Kamis, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 17 Juni 2010 14:39 wib
5.313 views
Kerusuhan Kirgistan Direkayasa
Kerusuhan etnik di Kirgistan Selatan masih terus berlangsung hingga kini dan keadaannya semakin parah. Media-media internasional melaporkan sejak Senin (14/6/2010) Pemerintah sementara Kirgistan menerbangkan banyak bantuan pangan dan pasokan medis darurat ke selatan negara tersebut, yang telah menelan ratusan korban tewas dan kehilangan tempat tinggal. Update berbagai laporan menyebutkan korban meninggal sudah mencapai 170 jiwa, sementara luka-luka berjumlah 1.761 orang, dan 100.000 orang lebih menjadi pengungsi.
AFP memberitakan pesawat barang Krygyz Il-76 terbang ke bandara Osh membawa kotak-kotak pasokan bantuan kemanusiaan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rusia, dan negara-negara lain. Sekitar selusin truk barang mendekati pesawat untuk membongkar muat pasokan-pasokan itu secepat pesawat itu berhenti di landasan, tetapi tak terlihat kehadiran orang lain di bandara yang dijaga kelompok-kelompok bersenjata di dekat terminal yang kosong.
Beberapa tentara dari pasukan khusus berpakaian hitam dan bersenjatakan AK-47 berpatroli di jalanan di luar pintu masuk bandara secara rutin. Seorang perwakilan pemerintah Kirgistan yang berada di dalam pesawat mengatakan, pihak yang berwenang sedang mengirimkan barang-barang bantuan itu ke Kirgistan selatan selama seharian sejak Minggu.
Dari data investigasi, diketahui bahwa Kerusuhan meledak di Osh Kamis malam ketika geng-geng etnis Kirgistan mulai menyerang pertokoan dan perumahan etnis Uzbekistan, mencuatkan ketegangan antara dua kelompok dominan di wilayah yang telah bermusuhan selama satu generasi. Seperti diketahui, minoritas etnis Uzbek mendukung pemerintahan sementara Roza Otunbayeva, sementara mayoritas Kirgiz di wilayah Selatan mendukung Presiden terguling Bakiyev.
Kerusuhan Rekayasa
Dalam berbagai laporan lain disebutkan adanya indikasi kerusuhan ini merupakan rekayasa yang sudah terprogram dalam rangka melemahkan pemerintahan sementara pimpinan Roza Otunbayeva yang sukses menggulingkan Presiden Bakhiyev April lalu. Bahwa kerusuhan di negeri Asia Tengah itu direkayasa, juga disampaikan Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia (UNHCR) Navi Pillay yang menyatakan kerusuhan itu : "dikompori, ditargetkan dan direncanakan dengan baik."
Roza Otunbayeva bersikeras, Selasa 15 Juni, bahwa pendukung Bakiyev mendalangi konflik. "Banyak provokator telah ditahan dan mereka memberikan bukti keterlibatan Bakiyev dalam peristiwa. Tak ada yang meragukan bahwa ia terlibat," katanya.
Rupert Colville, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, kepada wartawan di Jenewa ada bukti kekerasan dikoordinasi dan mulai dengan lima serangan simultan di Osh oleh orang-orang memakai topeng ski. Deputi kepala keamanan Kirgistan Kubat Baibalov mengatakan Selasa bahwa sekelompok orang terlatih dari Tajikistan berkeliling di dalam mobil melakukan penembakan terbuka kepadi etnis Uzbek maupun Kirgiz di Osh. "Mereka dipekerjakan oleh orang-orang dekat dengan keluarga Bakiyev yang telah diusir dari kekuasaan," kata Baibalov tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Pemerintah mengatakan sebelumnya bahwa tersangka dari Tajikistan, Afghanistan dan Kirgizstan telah ditahan dan mengatakan kepada pihak berwenang mereka dipekerjakan oleh pendukung Bakiyev untuk memulai kerusuhan.
Anak Bakiyev, Maxim, juga telah ditangkap Senin 14 Juni di Britania, kata Kepala Keamanan Kirgistan Kenishbek Duishebayev. Maxim terlibat kasus pajak $ 80 juta perusahaan miliknya atas penjualan bahan bakar penerbangan kepada pemasok dari pangkalan udara Amerika di dekat Bishek.
Timbulnya kerusuhan ditargetkan untuk menggagalkan referendum nasional yang rencanakan akan berlangsung 27 Juni nanti. Namun, Otunbayeva menegaskan :” Kami akan berjuang sampai akhir bahwa referendum nasional untuk reformasi konstitusi tetap akan berlangsung pada tanggal 27 Juni, dan pemilihan anggota parlemen dijadwalkan bulan Oktober”.
Otubayeva juga menegaskan, pemerintahannya menolak setiap campur tangan asing di negerinya, termasuk pasukan perdamaian PBB : "Tidak ada kebutuhan untuk pasukan perdamaian PBB," kata Otunbayeva dalam sebuah konferensi pers. "Kami berharap menghadapi situasi ini dengan kekuatan kita sendiri." Otunbayeva mengatakan bentrokan antar-etnis selama lima hari terakhir di bagian selatan negara Asia Tengah sudah itu semakin berkurang.
