Kamis, 9 Rabiul Akhir 1446 H / 21 Maret 2024 05:26 wib
26.411 views
Hindari Lapar Mata saat Memilih Takjil
Oleh: Aily Natasya
Berbuka puasa adalah kenikmatan yang sangat luar biasa bagi orang yang berpuasa. Ketika perut kosong karena seharian tidak diisi oleh makanan atau minuman apa pun membuat kita mudah tergiur dengan makanan apa pun yang kita lihat. Yang biasanya melihat bakso biasa aja, pas puasa jadi kayak istimewa banget. Pokoknya semua makanan dan minuman jadi kelihatan istimewa, deh, kalau puasa.
Nah, ini, nih, yang harus diwaspadai. Karena semua terlihat enak, kita pun jadi lapar mata. Yang mana, kalau melihat orang jual takjil apa pun jadi pengin beli. Ngelihat sate ayam, beli. Ngelihat es tebu, beli. Ngelihat gorengan, beli. Ngelihat kebab, beli. Ngelihat kue lapis, beli. Bisa-bisa, kalau dituruti semua, semua takjil di bazar kita beli semua. Ya, di saat-saat seperti itu, nafsu kita seperti tak terbatas, ingin memiliki semua takjil-takjil tersebut. Tapi syukurnya, uang di dompet kita terbatas, jadi nggak jadi diborong, deh, semua takjilnya, haha.
Tapi, walaupun tidak bisa membeli semuanya, orang-orang cenderung impulsif dan membeli banyak sekali takjil sampai lupa kalau perut kita punya kapasitas yang terbatas. Eh, pas udah kekenyangan banget, udah nggak kuat lagi perutnya untuk menampung makanan lain, eh, masih sisa banyak lagi makanannya. Syukur-syukur bisa dibagikan ke orang lain dan nggak kebuang. Tapi kalau nggak ada yang nerima gimana? Karena mereka juga udah beli dan dapat tajil gratisan juga? Dibuang? Ya, kan, mubazir.
“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dlam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’: 26-27)
Pernah dengar nasihat, jangan berbelanja makanan saat kamu sedang lapar? Iya, itu kayaknya pas, deh, kalau dikeluarkan di saat-saat sekarang. Ya, namanya juga puasa, gimana nggak lapar. Benar. Tapi bukan berarti nggak bisa ditahan, kan? Coba, deh, kalau beli itu kita pakai logika, bukan pakai perasaan atau nafsu. Karena kalau pakai logika, alias kalau mau beli itu dipikir dulu, maka nggak cuman menahan diri agar nggak impulsif, kita juga bisa memikirkan tentang seberapa butuh, sih, tubuh kita terhadap takjil yang sedang kita pertimbangkan untuk kita beli.
Contoh, gorengan mendoan. Apa yang bisa gorengan beri untuk tubuh kita. Protein, okay. Tapi terlalu berminyak. Berarti jangan terlalu sering. Es buah? Oke, sih. Ada serat dan vitaminnya. Tapi gulanya? Berarti jangan terlalu sering dan banyak. Apa yang sehat? Bisa dengan buah-buahan asli, tanpa campuran gula dan semacamnya. Bisa masak sendiri juga. Bisa lebih sehat karena kita yang paham dengan takaran bahan-bahannya.
Rasulullah bersabda, “Takarlah makanan kalian, maka kalian akan diberkahi.” (Shahih Bukhari, dari Al-Miqdam bin Ma’diyakrib).
Haduh, milih takjil aja harus seserius itu, ya? Iya, dong. Karena ada dua aspek yang sering diabaikan oleh umat Islam ketika membeli takjil, yakni mubazir dan tidak sehat. Allah tidak menyukai orang-orang yang mubazir, dan puasa itu harusnya menyehatkan. Namun karena terlalu bar-bar ketika berbuka dan sahur, sehatnya jadi nggak dapat.
Rasulullah bersabda dalam haditsnya, “Berpuasalah, maka kalian akan sehat.” (HR. Abu Nu’aim).
Jadi, paham, ya. Lebih diperhatikan lagi makanan dan minumannya, dan jangan berlebihan. Biar puasa kita di bulan Ramadhan ini tidak hanya mendapatkan kebaikan dari segi rohani saja, namun dari segi jasmani juga. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!