Kamis, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 9 Februari 2017 11:42 wib
7.606 views
Bersungguh-sungguhlah karena Kematian Itu Dekat
Oleh: Ainun Dawaun Nufus
Orang berakal adalah yang tidak panjang angan-angannya. Karena, siapa saja yang kuat angan-angannya, maka amalnya lemah. Siapa saja yang dijemput ajalnya, maka angan-angannya pun tidak ada gunanya. Orang berakal tidak akan meninggal tanpa bekal, berdebat tanpa hujah dan berbenturan tanpa kekuatan. Dengan akal, jiwa akan hidup, hati akan terang, urusan dunia pun berjalan. (Ibn Hayyan al-Basti, Raudhatu al-‘Uqala’ wa Nuzhatu al-Fudhala’)
Ibn al-Jauzi berkata, “Jika manusia tahu bahwa kematian akan menghentikannya dalam beraktivitas, maka dia pasti akan melakukan perbuatan dalam hidupnya yang pahalanya terus mengalir setelah dia mati,” (Ibn al-Jauzi, Shaid al-Khathir, juz I, h.22)
Satu nasehat “letakkanlah kematian di depan matamu,”maka wajib bagi orang yang berakal untuk menyiapkan bekal bagi perjalanannya. Karena dia tidak tahu kapan keputusan Tuhannya (kematian) akan mengejutkannya. Dia juga tidak tahu, kapan akan dipanggil. Orang berakal adalah orang yang memberikan tiap kesempatan kepada haknya. Jika diserang oleh kematian, diapun tampak siap. Dan jika dia meraih impiannya, itu akan menambah kebaikan. – Ibn al-Jauzi, Shaid al-Khathir, hal. 4.
Abu Bakar berkata: Berkeinginan kuatlah untuk menyongsong kematian, maka hal itu akan memberikan kamu kehidupan (Ibn Khalikan, Wafiyat al-A’yan, III/67).
Maksudnya, ketika pikiran seseorang tertuju untuk menyongsong kebaikan dan hidup setelah kematian, maka dia akan menemukan makna dan tujuan hidupnya. Karena itu sungguh beruntung dan berbahagialah orang yang mengisi hidupnya dengan ketakwaan dan amal shalih; taat dan patuh kepada Allah SWT. Surga adalah balasan bagi diri orang seperti ini. Sebaliknya, merugi dan celakalah orang yang memenuhi hidupnya dengan kekufuran, kemaksiatan dan kesombongan; serta tidak memenuhi perintah Allah SWT. Neraka adalah balasan yang layak bagi dirinya.
Bagi para pengemban dakwah, hendaknya mengingat sabda Nabi saw: Sungguh jika seorang muslim berinteraksi dengan masyarakat dan sabar atas hal-hal yang menyakitkan dari mereka (akibat interaksi), lebih baik daripada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat dan tidak sabar atas hal-hal yang menyakitkan dari mereka (HR. at-Tirmidzi, 9/416).
...Satu nasehat “letakkanlah kematian di depan matamu,”maka wajib bagi orang yang berakal untuk menyiapkan bekal bagi perjalanannya. Karena dia tidak tahu kapan keputusan Tuhannya (kematian) akan mengejutkannya...
Mengingat hidup penuh ujian, maka ingatlah pesan Rasulullah SAW: Fitnah (dosa) akan datang menyambangi hati berturut-turut secara bergantian. Maka hati mana saja yang dimasukinya akan terdapat titik hitam, dan hati mana saja yang mengingkarinya maka terdapat titik putih, hingga ahirnya adalah 2 hati.
Pertama, hati yang putih bersih seperti batu yang licin dan mengkilap, hati seperti ini tidak akan bisa dipengaruhi oleh fitnah (dosa) selama ada langit dan bumi (selamanya). Kedua, hati yang hitam legam bagaikan gelas yang terbalik (tumpah), hati seperti ini tidak mengenal kebaikan (Islam) dan tidak mengingkari kemungkaran kecuali hanya mengenal nafsu yang masuk kedalamnya. (HR. Muslim)
Al-Fudhail bin Iyadh berkata, Anda meminta surga kepada-Nya, sementara Anda menghadap-Nya dengan membawa sesuatu yang Dia benci. Aku tidak melihat orang yang begitu minim memperhatikan dirinya, ketimbang Anda. Ma’ruf al-Karkhi berkata, tanda kebencian Allah Azza wa Jalla kepada hamba-Nya adalah ketika Dia melihatnya sibuk dengan perkara yang tidak ada gunanya. – Imam an-Nawawi, Bustanu al-‘Arifin, hal. 129.
Jangan remehkan sedikitpun pekerjaanmu dengan melaksanakannya esok. Segeralah kerjakan hari ini, meski itu kecil. Karena sekecil-kecil pekerjaan, jika terakumulasi akan menjadi banyak. Boleh jadi saat itu Anda dalam kondisi lemah, sehingga semuanya tidak terlaksana.
Jangan remehkan sesuatu yang Anda harap bisa menambah neraca kebaikan Anda di hari kiamat. Jika Anda bisa, segera kerjakan sekarang, meski itu kecil. Jika tidak, boleh jadi banyak hal akan menghalangi Anda dan kalau perkara itu sudah terakumulasi, maka ia justru akan melemparkan Anda ke neraka (Ibn Hazem, al-Akhlaq wa as-Siyar, juz I, hal 6). Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!