Sementara, Kantor berita Antara melaporkan bahwa Badan pengungsi PBB mengirim bantuan ke Uzbekistan untuk membantu sekitar 75.000 pengungsi yang tiba di negara itu setelah melarikan diri dari bentrokan mematikan di Kirgistan: "UNHCR telah bersiap untuk mengerahkan tim dan bantuan darurat ke Uzbekistan, tempat ribuan pengungsi menyeberang setelah melarikan diri dari bentrokan hebat di Osh dan kota-kota lainnya di Kirgistan selatan," kata kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi dalam sebuah pernyataan.
UNHCR menyatakan, mereka telah bersiap untuk menerbangkan barang-barang bantuan dari persediaan daruratnya di Dubai, dan bahwa mereka juga akan mengerahkan dengan segera sejumlah pakar mengenai operasi, pejabat lapangan dan logistik ke Uzbekistan : "Kami sangat berterima kasih atas kesediaan pemerintah Uzbekistan untuk menyambut dan menerima orang-orang yang melarikan diri dari kekerasan di Kirgistan," kata Antonio Guterres, komisarias tinggi PBB untuk pengungsi.
Wakil Perdana Menteri Uzbekistan Abdullah Aripov mengatakan bahwa negaranya telah mendaftar 45.000 pengungsi dewasa dari Kirgistan dan memerlukan bantuan kemanusiaan internasional untuk membantu menanggulangi mereka. Aripov menambahkan bahwa negara bekas Soviet itu telah menutup perbatasannya Senin dan tidak dapat menerima lagi pengungsi karena keterbatasan tempat dan kemampuan menangani pengungsi.
Dalam pada itu, beberapa Negara di dunia sibuk mengevakuasi warganya dari daerah kerusuhan Kirgistan. Pemerintah-pemerintah di Asia telah mengevakuasi warga mereka dari Kirgistan, Selasa, setelah beberapa hari bentrokan etnik mematikan di negara Asia tengah itu.
Antara melaporkan China, India, Pakistan dan Korea Selatan semuanya telah mengorganisir penerbangan untuk menolong warga mereka yang tinggal dan bekerja di bagian selatan negara yang menghadapi kesulitan itu setelah kekerasan yang menyebabkan 170 orang tewas.
Dua penerbangan carteran yang membawa 195 warga China telah mendarat Selasa pagi di Urumqi, ibukota wilayah Cinjinag, China barat laut, yang berbatasan dengan Kirgistan, kata kementerian luar negeri di Beijing. Pesawat ketiga China telah meninggalkan kota Osh di Kyrgyzstan selatan dan diperkirakan tiba di Urumqi Selasa malam, kata kantor berita negara Xinhua. Sekitar 600 orang China yang tinggal di Osh telah minta evakuasi, kata Xinhua, mengutip beberapa pejabat kementerian luar negeri China. Surat kabar China Daily melaporkan bahwa sekitar 7.000 warga China tinggal di wilayah Osh. Sebagian besar dari mereka pengusaha, tapi beberapa yang lain pekerja bangunan.
Sejauh ini, tidak ada orang China yang terhitung termasuk di antara 170 orang yang tewas dan hampir 1.800 orang yang terluka ketika geng-geng etnik Kyrgyz menyerang toko-toko dan rumah-rumah etnik Uzbek. Pemerintah China telah minta warganya yang tinggal di Kirgistan untuk tinggal di rumah mereka setelah ada laporan bahwa usaha milik orang China telah dijarah.
Pakistan juga telah menerbangkan pulang lebih dari 130 warga dan mahasiswa, Selasa, dan mengirim dengan segera pesawat militer yang sama untuk mengambil sejumlah warganya lagi. Juru bicara kementerian luar negeri Abdul Basit menjelaskan pada AFP bahwa 134 warga Pakistan telah tiba dengan selamat di negara mereka dalam penerbangan pertama dan bahwa sekitar jumlah yang sama akan dipulangkan pada penerbangan kedua. Jenasah seorang mahasiswa Pakistan yang tewas dalam kerusuhan di Osh akan berada dalam penerbangan kedua, kata seorang pejabat. Sekitar 1.200 hingga 1.500 warga Pakistan, sebagian besar mahasiswa, tinggal di Kirgistan.
Pemerintah India, juga mengevakuasi semua warganya dari bagian selatan Kirgistan. Sekitar 116 warga India -- sebagian besar mahasiswa -- telah diterbangkan dari kota Osh dan Jalalabad ke ibukota Bishkek yang relatif stabil dan akan tiba di India pada beberapa hari yang akan datang, kata kementerian luar negeri di New Delhi. Kementerian itu menjelaskan dalam pernyataanya bahwa penerbangan itu diatur dengan kerjasama aktif dan bantuan pemerintah Kirgistan.
Sementara itu, Korea Selatan telah mengevakuasi 74 warga dari Osh, Senin, melalui penerbangan carteran. Jepang juga mempunyai warga yang tinggal di Bishek namun pemerintah Jepang tidak menganggap perlu melakukan evakuasi. (msa dari berbagai sumber)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!