hari-hari ini belum dirasakan langsung dampaknya. Kebijakan itu antara lain : kenaikan tarif STNK dan perpanjangan SIM motor, Kenaikan Tol, juga kenaikan TDL (Tarif Daftar Listrik) yang menjadi polemik dan hanya membuat rakyat semakin bingung. Apalagi kemudian Presiden SBY di Mataram NTB, 27 Juli 2010 mencanangkan Indonesia Bebas Pemadaman Listrik Bergilir. Rakyat tanda tanya, apakah pencanangan seperti ini sekadar Lip-Service, tebar pesona belaka. Apa gunanya listrik bebas pemadaman jika rakyat tidak punya sambungan aliran listrik. Harian Kompas hanya beberapa hari sebelum pencanangan SBY-- Indonesia Bebas Pemadaman Listrik Bergiliran—itu, memuat berita foto dari Kupang NTT, yang mengabarkan adanya satu daerah di NTT yang telah dipasang tiang-tiang liastrik lengkap dengan kabelnya, selama beberapa tahun terakhir, namun tiang itu tak kunjung mendapat aliran listrik dari PLN. Tinggallah tiang-tiang listrik itu bagai monumen belaka. Penduduk Indonesia yang kini masih belum bisa menikmati listrik jumlahnya masih terbilang hampir separuhnya.
Berulangkali pemerintahan SBY mengumumkan sesuatu yang seolah-olah telah membuat prestasi dan meringankan rakyat Indonesia, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Seperti klaim-klaim pemerintah SBY telah berhasil menaikkan prestasi pendidikan di Indonesia dan dengan bangga diumumkan kini APBN bidang pendidikan mencapai 20%. Program bantuan pendidikan buat Si Miskin pun diluncurkan seperti BOS. Logikanya rakyat kini tidak kesulitan di bidang pendidikan. Tapi apa yang terjadi, sungguh terbalik dari kabar suka-cita pemerintah itu. Ongkos pendidikan kini semakin mahal setinggi langit. Sekolah-sekolah negeri—yang di masa silam murah-- pun harus membayar belasan juta untuk tingkat SMP dan SMA. Malah perguruan tinggi negeri favourit seperti UGM dan UI mematok pembayaran sampai ratusan juta untuk fakultas kedokteran.
***
Kegalauan masyarakat khususnya umat Islam memasuki bulan Ramadhan sebenarnya bertumpuk-tumpuk—selain harga-harga yang naik-- dan belakangan ini menjadi berita yang sangat menakutkan, yakni soal : Tabung Gas yang hampir tiap hari meledak di mana-mana. Sungguh ngeri membayangkan berbagai kasus meledaknya tabung gas di rumah-rumah penduduk. Berita televisi setiap hari menyuguhkan berita dramatis meledaknya tabung gas yang bagai bom waktu itu. Tiada hari tanpa berita ledakan tabung gas di seantero pelosok Indonesia. Judul laporan ini : Puasa dan Arisan Bom Gas, tidaklah melebih-lebihkan apa yang telah terjadi. Seolah-olah rakyat Indonesia kini memang sedang mempertaruhkan keselamatannya dalam Arisan Bom Gas. Sewaktu-waktu tabung gas di rumahnya meledak mencederai bahkan membunuhnya.
Kehancuran demi kehancuran terus dilaporkan menyangkut meledaknya tabung gas ini. Bahkan kematian tragis terjadi di mana-mana. Yang sangat dramatis, suami-istri tewas saat anak yang dikandungnya hampir tiba waktunya dilahirkan. Terpaksa janin malang itu dibedah dari perut sang ibu yang telah tak bernyawa. Bayi selamat dan menjadi anak yatim-piatu karena mendapat “Hadiah Bom Gas” Innalillahi wainna ilaihiraajiun!. Karena berita meledaknya tabung gas masih terus saja terjadi, terbayang ngeri memasuki bulan Ramadhan ini, apakah akan terjadi ledakan saat keluarga-keluarga Muslim tengah menyiapkan sajian Buka Puasa atau Makan Sahur Ya Allah, Yang Maha Pemurah, selamatkan umat Islam dari bencana : Bom Gas!
Pemerintah Diam Tidak Bertindak
Pemerintah SBY—seperti pada kasus-kasus kontroversial lain yang menyudutkan dirinya—selalu diam tidak segera bertindak. Inilah yang terjadi pada kasus meledaknya tabung-tabung gas lebih enam bulan terakhir ini. Direktur Utama Pertamina Karen Agustina di hadapan Komisi Migas DPR-RI, tak bisa menahan marah. Dirinya merasa dijadikan “black-list” (maksudnya mungkin tumpuan dan muara kesalahan.Pen) dalam kasus meledaknya tabung-tabung gas ini, lalu secara berapi-api menyatakan,”Hanya Pertamina saja yang terus bekerja keras mengatasi kasus-kasus ledakan tabung gas ini. Sementara instansi terkait dan pemerintah secara keseluruhan, hanya diam saja,” ujar Karen dengan mimik tak bisa menyembunyikan kegeramannya. Ungkapan penuh kemarahan ini disambut koor anggota DPR yang membenarkan bahwa pemerintah cenderung diam tidak bertindak mengatasi kasus-kasus ledakan tabung gas ini, kendati suasananya sudah sangat mencekam di tengah masyarakat.
