Selasa, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 29 Juni 2010 10:11 wib
2.255 views
Makna Strategis Kongres Umat Islam Bekasi
Oleh: KH. Muhammad Al Khaththath (Sekjen Forum Umat Islam)
Pagi itu, Ahad 27 Juni 2010, ribuan jamaah kaum muslimin dari berbagai ormas, lembaga, dan harakah Islamiyyah se- Bekasi memenuhi Masjid Al Azhar Kalimalang Bekasi. Pekik takbir terus membahana setiap kali para orator memberikan penekanan-penekanan pada kalimat-kalimat penting dalam tausiyah mereka.
Para orator yang terdiri dari para pimpinan ormas dan lembaga Islam kota Bekasi seperti Ketua DDII Ustadz Salimin Dani, Pimpinan Muhamadiyah Bekasi Ustadz Abdur Rauf, Ketua MUI Kabupaten Bekasi KH. Madrais, Panglima Hizbullah KH. Sulaiman Jachawerus, Buya Ubaidillah, dll yang merupakan representasi umat Islam Bekasi itu terus membakar semangat juang umat Islam Bekasi.
Ribuan ikhwan dan akhwat para aktivis dan jamaah umat Islam itu mengikuti Tabligh Akbar yang digelar oleh panitia konggres untuk Sosialisasi hasil Konggres Umat Islam Bekasi (KUIB).KUIB dilaksanakan tanggal 20 Juni lalu dan diikuti oleh sekitar 300-an tokoh aktivis ormas dan lembaga Islam Bekasi.Hasil KUIB yang disosialisasikan adalah antara lain: memperjuangkan visi Bekasi Kota Syuhada dan Bersyariah, tuntutan untuk kepada DPRD Bekasi agar membuat perda-perda syariah, tuntutan kepada pihak pemerintah dan aparat keamanan untuk tegas dalam menindak kasus-kasus pemurtadan dan penistaan agama, khususnya Islam, juga akan dibuatnya posko-posko anti pemurtdan hingga ke RT/RW dan pembentukan lascar-laskar masjid untukmenjaga akhlaqul karimah.
Pada kesempatan Tabligh Akbar tersebut, sebagai Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam Pusat,saya mendapatkan kesempatan mengisi orasi penutup. Pertama, saya menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT serta bangga dengan hasil KUIB yang mencanangkan perjuangan mewujudkan “Bekasi Kota Syuhada dan Bersyariah”.
Kedua, saya mengingatkan kepada para hadirin tentang penyakit umat Islam yang mudah digosok-gosok, mudah dikilik-kilik, sehingga mudah dipecah belah dan ditaklukkan oleh musuh-musuhnya. Oleh karena itu, umat Islam harus bersatu-padu dalam perjuangan dan merapikan shaf-shaf perjuangan serta jangan memberikan kesempatan kepada satu syetan pun untuk memecah belah umat Islam.
Ketiga, saya menekankan bahwa segala perkara pemurtadan yang dihadapi oleh umat Islam hari ini adalah karena negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang tidak alim dalam Kitabullah, tidak alim dalam sunnah Rasulullah saw. Sehingga ketika mereka menjalankan pemerintahan, nasib umat pun tercecer.
Umat dimiskinkan oleh kebijakan-kebijakan mereka yang tidak merujuk kepada syariat Islam, seperti dalam menaikkan tarif dasar listrik (TDL) dan pencabutan subsidi BBM. Kebijakan-kebijakan seperti itulah yang membuat rakyat jadi miskin dan mudah menjadi santapan mereka-mereka yang melakukan pemurtadan. Oleh karenanya, kedepan para pemimpin pemerintahan hendaknya orang-orang yang alim, paling tidak hafal surat Al Baqarah, mengambil manfaat kisah nabi Muhamamd saw. Yang mengangkat anak muda yang hafal surat terpanjang dan sarat dengan petunjuk penyelesaian masalah social, ekonomi, bahkan pertahanan dan keamanan tersebut sebagai komandan pasukan ekspedisi militer.
Keempat, saya juga menekankan agar berbagai kelompok umat yang selama ini berbeda dalam ubudiyah agar merapatkan barisan. Tak boleh ada lagi perpecahan antara yang qunut dengan tidak qunut, tahlil dengan tidak tahlil, yang talqin dengan tidak talqin. Tinggalkan tafarruq lantaran khilafiyah seperti itu. Justru kini umat dari berbagai golongan harus bersatu untuk melakukan tafaqquh fiddiin dalam perkara-perkara ekonomi (al iqtishaadiyah), sosial (al ijtimaiyyah), politik (as siyasiyyah), pemerintahan (al hukmiyyah), pertahanan dan keamanan (ad difaa’iyyah wal amniyyah). Supaya jangan sampai umat di”murtad”kan dalam aspek-aspek tersebut!
Bila para pimpinan ormas, lembaga, dan harakah Islamiyyah telah duduk bersama dan mengkaji secara mendalam masalah-masalah di atas serta telah mendapatkan kesamaan pemahaman menurut syariah, insyaallah mereka akan memiliki kesamaan pandangan dan sikap dalam menjalankan kehidupan. Sehingga cita-cita perjuangan mewujudkan Bekasi Kota Syuhada dan Bersyariah bukan sekedar angan-angan.
Kelima, para pimpinan umat yang telah memiliki kesamaan visi perjuangan dan telah memiliki kesamaan pemahaman dalam sejumlah aspek social politik dan ekonomi Islam itu akan kembali kepada umat dengan pemahaman yang telah dikaji dan disepakati tersebut. Pembinaan umat oleh masing-masing tokoh umat dengan pemahaman atas perkara-perkara di atas akan melahirkan kebangkitan baru bagi umat Islam.
Keenam, Umat Islam yang telah terbina ruhul jihad dan pemahaman Islamnya tentang berbagai aspek kehidupan akan bergerak dan berjuang sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki. Dari sinilah arus politik umat akan berjalan deras untuk mewujudkan cita-cita perjuangan tersebut. Dan arus itu tidak akan terbendung!
Ketujuh, dalam penutupan orasi, saya katakan semoga tekad bulat dari umat Islam Bekasi yang telah tertuang dalam rekomendasi KUIB menjadi pemicu bagi umat Islam di kota-kota dan kabupaten-kabuten lain untuk mengadakan Konggres Umat Islam di wilayahnya masing-masing yang pada gilirannya nanti akan menyatukan umat dalam Konggres Umat islam se Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Bersyariah!.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!