Kamis, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 18 Desember 2014 00:06 wib
13.561 views
Sesuatu Itu, Alhamdulillah Yaaa...
Ketika sesuatu yang terlihat indah itu terlepas dari tangan, yakinlah bahwa bisa jadi sesuatu yg indah itu membawa mudhorot bagimu. Kamu bisa jadi sombong, nih aku punya sesuatu cakep nih. Punyamu cuma gitu2 aja. Kita menjadi orang yang merasa tinggi, lebih dan merendahkan yang lain.
Bisa jadi sesuatu yang terlihat indah itu mengantarkan kita pada keburukan yang kita tak tahu akan terjadi di masa depan. Allah menyelamatkan kita dengan mengambil si sesuatu itu sebelum kejadian. Selamat deh.
Atau bisa jadi begini, sesuatu itu ternyata memang terlalu bagus buat kita yang level pas-pasan. Daripada gak bisa jaga amanah, sesuatu itu diambil agar kita tahu diri plus memperbaiki diri.
Kemungkinan terakhir (banyak kemungkinan sih sebetulnya), Allah mengganti dengan sesuatu yang lebih baik dan indah. Di akhir perjalanan kita akan ternganga takjub karena ternyata yang datang belakangan sungguh sangat indah. Coba kita dulu ngeyel minta yang 'cuma' indah itu, bisa jadi hari ini kita tak bisa berbahagia menikmati sesuatu yang sangat, bahkan mungkin tak ada duanya dalam keindahan.
...kuncinya ada di keikhlasan hati. Ikhlas melepaskan apa yang menurut Allah tak baik bagi kita...
Sesuatu ini bisa berupa benda atau manusia. Apa pun itu, entah benda atau manusia sosoknya adalah sesuatu yang sangat kita cintai dan sebetulnya enggan kita lepas. Maunya kita pegang erat-erat bahkan di saat-saat genting ketika sebetulnya kita tahu bahwa sesuatu ini tak baik bagi kehidupan kita, dunia akhirat kita. Ya...sering sekali manusia itu sok tahu sehingga mendikte Allah bahwa ini nih yang bagus buatku. Jadi kalau bisa ini saja buatku, Ya Allah. Padahal ya, manusia itu sering sekali dibutakan napsu yang ada kalanya rasa cintanya itu tak lagi murni tapi sekadar sok-sokan agar terlihat gagah di depan yang lain.
Lalu bagaimana dong menyikapinya?
Jadi ternyata, kuncinya ada di keikhlasan hati. Ikhlas melepaskan apa yang menurut Allah tak baik bagi kita. Ikhlas menerima si sesuatu yang mungkin sekilas menurut nalar sempit kita tak lebih baik dari yang sebelumnya. Atau bahkan ikhlas ketika seolah Allah belum juga mengganti sesuatu yang hilang itu. Kita dibiarkan menikmati kehilangan sesuatu itu lebih lama karena Allah memunyai rencana indah untuk kita.
Ya...tak ada rencana Allah yang tak indah meskipun bisa jadi karena keterbatasan manusia, rencana indah Allah dimaknai lain. Di sinilah keikhlasan kita teruji. Kita ikhlas mengakui bahwa rencana Allah adalah yang terbaik. Meskipun bisa jadi itu menyesakkan dada, berurai airmata, seolah mematikan segala mimpi dan harapan, tapi tetap yakin. Di sinilah iman berperan. Karena sungguh, tanpa iman kita bisa terantuk, terjatuh, bahkan tersungkur menyikapi kenyataan hidup yang ada kalanya tak sejalan dengan harapan.
Endingnya, kita dengan dada lapang bisa tersenyum meskipun pahit bahwa sesuatu itu, Alhamdulillah yaaa....(riafariana)
(medio tengah Desember 2014 saat kehilangan ‘sesuatu’ yang terlihat indah. Melepasnya sedikit susah. Yaa...sedikit saja karena ibarat garam bila terlalu banyak maka akan merusak cita rasa. Mengikhlaskannya terbang dan melihatnya dari kejauhan, itu saja.)
Image: alibachtiar.wordpress.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!