Kamis, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 25 Maret 2010 15:09 wib
2.700 views
Teka-teki Pertemuan Obama-Netanyahu
Perundingan 90 menit antara Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Perdana Menteri Rezim Zionis Israel, Benjamin Netanyahu tidak mengubah sikap Washington dan Tel Aviv mengenai proses perundingan damai Timur Tengah dan kelanjutan pembangunan permukiman Zionis di Baitul Maqdis. Selama dua pekan terakhir hubungan AS dan Israel terancam renggang.
Obama bertekad membuka kembali perundingan damai Timur Tengah yang membentur dinding, dan menjadikannya sebagai prestasi dalam rapor politik luar negeri Partai Demokrat. Namun, rezim konservatif kanan Netanyahu tetap ngotot mempertahankan sikapnya melanjutkan pembangunan permukiman Zionis di Baitul Maqdis Timur dengan tujuan melenyapkan seluruh sarana dimulainya perundingan damai.
Pada saat Wapres AS, Joseph Biden melawat Israel pada 9 Maret lalu untuk membujuk kesediaan Israel memulai perundingan damai, kabinet Netanyahu mengumumkan intruksi pembangunan 1600 unit rumah baru Zionis di Baitul Maqdis Timur dalam acara makan siang dengan Biden. Terang saja, aksi tersebut memicu reaksi keras Washington. Bahkan, Menlu Hillary Clinton menyebut sikap Tel Aviv sebagai penghinaan terhadap AS. Instruksi Tel Aviv ini memberikan pesan kepada pemerintah Obama bahwa Rezim Zionis sepenuhnya menentang segala bentuk perundingan damai mengenai transformasi kawasan barat Timur Tengah.
Struktur kekuasan Rezim Zionis tidak mengizinkan Netanyahu menyerah terhadap tekanan AS dan Inggris soal pembangunan permukiman Zionis. Kabinet ini juga didukung Partai Likud dan Partai Buruh.
Sejumlah pengamat politik mengemukakan alasan lain soal sikap ngotot Netanyahu melanjutkan pembangunan permukiman Zionis di Baitul Maqdis timur. Para analis politik menyinggung statemen Netanyahu dalam pertemuan Komisi Urusan Publik AS-Israel (AIPAC) yang menyatakan bahwa Baitul Maqdis timur merupakan bagian yang tidak boleh diganggu gugat dalam setiap perundingan.
Sejatinya, Tel Aviv terus menekankan pembangunan permukiman Zionis di Baitul Maqdis Timur sebagai prasyarat perundingan mendatang. Untuk itu, Netanyahu pada hari pertemuan dengan Obama di Gedung Putih menginstruksikan pembangunan 20 apartemen Zionis di Baitul Maqdis di sebuah hotel tua Palestina kepada wali kota Quds. Dengan cara ini, kelompok ekstrim Israel menegaskan kepada Obama bahwa Tel Aviv akan mengikuti kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah, jika Washington menjadikan pembangunan permukiman Zionis sebagai prasyarat perundingan damai. (irib/mj)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!