Ahad, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 27 November 2016 22:33 wib
6.194 views
Bagaimanakah Pemimpin Dambaan Umat?
Oleh: Iit Oktaviani Patonah
(Mahasiswi Pendidikan Biologi UNPAS Bandung)
Tercatat dalam sejarah baru, bahwa telah terjadi aksi damai yang dilakukan oleh jutaan kaum muslim yang diperkirakan terdapat kurang lebih 2,3 juta ummat melakukan aksi damai pada Jum’at, 4 November 2016 di Jakarta. Aksi damai dilakukan dengan penuh semangat dan harapan agar kaum muslim mendapat keadilan dari penguasa.
Oleh karenanya, semua kalangan ummat muslim hadir dengan satu tujuan yang sama, yakni membela Kalamullah, kitab suci kaum muslim yang telah dihinakan oleh manusia yang tidak bertanggungjawab. Merupakan suatu kewajiban bagi kaum muslim untuk membela Al-qur’an, membela ‘ulama, dan memebela Agama pada saat ada manusia yang menghina bahkan melecehkannya.
Atas dasar itulah kaum muslim turun melakukan aksi damai dan meminta penguasa menghukum orang yang telah berbuat dzhalim terhadap Al-qur’an. Jika bukan kepada penguasa yang ada, kepada siapa lagi ummat meminta pertolongan untuk menjaga kesucian Agama Islam yang merupakan agama yang dianut oleh ummat mayoritas di Indonesia. Karena sejatinya, penguasa/ pemimpin adalah perisai bagi rakyatnya, rakyat berlindung dibelakangnya.
Namun yang terjadi, pemimpin negri ini rupanya pura-pura tidak peduli terhadap aksi yang terjadi pada Jum’at, 4 November 2016 lalu. Pemimpin negri ini enggan mendengarkan keinginan dan harapan ummat yang begitu banyak, bahkan seolah dia menutup pintu keluhan ummat yang meminta keadilannya. Padahal, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa memimpin urusan manusia kemudian ia menutup pintunya bagi orang yang miskin atau bagi orang yang dizhalimi atau bagi orang yang mempunyai keperluan, maka Allah akan menutup pintu kasih sayang bagi orag tersebut”. (HR Ahmad).
Maka setelah yang terjadi, ummat pulang dengan penuh kekecewaan dan sakit hati terhadap sikap pemimpin negri (Presiden). Akan tetapi, sikap tersebut disisi lain memberikan pelajaran berharga dan membukakan mata bahwa pemimpin negri ini tidak bisa dijadikan pelindung ummat . Bahwa ternyata pemimpin negri saat ini tidak memiliki cerminan seorang pemimpin yang lahir dari Islam, bahkan sangat jauh berbeda dengan pemimpin yang pernah tercatat dalam sejarah kegemilangan islam. Dengan demikian, umamat harus tersadarkan dan kembali kepada Islam yang melahirkan aturan-aturan dan pemimpin-pemimpin yang mampu menjadi dambaan ummat.
Contoh diantara pemimpin dambaan ummat yang lahir pada kegemilangan peradaban Islam adalah beliau yang beranama Umar bin Adul Aziz, dimana beliau terkenal sangat adil. Diceritakan suatu hari Penduduk Himsh pernah mendatangi Umar bin Abdul Aziz seraya mengadu:
“Hai Amirul Mukminin! Aku ingin diberi keputusan dengan hukum Allah”. “Apa yang engkau maksud ?”, tanya Umar bin Abdul Aziz. “Abbas bin Walid bin Abdul Malik telah merampas tanahku”, lanjutnya. Saat itu Abbas sedang duduk di samping Umar bin Abdul Aziz. Maka Umar bin Abdul Aziz pun menanyakan hal itu kepada Abbas, “Apa komentarmu?”. “Aku terpaksa melakukan itu karena mendapat perintah langsung dari ayahku; Walid bin Abdul Malik”, sahut Abbas membela diri. Lalu Umar pun balik bertanya kepada si Dzimmi, Apa komentarmu?”. “Wahai Amirul Mukminin! Aku ingin diberi keputusan dengan hukum Allah”, ulang si Dzimmi. Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun berkata : Hukum Allah lebih berhak untuk ditegakkan dari pada hukum Walid bin Abdul Malik”,seraya memerintahkan Abbas untuk mengembalikan tanah yang telah dirampasnya.
Begitulah kisah pemimpin yang lahir dari Islam, penuh keadilah, kewibawaan, dan penuh cinta terhadap rakyatnya. Namun demikian, pemimpin seperti itu hanya akan lahir kembali ketika Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Karena jika tidak, hanya akan lahir kembali pemimpin seperti saat ini yang hanya mengurusi berbagai kepentingan demi kebahagiaan para tuan-tuannya, bukan rakyatnya! Wallahu’alam. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!