Oleh: Raindraze Rahma
Ada musisi yang tutup usia. Album perdananya di tahun 1999 langsung meledak dipasaran dan diterima banyak kalangan. Mulai dari anak-anak hingga orang-orang tua.
Hingga bertepatan pada tanggal 05-05-2020 terdengar kabar dari grup ambyar jika sosok yang mereka kagumi selesai masa tugasnya sebagai musisi. Menyisakan musik dan lagu yang selama ini telah diproduksi bersama dengan manejemennya.
Banyak orang yang mendoakan semoga berakhir dengan baik di ujung usianya. Sobat-sobatnya pasti banyak yang buyar harapan untuk kembali menikmati lagu-lagu barunya.
Stop sudah. Berhenti produksi. Tak mungkin kembali hidup kembali. Hanya menyisakan sobat-sobatnya dalam kenangan patah hati.
Siang tadi terdengar kencang suara sound sistem yang menyalakan lagu-lagu dari musisi tersebut. Lumayan kencang seolah lagi hajatan. Beruntunglah tidak terlalu lama. Karena disiang bolong pada bulan Ramadhan di masa covid ini sudah cukuplah sesaat mengenang lagu-lagunya. Sebab, lelah pasti telah menyapa di tengah teriknya cuaca yang bisa mencapai tiga lima derajat.
Banyak sobat merasa kehilangan? Patah hati? Menjadi sangat sedih karena musisi panutannya telah mendahului menemui Rabb-nya?
Berhati-hatilah dengan perasaan. Jangan terdominasi dengan perasaan, karena akan mematikan logika.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bagaimana keadaan manusia dikumpulkan di akhirat kelak.
“…أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ…”
“Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai”
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran/3:31).
Diantara indikasi baiknya Islam seseorang, yaitu dia menyibukkan diri dengan suatu yang bermanfaat baginya dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat.
Mempersiapkan diri menyambut hari akhirat dan membekali diri untuk kehidupan setelah kematian adalah sesuatu yang sangat penting.
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Ada tiga hal, barangsiapa ada pada dirinya tiga hal ini, maka dia akan merasakan manisnya iman (yaitu, yang pertama): Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya lebih dia cintai dibandingkan yang lainnya, (kedua) dia mencintai seseorang, dia tidak mencintai kecuali karena Allah dan (ketiga) dia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci dicampakkan kedalam api neraka.
Jadi, jangan terperdaya pada perasaan cinta yang tidak akan mungkin bisa menyelamatkanmu di kehidupan akhirat kelak. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google