Sabtu, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 26 Juni 2010 09:11 wib
2.290 views
Soal Gaza, SBY Lakukan Diplomasi Kemayu
Diplomasi yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudoyono dalam menghadapi masalah Palestina, terutama soal Gaza dinilai oleh Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad sebagai diplomasi kemayu. Pasalnya, SBY tidak pernah menunjukkan ketegasan dan konsistensi.
”Pernah suatu ketika, SBY menyatakan ingin memerikan bantuan Rp.20 M untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Akan tetapi keinginan tersebut hanya dalam batas keinginan dan belum terimplementasi”, ujar Sarbini dalam diskusi Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK) Ke-57 di Intiland Tower, Jakarta pada Kamis (24/6).
Pernyataan Sarbini itu dikuatkan oleh Produser Eksekutif ANTV Hanibal Wajayanta. Menurut Hanibal, selama ini Indonesia memang belum maksimal dalam membantu perjuangan Palestina. Padahal menurut wartawan senior yang penah terjun ke Gaza pada akhir tahun 2008 lalu itu, masuknya relawan MER-C ke Gaza sebenarnya bisa digunakan oleh Indonesia sebagai ajang pendekatan.
”Lagipula SBY bercita-cita ingin mendapat nobel perdamaian, seharusnya ia bisa menjadikan kiprahnya dalam membebaskan Palestina sebagai jalan untuk mendapat nobel tersebut”, jelasnya.
Mengenai pembukaan blokade terhadap Gaza, Sarbini mengungkapkan bahwa hal itu hanya bisa dilakukan oleh Israel. Meski demikian ia juga mengingatkan agar Indonesia tidak terjebak pada upaya untuk membuka hubungan diplomasi dengan Israel. Pasalnya, ada beberapa kalangan yang justru mendorong pemerintah untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel dengan alasan akan bisa menekan Israel.
Pemerintah Mesir yang mempunyai wilayah yang berbatasan langsung dengan Gaza juga dinilai takut untuk membuka pintu Rafah. ”Mesir takut dengan Amerika Serikat, karena AS setiap tahunnya memberikan dana kepada Mesir sebesar 10 juta USD”, kata Hanibal.
Dengan dana itu pula, AS mensyaratkan agar Mesir tidak mempunyai batalyon berat, semacam pesawat tempur dan perlengkapan militer lainnya. Serangan tentara Israel ke Kapal Mavi Marmara ternyata tidak cukup membuat Mesir lunak dan bersedia membuka pintu Rafah.
Israel Penakut Sementara itu, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khaththath menyatakan bahwa sebenarnya Israel adalah bangsa yang paling penakut. Selama berdirinya dari tahun 1948 hingga kini, bangsa perampok itu belum pernah menang dalam pertempuran.
”Sebab hingga saat ini Israel belum pernah melakukan perang secara riil dengan dunia Islam atau Arab. Apa yang disebut dengan pertempuran tujuh hari pada tahun 1967 antara Mesir dengan Isarel itu adalah perang-perangan, bukan perang sungguhan”, ungkap Al Khaththath.
Ungkapan Al Khaththath itu dibenarkan oleh Relawan MER-C yang turut dalam Misi Freedom Flotilla to Gaza, Nur Fitri Moeslim Taher. Fitri yang berada di Kapal Mavi Marmara yang diserang oleh tentara Zionis Israel itu mengatakan bahwa sesungguhnya Israel adalah bangsa paranoid.
Buktinya, armada Kapal Mavi Marmara yang hanya membawa bantuan kemanusiaan dikepung oleh Israel dengan menggunakan 19 kapal perang. Belum lagi kekuatan angkatan udaranya. ”Hanya menghadapi relawan yang tidak bersenjata, Israel menurunkan pasukan yang dibentuk pada Olimpiade Munich“, katanya.
Fitri juga menceritakan betapa penakutnya tentara Israel. ”Untuk sekedar mengancam kapten kapal, tentara Israerl itu harus menggendong seorang bayi berusia 9 bulan, dan menodongkan senjata ke kepala bayi tersebut”, ungkapnya geli.
Bahkan ada cerita yang sangat menggelikan pada pasukan Israel. Ternyata mereka sangat takut dengan bantuan berupa kecap dan sambal yang diberikan pada rakyat Gaza. Israel berfikir bahwa sambal dan kecap itu akan dijadikan bom.
Israel benar-benar paranoid, tapi lebih paranoid lagi para pemimpin negeri Islam yang takut menghadapi mereka. (Meta Susanti/Shodiq Ramadhan)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!