Sabtu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 3 Januari 2015 12:00 wib
11.287 views
Kewajiban Membaca Sirah Nabawiyah
Oleh: Adi Permana Sidik
(Dosen LB Ilmu Komunikasi FISIP Unpas dan Jurnalis voa-islam.com)
“Tidak mungkin orang dapat mengenal Islam dengan baik, jika tidak mengenal sejarah orang yang membawa Islam itu”
(Haekal, Penulis buku Sejarah Hidup Muhammad)
Sahabat Smart Teen yang Shalih dan Shalihah...
Penggalan kalimat yang cukup singkat di atas itu pernah mengguncangkan hati saya sebagai seorang muslim, sebagai seorang yang mengakui seorang Muhammad sebagai Nabi dan Rosul Allah. Keguncanganan tersebut paling tidak didasari oleh dua hal.
Pertama, tentu saja menyangkut pembuktian keimanan. Saya yang sudah merasa sebagai seorang muslim sejak kecil sampai dengan saat ini berusia 26 tahun ( dan saat pertama kali membaca tulisan dari buku Haekal) kira-kira berusia sekitar 20 tahun.
Tapi selama 20 tahun keislaman saya itu, belum pernah sama sekali saya membaca dan mengetahui sejarah hidup Nabi akhir zaman itu secara menyeluruh. Walaupun tentu saja setebal apapun buku yang menulis tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW, rasanya tidak akan mampu menggambarkan secara detail dan lengkap, hidup seorang Nabi Muhammad SAW, karena begitu agung dan mulianya peri hidup seorang Nabi Muhammad SAW.
Kedua, adalah bahwa tidak mungkin kita bisa berislam yang benar - termasuk juga memperjuangkan Islam dengan benar - sebagai sebuah peradaban atau sistem hidup, jika kita tidak bisa memahami secara kaffah sejarah hidup seorang Nabi Muhammad SAW, karena dalam sejarah hidup Nabi Muhammad SAW lah kita akan bisa mengetahui, bukan hanya tata cara shalat Nabi Muhammad SAW saja, tapi kita juga dapat mengetahui bagaimana Nabi Muhammad SAW memperjuangkan Islam sebagai sistem hidup yang benar dan unggul dari sistem hidup lainnya.
Dengan membaca Sirah Nabawiyah, misalnya, kita akan tahu apakah dulu Nabi Muhammad SAW ketika menegakkan Al-Islam masuk ke dalam sistem jahiliyah, atau berada di luar sistem jahiliyah (Darun Nadwah). Atau ternyata Nabi Muhammad SAW melakukan dua hal itu sekaligus, di luar sistem dengan Nabi Muhammad SAW tidak mau menerima tawaran sebagai Raja, dan juga di dalam sistem, dengan mengutus beberapa sahabatnya seperti pamannya Abbas ra. dalam rangka mengumpulkan informasi-informasi apa yang akan dilakukan oleh para musyrikin Quraisy saat itu, untuk kemudian nantinya disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sehingga dengan informasi tersebut Nabi Muhammad dapat melakukan strategi untuk melawannya. Dalam bahasa sekarang profesi Abbas ra dulu itu disebut sebagai intelejen. Pengetahuan ini penting sekali bagi kita seorang Muslim, khususnya yang sedang mengemban dan berjuang menegakan risalah dakwah Al-Islam ini.
Dengan membaca Sirah Nabawiyah secara benar, kita akan memiliki paduan yang lengkap seperti apa dan bagaimana risalah Al-Islam ini harus diperjuangkan. Sejatinya, menurut saya, hal-hal prinsip yang sifatnya sudah final dan mutlak (tsawabit) dalam konteks perjuangan Al-Islam ini, sudah tersurat dan tersirat dari sejarah hidup Nabi Muhammad SAW, tinggal kita mencontohnya saja, sesuai dengan apa yang diinformasikan oleh Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Tentu berbeda dengan hal-hal yang bersifat mutaghayyirat artinya ada hal-hal yang memungkinkan mengalami penggantian, perubahan, takwil, dan pengembangan sesuai zaman dan konteks. Tapi, tetap saja yang menyesuaikan dengan zaman pun tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, dalam artian tidak boleh bertentangan dengan syari’at Allah.
Umat Islam diseluruh dunia, saat ini sedang memasuki bulan Rabbiul Awwal di mana Sang Nabi terakhir lahir (seperti beberapa pendapat ahli sejarah), sebagian di antaranya ada yang memperingatinya. Menurut saya, kalaupun ada yang memeringatinya, substansi dari peringatan tersebut mestilah pada akhirnya harus bermuara pada dorongan untuk membaca secara lengkap sejarah hidup Nabi Muhammad SAW.
Hari ini, buku-buku tentang sejarah Nabi Muhammad sangat banyak dan mudah untuk didapatkan di toko-toko. Beberapa buku sejarah hidup Nabi Muhammad SAW yang cukup popular seperti, Sirah Nabawiyah dari Ibnu Hisyam, atau Sirah Nabawiyyah dari Al-Mubarakfuri, Sejarah Hidup Muhammad dari Husein Haekal pun bisa jadi pilihan, di samping tentu buku-buku Sejarah Nabi Muhammad SAW dari penulis-penulis lainnya. Dengan demikian, wajib hukumnya bagi seorang yang mengaku sebagai Muslim untuk membaca Sirah Nabawiyah.
Lebih jauh dari itu, membaca sejarah hidup Nabi Muhammad SAW itu berkaitan dengan aqidah kita sebagai seorang Muslim. Membaca sejarah hidup Nabi Muhammad SAW adalah menjadi bukti awal bahwa kita benar-benar dan sungguh-sungguh mengimani beliau sebagai Nabi dan Rosul Allah SWT.
Syahadat kita terdiri dua kalimat. Pertama, persaksian bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah. Kedua, persaksian Muhammad sebagai Nabi dan Rosul Allah. Syahadat ini tidak bisa dipisah-pisah. Jika kita hanya beriman kepada Allah sedangkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak, maka keislamannya tidak sah.
Dan perlu diingat juga adalah, sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW tidak hanya cukup dibaca tapi juga harus dipahami, dan diamalkan. Sebagai Muslim kita jangan kalah oleh orang-orang non-muslim yang lebih semangat belajar dan membaca tentang sejarah hidup Nabi Muhammad SAW, bahkan tidak sedikit ada yang sudah menulisnya menjadi sebuah buku, walaupun apa yang mereka lakukan dihadapan Allah SWT barangkali tidak ada gunanya, kalau mereka (non-muslim yang membaca dan menulis buku Sirah Nabawiyah) sampai akhir hidupnya itu tidak mengimani kenabian Muhammad SAW. Wallahu’alam bis showab. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!