Sebenarnya dalam banyak kasus darurat lainnya, pemerintah yang cenderung diam dan tidak berbuat apa-apa ini, sudah menjadi wataknya. Perhatikan dalam kasus-kasus yang mencuat belakangan ini: Ketika akibat perubahan cuaca karena pemanasan Global, terjadi hujan berlebihan di seluruh Indonesia, hujan pun salah musim dan terus turun dan terjadi banjir di mana-mana, dan di lautan pun terjadi gelombang pasang di hampir semua perairan di Indonesia. Pemerintah diam saja, tidak jauh-jauh hari mengingatkan petani dan nelayan agar waspada dan mengantisipasinya. Semua jadi terlambat, ketika petani semua terperangah melihat hujan tak henti-henti, padi yang baru tumbuh besar pun membusuk, hama wereng pun berdatangan. Nelayan pun terkaget-kaget melihat cuaca di lautan terus mengganas sepanjang waktu.
Kasus video porno artis Luna Maya-Cut Tari dan Ariel Peterpan, begitu halnya. Pemerintah diam seribu bahasa. Padahal kasus ini sangat amat berbahaya bagi masa depan generasi penerus bangsa ini. Anak-anak mengkonsumsi adegan jorok dan amat menjijikkan itu. Sejumlah remaja SMP di Jember Jawa Timur ramai-ramai berpasangan mengaku menirukan adegan Cut Tari dan Ariel, Naudzubillahimindzaliq! Peristiwa serupa dalam kejadian beraneka ragam terjadi di seluruh Indonesia. Sungguh mengerikan side-effeck kasus video porno ini. Tapi pemerintah diam saja. SBY baru terdengar berkomentar bersamaan Munas MUI (Majelis Ulama Indonesia) akhir Juli lalu.
Alih-alih segera bertindak mengatasi sejak awal, bahkan ketika kritik tak terelakkan bermuara ke diri SBY dan pemerintahannya, kupingnya pun –karena tipis—menjadi panas tidak tahan menghadapi kritik yang datang bertubi-tubi. Inilah ketika convoy iring-iringan presiden SBY dari Cikeas, membuat macet hebat di kawasan Jalan Alternatif Cibubur, bahkan pengawalnya cenderung arogan di jalanan, dengan menggebrak-gebrak mobil yang bandel, kejadian itu ditulis warga Cibubur dalam surat pembaca Kompas. Presiden pun segera surut, mengendorkan convoy rombongannya bahkan berangkat ke kantor sejak pukul 4.30 pagi. Tapi rupanya isu macetnya jalanan ibukota terus bergulir dengan momok sangat menakutkan, yakni prediksi Jakarta Macet Total 2014-2015 akan menjadi kenyataan pada 2011-2012 saja. Semua orang pun menjadi ngeri dibuatnya.
Akumulasi kritik ke arah SBY dan pemerintahannya itu belakangan justru ia tanggapi dengan “menyerang” balik pers yang dianggap tidak fair membuat berita, dengan menuduh pers hanya menyiarkan semua kegagalan dan sisi buruk pemerintah saja. Sikap SBY seperti ini sudah beberapa kali ia pakai untuk kampanye citra dirinya yang menderita mendapat serangan yang ia alami secara tidak adil. Jika dahulu hasilnya menaikkan citra dirinya, kini justru sebaliknya. Menjelang Ramadhan ini banyak bermunculan demonstrasi menuntut turunnya kembali TDL, dan harga-harga barang. Seekor patung kerbau—yang badannya ditulis SBY-- pun diusung dan dibakar di tengah jalan, seraya dikibarkan yel-yel agar SBY dan Boediono mundur dari jabatannya. Sikap SBY yang menentang kritik melalui pers itupun menuai kritik hebat dari para pengamat politik, mulai : Dr. Ikrar Nusa Bhakti, Prof. Dr. Tjipta Lesmana dan wartawan senior Budiarto Shambazi. SBY dikatakan cengeng. Sikapnya yang anti kritik itu kata Budiarto jauh lebih mundur dari Soeharto. Nah, sikap cengeng yang semula laku dipakai kampanye citra diri, rupanya kini sudah tidak laku lagi. Kata Tjipta, semua kegagalan itu sehari-hari dirasakan oleh semua rakyat Indonesia.
Inilah aneka kerumitan di tengah umat Islam memasuki bulan Ramadhan : Syahru Qur’an dan Bulan Pengampunan Agustus 2010 ini. Di tengah pahitnya kehidupan yang luar biasa itu toh setiap Muslim tetap berseri-seri menyongsong dan memeluk datangnya Ramadhan yang penuh kemuliaan ini. Mudah-mudahan suka cita ini tidak berubah menjadi duka-cita tatkala Arisan Bom Gas menghampiri rumah mereka. Ya Allah Ya Rabbul alamin selamatkan umat Muslim negeri ini dari dosa-dosa yang tidak mereka perbuat, melainkan justru dibuat para pemimpin mereka. Saat rakyat kecewa kepada para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu. Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggungjawab. Ya Allah Swt, berilah kami pemimpin berhati lembut, bagai Nabi Muhammad Saw yang menangis dalam sujud malamnya dan tak henti-henti menyebut kami : ummati, ummati, ummatku, ummatku. Pemimpin yang bagai khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaannya demi perjuangan.. yang rela lapar agar rakyatnya sejahtera…yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan… Ya Allah semoga Engkau Ijabah do’a kami menyongsong Ramadhan yang mulia ini.(Aru Syeif Assadullah)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!