Kamis, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 16 April 2015 15:37 wib
8.200 views
UN Bocor, Bagaimana Remaja Muslim Menyikapi?
Hiruk-pikuk heboh UN SMK/SMA tahun 2015 bocor kian santer. Pelakunya tidak malu-malu lagi. Bila dulu kebocoran dilakukan secara diam-diam, kali ini beda. Soal UN dan kunci jawaban diunggak ke Google Drive dan bisa diunduh siapa pun secara gratis. Uniknya, untuk kunci soal pelajaran Bahasa Inggris bab listening sejumlah 15 soal, pemberi bocoran pun sudah siap dengan jawaban. Padahal ternyata antara soal yang diputar dan didengarkan siswa dengan pilihan jawaban itu tidak cocok. Jadi seharusnya soal tersebut tidak bisa dikerjakan. Dasar anak-anak Indonesia ajaib, mereka terus saja asik mengerjakan tanpa peduli soal dan jawaban ‘nggak match’.
Sahabat muda voa-islam yang disayang Allah. Mudah sekali bagi kita untuk mendulang dosa di sistem yang berlaku sekarang ini. Meskipun sudah diusahakan sedemikian rupa agar UN tak bocor, nyatanya kebocoran terjadi juga. Bahkan kali ini dengan begitu vulgar seolah menantang pihak berwenang untuk bertindak. Biarlah itu kita serahkan kepada mereka yang diamanahi memangku jabatan untuk mewujudkan UN jujur dan adil.
Sekarang ini, bagaimana sikap kita sebagai remaja yang tahu bahwa kecurangan sedemikian ini berakibat dosa? Tentu dong segala sesuatu yang berakibat dosa akan menjauhkan diri dari mencapai keberkahan. Nilai kejujuran yang ditanamkan orang tua dan guru sedari kecil seakan hilang musnah tak berbekas hanya karena ujian empat hari ini. Padahal bukan hasil ujian ini yang akan kita bawa mati tapi proses dan upaya meraih hasil ujian inilah yang akan terus mengikuti hingga yaumul hisab kelak. Kok bisa?
Begini sahabat, renungkan apa yang akan saya jelaskan ini ya. Nilai UN, baik atau pun buruk sebatas membuat kamu lulus atau tidak lulus. Apalagi tahun ini, Menteri Pendidikan Anies Baswedan menyatakan bahwa UN tidak menentukan kelulusan. Nah, jadi buat apa curang? Hasil UN yang berupa angka hanya sebatas untuk menghias buku raport dan ijazahmu semata. Ketika kamu ingin kuliah atau kerja, apakah nilai UN ini dibawa-bawa? Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Bila pun iya nilai UN ini berpengaruh terhadap keterima tidaknya kamu di universitas favorit atau dunia kerja, bila hasil curang apa kamu yakin bisa tampil secemerlang nilai tersebut? Apa bukannya malah malu-maluin dan ketahuan nggak jujurnya ketika kemampuan kamu ternyata nggak seimbang dengan nilai mentereng di lembaran kertas tersebut?
Itu di dunia loh. Di akhirat bagaimana? Kecurangan yang kamu lakukan akan terus menghias catatan amalmu hingga ribuan tahun kelak menunggu hari kiamat saat penghisaban atas semua amal dilakukan. Hiii...kamu mau catatan amalmu ternoda oleh keburukan hanya karena ketidakjujuran selama hari-hari UN berlangsung?
Okay, mungkin kamu yang kelas XII dan terlanjur curang alias percaya kunci jawaban menganggap nasi sudah jadi bubur. UN telah berlalu. Sekarang tanya hatimu, puas atau menyesal? Kalau puas, selamat! Karena setan telah mengaburkan perbuatan burukmu seolah-olah itu tak masalah. Kalau kamu menyesal, syukurlah. Itu artinya nuranimu masih bersih. Segeralah tobat nasuha meminta ampun pada Allah atas perbuatan tidak jujurmu selama UN. Allah itu Mahapengampun dan penerima tobat. Karena apa yang dirasa hatimu hari ini, menentukan kualitas hidupmu di kemudian hari. Kamu pikir darimana asal-muasal para koruptor negeri ini berasal? Ya dari pemuda yang dulu ketika sekolah hobi curang dan mau enak tanpa kerja/belajar rajin.
Untuk kamu yang masih duduk di kelas IX dan VI, Ujian masih di mata. Ingat-ingat bahwa kejujuran itu akan membawa keberkahan pada hidupmu, insya Allah. Bukankah Allah mencintai orang-orang yang bertakwa dan salah satu ciri—cirinya adalah dengan kejujuran? Yuk ah, jujur mulai dini. Karena negeri ini sudah sekarat berisi koruptor-koruptor yang hobinya mengerat uang negara. Dan itu semua dimulai dari ketika mereka seusia kalian ini. Jadi tanamkan bahwa dalam diri bahwa ada Allah Yang Mahamelihat ketika kamu tergoda bujukan setan untuk berbuat curang.
Seperti inilah kualitas pemuda muslim itu seharusnya. Teguh pendirian untuk berpegang teguh pada kejujuran karena Allah semata, bukan karena nilai. Okay? Sip deh! (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: lensaindonesia
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!