Rabu, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 17 September 2014 14:00 wib
19.161 views
Voa-IslamiCollege (1): Sejarah Gerakan Mahasiswa di Berbagai Negara
Sahabat Smarteens yang dimuliakan Allah SWT...
Setiap revolusi atau perubahan sosial setiap bangsa di dunia ini, hampir pasti terdapat peran, baik itu sedikit maupun banyak, mahasiswa di dalamnya, termasuk perubahan-perubahan yang terjadi di negeri Indonesia. Keterlibatan dan peranan mahasiswa dalam berbagai perubahan-perubahan sosial tersebut kemudian menjadikan mahasiswa memiliki gerakan tersendiri yang khas dan unik. Sehingga muncul istilah gerakan mahasiswa.
Jadi, gerakan mahasiswa secara sederhana bisa diartikan sebagai gerakan (pemikiran dan aksi) yang dilakukan oleh mereka yang terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah universitas dalam merespon sebuah peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Namun, belakangan ini gerakan mahasiswa “gaungnya” seperti tidak terdengar lagi.
Oleh karena itu, untuk mengembalikan kembali “gaung” gerakan mahasiswa, khususnya gerakan mahasiswa Muslim, agar keberadaan mahasiswa Muslim menjadi unsur tepenting dari kembali tegaknya peradaban Islam di muka bumi ini, voa-islam.com akan menyajikan tulisan-tulisan seputar dunia mahasiswa dan kampus dalam serial Voa-IslamiCollege. Pada tulisan pertama ini, Voa-IslamiCollege menyajikan sejarah gerakan mahasiswa di berbagai negara.
Gerakan Mahasiswa dan Hasilnya di Amerika Latin
Mahasiswa Amerika Latin adalah pemberi “contoh yang baik” bagaimana mahasiswa berperan dalam kehidupan bernegara. Aksi-aksi mereka diawali dari adanya Manifesto Cordoba di Argentina pada tahun 1918. Manifesto Cordoba menjadi deklarasi hak mahasiswa yang pertama di dunia, dan sejak itu mahasiswa di sana memainkan peran yang konstan dan militan dalam kehidupan politik.
Manifesto Cordoba adalah deklarasi mahasiswa yang menuntut adanya otonomi akademik universitas dan keterlibatan mahasiswa dalam mengelola administrasi universitas (cogobierno). Hal ini berangkat dari adanya administrasi lama yang tidak pernah memberikan ruang untuk pembaharuan kurikulum dan adanya ajaran yang membuat setiap orang ketakutan bila melakukan perubahan. Hal yang dinyatakan dalam manifesto tersebut salah satunya, “Kami ingin menghapus dari organisasi universitas konsep tentang otoritas yang kuno dan barbar, yang menjadikan universitas benteng pertahanan tirani yang absurd”.
Program reformasi total yang diinginkan mahasiswa berusaha mendobrak pandangan konservatif akan universitas, dengan memberikan independensi penuh pada universitas dari kooptasi kepentingan politik pemerintah, juga memberikan kesempatan mahasiswa untuk berbagi kekuasaan dalam kampus. Hal ini merupakan refleksi atas kondisi sosial politis di Amerika Latin yang dikuasai pemerintahan otoriter, yang jangkauan kekuasaannya juga masuk ke dalam ranah akademik universitas.
Kondisi yang demikian kemudian menyebabkan gerakan mahasiswa secara bertahap memperluas tuntutannya pada hal yang lebih bersifat politis, yaitu perlawanan pada rezim yang otoriter. Hal ini karena adanya kesadaran bahwa kebijakan universitas tersebut hanya sebatas symptom, perlu penghajaran pada akar penyakitnya. Perlawanan atas rezim tersebut dilakukan dengan membentuk berbagai aliansi dan front bersama buruh dan petani sehingga dalam kenyataannya mahasiswa tidak bergerak sendiri.
Dalam jangka waktu 20 tahun, perlawanan mahasiswa dari Argentina ini menyebar ke seluruh Amerika Latin. Di Peru tahun 1919, Chili 1920, Kolumbia 1924, Paraguay 1927, Brazil dan Bolivia 1928, Meksiko 1929, Kosta Rika 1930, dan Kuba pada tahun 1933 dan 1952.
Setiap negara memiliki karakternya masing-masing, sehingga tingkat keberhasilan dan durasi pencapaiannya pun berbeda-beda. Ada yang menang dengan menggulingkan rezim otoriter, ada juga yang hanya setengah-setengah dengan mendapatkan otonomi sementara. Namun setidaknya, mahasiswa Amerika Latin mengajarkan kepada kita jika tuntutan akademis dan aktivitas politik merupakan dua hal yang saling melengkapi, bukan saling bertentangan.
Gerakan Mahasisa di Eropa
Di Italia perlawanan mahasiswa berawal dari Turin. Mahasiswa berhasil mengontrol aktivitas fisik dan intelektual kampus mereka melalui kegiatan-kegiatannya sendiri. Selama sebulan kampus berhasil di duduki (27 November 1967-27 Desember 1967), sebelum aparat menyerbu kampus tersebut. Sejak itu perlawanan meluas ke beberapa kota sepanjang jazirah Italia.
Alasan utama mahasiswa melakukan perlawanan adalah karena kondisi akademis yang otoriter. Tradisi pedagogi dan kurikulum menjadikan profesor-profesor di sana dapat mengajar dengan seenaknya sendiri, misalnya, para professor di sana memberi kuliah dengan diktat yang ditulisnya sendiri dan ujian hanya diambil dari diktat tersebut. Tak ada ruang diskusi yang bebas dan kesempatan belajar dari sumber lainnya. Selain itu, kurikulum yang disusun sangatlah kuno, seperti silabus kuliah ilmu politik yang hanya sampai pada pemikiran JJ. Rousseau.
