Sabtu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 27 Januari 2018 12:32 wib
6.192 views
Kini, Pelangi Itu Tak Hanya Satu
Oleh: Hamsina Halik, A. Md.
"Pelangi.. pelangi..
Alangkah indahmu..
Merah Kuning Hijau..
Di langit yang biru..
Pelukismu agung..
Siapa gerangan..
Pelangi.. Pelangi..
Ciptaan Tuhan.."
Siapa yang tak mengenal kalimat diatas? Yah, itu adalah syair lagu yang sangat populer dikalangan anak-anak tingkat PAUD/TK. Dengan bahagia dan cerianya mereka menyanyikan lagu tersebut. Dengan girangnya menunjukkan kebolehan mereka ketika sudah menghafalnya. Dengan bangganya, menunjuk pelangi di langit diiringi gerimis hujan sambil mendendangkan lagi ini. Inilah pelangi yang pertama, pelangi yang datang setelah hujan.
Namun, keindahan pelangi ini kini seakan pudar seiring berjalan waktunya, tak lagi seindah yang digambarkan oleh lagu tersebut. Kini ketika menyebutkan kata pelangi, yang terbersit dalam pikiran sebagian masyarakat, "oh, mereka itu yah, sekumpulan kaum yang menjijikkan, yang ingin menandingi kaum Nabi Luth". Dan mereka itu adalah para pelaku LGBT. Sangat disayangkan maknanya sudah bergeser sedemikian rupa, tersebab kaum LGBT ini menjadikan simbol pelangi sebagai simbol mereka. Inilah jenis pelangi yang kedua itu, pelangi yang mendatangkan badai (azab Allah).
Mengapa Memilih Pelangi sebagai Simbol?
Faktanya, simbol ini sudah digunakan sejak tahun 1970-an. Diciptakan di California, AS dan dirancang oleh Gilbert Baker asal San Fransisco. Simbol ini dilambangkan dalam bentuk bendera yang kemudian didesain dengan 7 warna, yaitu: Merah melambangkan hidup, orange melambangkan penyembuhan, kuning diambil dari sinar matahari, hijau melambangkan alam, biru melambangkan harmoni, ungu sebagai spirit, dan turqois melambangkan art/magic.
Lagu dari Judy Garland yang berjudul Over The Rainbow, yang juga dikenal sebagai ikon gay, merupakan inspirasi dibuatnya bendera dengan warna pelangi ini oleh kaum LGBT. Mereka memaknai pelangi sebagai rasa kebanggaan mereka terhadap keberagaman gay dan lesbian diseluruh dunia. Sungguh disayangkan pelangi yang maknanya sangat indah menggambarkan keindahan alam ini, kini ternodai keindahannya oleh kaum LGBT ini.
Akhirnya, diluar sana tidak ada lagi kenyaman, muncul perasaan khawatir, takut, risih dan galau saat melihat simbol pelangi atau hanya sekedar mendengar kata pelangi saja. Ketika, ada yang membawa simbol pelangi akan dicurigai salah satu dari LGBT. Ada rumah/kantor/gedung didepannya terpampang simbol pelangi akan dicurigai sebagai tempat komunitas LGBT.
Ada merk makanan/minuman yang bungkusannya identik dengan simbol pelangi maka akan dicurigai sebagai produk milik LGBT, dll. Sungguh, kaum ini telah sukses mengkampanyekannya, secara tersembunyi ataupun secara terang-terangan. Dan ketika LGBT sudah menjadi pembicaraan yang umum ditengah-tengah masyarakat, dijadikanlah sebagai kesempatan emas buat mereka agar diterima keberadaannya dengan dalih HAM dan kebebasan.
Apalagi sejak penolakan MK untuk mempidanakan aktivis LGBT sebagai tindakan kriminal, menjadi angin segar buat mereka untuk lebih masif lagi menampakkan keberadaan dan aktivitas mereka. Banyak masyarakat yang semakin geram dan tak menyangka akan keputusan MK ini. Pro dan kontra pun bermunculan satu per satu, pelaku maupun pendukung LGBT tak lagi malu menampakkan wujudnya dan semakin berani. Kehancuran bangsa dan negara, serta rusaknya generasi semakin nyata didepan mata.
Pelangi Kedua Itu: Kaum Sodom!
LGBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender". Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay" karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan tadi. LGBT merupakan bagian gaya hidup yang menyimpang. Gay sendiri adalah istilah untuk aktifitas seksual yang dilakukan antara laki-laki dengan laki-laki. Salah satu aktifitas utama kaum gay dalam menyalurkan hasrat seksual mereka adalah sodomi (liwath) , yang secara istilah Syar’i definisinya adalah memasukkan kepala dzakar / penis ke dalam dubur pria.
Allah menamakan mereka kaum Sodom sebagai kaum perusak dan orang yg zhalim.
Allah Ta’ala berfirman :
"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"[TQS. Al-A’raaf : 80].
Dan firman-Nya:
”Luth berdo’a. ‘Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yg berbuat kerusakan itu’. Dan tatkala utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami akan menghancurkan penduduk (Sodom) ini. Sesunguhnya penduduknya adalah orang-orang yg zhalim” [TQS. Al-Ankabut: 30-31]
Kembalikan Keindahan Pelangi Pertama
Secara asasi, paham LGBT sangat jelas bertentangan dengan akidah Islam karena telah melanggar fitrah yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Karena, Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasangan dan dari pasangan tersebut akan tumbuh cinta kasih dan juga lestarinya generasi. Firman Allah SWT :
“Dan Dia (Allah) telah menciptakan dua pasang dari dua jenis laki-laki dan perempuan” (QS. An Najm : 45)
Juga, Allah telah mengazab dan melaknat para pelaku LGBT, sebagaimana yang telah terjadi pada kaum Nabi Luth yang memiliki orientasi seksual yang menyimpang.
“Siapa saja yang kalian jumpai melakukan perbuatan kaum Nabi Luth, maka bunuhlah pelaku dan pasangannya.” (HR. Abu Daud,Turmidzi, Ibnu Majah).
Untuk itu, memberantas penyakit LGBT musti hingga ke akarnya, yakni meninggalkan sistem demokrasi, yang merupakan akar masalah bebasnya kaum LGBT ini melebarkan sayap mereka ditengah-tengah masyarakat di bawah perlindungan HAM dan Liberalisme yang merupakan produk demokrasi. Di samping itu, menggiatkan budaya amar makruf nahi munkar dan menegakkan hukum-hukum Allah dengan penerapan syariah Islam secara total dan menyeluruh (kaffah).
Hanya dengan ini, maka keindahan pelangi yang menggambarkan keindahan alam akan kembali seperti semula, seindah yang tertuang dalam lagu Pelangi Ciptaan Tuhan. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!