Ahad, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 9 Oktober 2016 17:48 wib
7.864 views
29 Pahlawan Nasional Berlatar Belakang Santri
Oleh: Fadh Ahmad Arifan (Alumni Fakultas Syariah UIN Malang)
Jelang peringatan Hari santri, pada 5 oktober 2016 PCNU Kota Malang menggelar Bedah Buku “Pahlawan Santri, Tulang Punggung Pergerakan Nasional”. Acara ini digelar di aula perpustakaan, Universitas negeri Malang. Hadir dalam acara ini moderator Dr M. Faisol Fatawi, Penulis buku Munawir aziz, moderator bedah buku dan Prof Dr. Djoko saryono. Selain itu, hadir pula guru dan dosen saya semasa kuliah di Fakultas Syariah UIN Malang, Dr. KH. Isyroqunnajah.
Aula perpustakaan disesaki pengunjung baik dari GP Anshor, dosen UIN Malang delegasi/utusan pesantren sekitar kota Malang, ibu-ibu Fatayat, guru-guru TPQ dan Madrasah diniyyah. Singkat cerita, acara bedah buku dimulai pk 10.00 wib dan diakhiri saat adzan Dhuhur berkumandang. Baik penulis dan pembedah buku diberi kesempatan selama 20 menit untuk memaparkan telaah atau argumentasinya.
Perlu diketahui pembaca, Mas munawir adalah alumni CRCS, Pascasarjana UGM dan menjadi editor salah satu buku yang diterbitkan Penerbit Mizan. Dengan mengenakan batik madura dan berpeci hitam, Alasan Mas munawir menulis buku setebal 224 halaman ini adalah “untuk melengkapi mozaik sejarah kebangsaan. Khususnya dimana posisi santri” ujarnya. Selama ini, dalam buku sejarah Nasional terutama karangan Prof Dr. Nugroho Notosusanto, ada semacam marginalisasi peranan pahlawan berlatar santri.
Selama ini, dalam buku sejarah Nasional terutama karangan Prof Dr. Nugroho Notosusanto, ada semacam marginalisasi peranan pahlawan berlatar santri
Isi buku yang pada tahun 2015 pernah dibedah di Perpustakaan DKI jakarta tersebut mengulas peranan 29 tokoh. Ditinjau dari tempat kelahiran dan domisilinya, sebagian kecil dari Aceh, Sumatera, Madura, Kalimantan dan Lombok. Mayoritas dari pulau Jawa. Pahlawan di pulau Jawa yang diulas dalam buku ini diantaranya KH. Hasyim asy’ari, KH. Wahab Hasbulloh, KH Wahid hasyim dan KH. As’ad Samsul arifin. Tiap tokoh mendapat porsi 4 hingga 6 halaman. Prof Djoko saryono mengomentari, "Buku ini tergolong bacaan sejarah populer. Belum memenuhi kaidah ilmiah seperti dilengkapi catatan kaki dan analisis tajam". Beliau berharap ada revisi dan penambahan tokoh terutama di wilayah NTT, Maluku dan Papua. Tidak menutup kemungkinan di wilayah Indonesia bagian timur terdapat Pahlawan berlatarbelakang Santri.
Sekilas saat menelaah isi buku ini, cukup melihat cover buku dan daftar bisa diketahui bahwa penulisnya tidak mengulas profil Pahlawan dari Muhammadiyah, Persis dan al-Irsyad. Saya memaklumi karena penulis buku ini warga Nahdliyin. Perlu diingat, kultur agama amat mempengaruhi seseorang dalam kepenulisan buku. Pahlawan berjenis kelamin perempuan juga tidak ditampilkan dalam buku ini. Bukankah RA Kartini termasuk santrinya Kyai Soleh darat di Semarang. Kyai soleh Darat juga gurunya pendiri Muhammadiyah dan NU.
Belum lagi ada tokoh bernama HR. Rasuna said. Beliau ini seorang santri. Tamat dari SD, Rasuna mengenyam pendidikan agama di Pesantren ar-Rasyidiyah, asuhan Syekh Abdul rasyid. Pernah mengaji kepada ayahanda Buya hamka yakni Haji rasul. Begini-begini Rasuna Said mahir berbahasa arab bahkan ahli pidato dan berdebat (lihat buku Ulama perempuan Indonesia, 2002, hal 71-74). Mengapa hal ini luput dari perhatian penulisnya?. Selanjutnya,bila memeriksa daftar Pustaka, buku ini tidak merujuk buku “sejarah Umat Islam” karangan buya Hamka dan buku Api sejarah (2 jjlid) karangan Prof Ahmad mansyur Suryanegara. Kedua buku ini amat berbobot dan relevan untuk melengkapi daftar pustaka.
Diantara 29 tokoh pahlawan berlatarbelakang santri, ada satu tokoh yang menarik perhatian saya yakni KH Abdullah bin nuh. Sepanjang hidupnya dikenang sebagai sastrawan, pendidik dan pejuang. Namanya diabadikan sebagai nama jalan raya dari cianjur menuju Sukabumi. Hanya 4 halaman profil KH abdullah bin Nuh diulas oleh Mas munawir. Sayangnya, tidak mengulas peran beliau dalam membawa paham Hizbut Tahrir ke Indonesia (lihat buku Pahlawan santri, hal 121-124). Sebelum mengakhiri tulisan ini, bedah buku ditutup puisi yang dibacakan Prof Djoko saryono.
"Ya allah Yang maha literasi. Semoga buku yang kami tulis, serupa kapal nabi Nuh yang bisa menyelamatkan umat manusia". Wallahu’allam bishowwab. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!