Ahad, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 4 Desember 2016 22:28 wib
8.372 views
Ketangguhan Mualaf yang Menemui Ajal Demi Islam (Bagian 2 dari 2)
*catatan indah perjalanan seorang sahabat*
Gadis SMU yang memutuskan masuk Islam dengan penuh kesadaran itu harus menerima ujian yang lebih berat lagi. Ketangguhannya kembali diuji saat keislamannya diketahui oleh orangtuanya. Setiap hari, ia harus ‘menikmati’ tekanan fisik dan psikis dari ayah dan ibunya.
Masih hangat dalam ingatan tanda-tanda penganiayaan yang terlihat menghiasi wajah dan tubuhnya. Sebagian diantaranya berupa jahitan untuk menutupi luka sobek di pelipisnya dan kuku jari kelingking yang pecah dan membiru. Di bagian wajah pun tak luput dari luka siksaan orangtuanya. Saat ia ia tersenyum, kami seakan tak sanggup membalas senyum manisnya. Bagaimana tidak? Senyum itu dihiasi 2 buah gigi yang tanggal, bagian kecil tanda ketangguhannya akibat siksaan orangtua.
Saat itu pertemuan-pertemuan semakin sulit kami lakukan. Masa-masa itu membuat jiwa kami serasa kerdil tanpa iman saat berhadapan dengannya. Karena alasan masih di bawah umur dan masih di bawah keampuan orang tua, tidak ada satu pun lembaga dakwah Islam yang "berani" memberikan perlindungan terhadap dirinya.
Akhirnya tindakan ‘penyelamatan nekat’ alias membawanya ‘kabur’ pun terpaksa dilakukan berdasarkan persetujuannya. Ini semua untuk melindungi jiwa dan akidahnya. Ancaman delik pidana adalah resiko yang akan kami terima jika "operasi penyelamatan" gagal dilakukan.
Alhamdulillah. Dua tahun sejak kabur dari kediaman orangtuanya, ia menjadi salah satu pilar handal dalam menargetkan orang-orang kafir sebagai sasaran dakwah. Keislamannya menjadi asbab Islamnya dua orang dari saudara dan teman dekatnya.
...Masih hangat dalam ingatan tanda-tanda penganiayaan yang terlihat menghiasi wajah dan tubuhnya. Sebagian diantaranya berupa jahitan untuk menutupi luka sobek di pelipisnya dan kuku jari kelingking yang pecah dan membiru...
“Saya akan berada di barisan bersama Ustadz, membela agama ini seperti kita dulu memusuhinya. Saya memasukinya dengan derai air mata, saya akan buktikan apa guna saya untuk Islam.”
Ucapan ini ia sampaikan dengan sangat meyakinkan saat ia menjalani Pendidikan Pasca Syahadat bersama tim kami. Qadarullah, ia tak lama membersamai kami dalam dakwah ini khususnya kepada orang kafir. Allah memanggilnya di tahun 2014. Kehilangannya adalah kesedihan mendalam buat tim kami.
Semoga Allah mengampuni dan menerima pengorbanannya untuk agama ini.
Tulisan ini didedikasikan untuk mengenang 2 tahun wafatnya saudari, adik, sahabat dan ujung tombak kami dalam dakwah: Atikah Rahma br Marpaung. (MCAS-riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Baca juga: http://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2016/11/30/47590/ketangguhan-mualaf-yang-menemui-ajal-demi-islam-bagian-1-dari-2/
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!