Keterbatasan dan kekakuan akademis ini membuat mahasiswa ‘terkurung’ dalam kegiatan akademisnya sendiri. Oleh karena itu, agenda utama perlawanan mereka adalah kritikan atas kondisi akademis tersebut. Untuk mencapai itu, gerakan mahasiswa berusaha memperluas jangkauannya dengan keluar dari Turin, tentu dengan mengubah tuntutan secara praktis menjadi ‘Lawan Otoriterianisme.’ Tujuannya jelas agar diikuti seluruh mahasiswa di Italia. Efeknya dalam dua bulan (Januari-Februari 1968), gerakan mahasiswa ini meluas hingga seluruh kota di Italia. Tidak hanya terdiri dari elemen mahasiswa saja, tetapi juga pelajar dan para buruh FIAT.
Hal ini kemudian menyita perhatian publik dan membuat pemerintah tak tinggal diam. Represivitas terjadi dalam menghentikan perlawanan ini, sehingga setidaknya 2000 mahasiswa ditangkap dengan berbagai tuduhan. Kenyataan gerakan di Italia ini kemudian berhasil mengubah struktur akademis dan memaksa para professor melihat kembali kurikulum di dalam kampus. Juga mengubah kebijakan pendidikan nasional ke arah yang lebih egaliter dan terbuka.
Gerakan mahasiswa di Spanyol dilatarbelakangi dua hal, yaitu krisis dan perlawanan terbuka kepada rezim Franco dan kondisi internal Universitas. Secara umum, mahasiswa merupakan entitas yang kecil di Spanyol pada tahun 1965. Kondisi ini disebabkan oleh mahalnya biaya kampus dan sedikitnya subsidi dari pemerintah, sehingga mahasiswa dari kalangan buruh dan petani sangatlah kecil padahal mayoritas masyarakat berasal dari dua kelas tersebut. Hal ini kemudian diperparah dengan sulitnya mencari pekerjaan bagi para sarjana setelah lulus dari kampus.
Selain kondisi di atas, kooptasi rezim Franco dalam kampus sangatlah besar, termasuk dalam serikat mahasiswa. Hanya satu serikat mahasiswa yang diakui di Spanyol, yaitu Sindicato Espanol Universitario (SEU). Pimpinan serikat ini dipilih oleh pemerintah, meski akhirnya diberikan keleluasaan pada mahasiswa untuk memilih sendiri. Namun, mahasiswa tidaklah puas dengan hal tersebut dan kemudian mereka membuat serikat baru yang dinamakan Federacion Universataria Democratica de Espana (FUDE) dan ADEC. Keduanya kemudian melebur menjadi Confederacion Democratica de Espana (CUDE). Setelah terbentuknya serikat baru ini, mahasiswa mulai berani mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah, termasuk dalam hal serikat mahasiswa di kampus.
Kritik mereka pada sistem Universitas kemudian merembet pada isu politik nasional. Reli-reli protes selalu dihadapkan pada bentrokan dengan aparat kepolisian. Guna menghadapi itu, mahasiswa kemudian membuka jaringan dengan buruh karena memiliki kesamaan isu, yaitu kebebasan berserikat. Rezim Franco yang fasis dan totaliter dijadikan musuh bersama karena memang dianggap sebagai akar masalah. Aliansi ini disahkan dengan mogok bersama pada tanggal 1-3 Mei 1968. Hal ini kemudian berakibat pada bentrokan dan penagkapan besar-besaran pada aktivis mahasiswa dan buruh. Namun perjuangan bersama antara mahasiswa dan buruh terus berjalan hingga rezim Franco runtuh.
Gerakan mahasiswa juga terjadi di Perancis, yang paling terkenal pada tahun 1968. Banyak versi yang menceritakan hal ini, namun bila mengikuti alur cerita dari Ernest Mandell, faktor utama dari protes mahasiswa di Perancis adalah adanya alienasi dalam kehidupan mahasiswa yang disebabkan oleh kampus. Mahasiswa dihadapkan pada sistem, struktur, dan kurikulum yang membuat mahasiswa semakin terk-eksklusi dari kehidupannya sendiri. Kampus membuat sistem ‘proletariat baru’ sehingga mereka tak diperkenankan dalam menentukan kehidupannya di kampus dan berpartisipasi dalam menentukan kurikulum. Semua sistem, struktur, dan kurikulum ditujukan hanya untuk memenuhi kebutuhan industri.
Mahasiswa tidak belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, tetapi diatur secara sistemik dalam kerangka besar untuk memenuhi kebutuhan industri. Hal ini kemudian menjadikan mahasiswa mulai protes terhadap kampusnya terkait permasalahan kampus. Setelah beberapa waktu, akhirnya mereka menyadari jika akar permasalahan bukanlah di kampus, tetapi sistem yang mengatur masyarakat secara luas, kampus dianggap hanya salah satu bagian dari masyarakat. Pola perlawanan pun bergeser. Mahasiswa kemudian berafiliasi dengan buruh dan elemen masyarakat lain untuk menentang sistem yang menyebabkan ‘alienasi’ tersebut, yaitu kapitalisme. Perlawanan meluas tak hanya di kampus saja, tetapi hampir di seluruh wilayah Perancis. Pertarungan ini naik-turun selama periode 1968 dan mempengaruhi kenyataan politik di Perancis masa itu.
"Kebingungan" Gerakan Mahasiswa
Dari pemaparan sejarah gerakan mahasiswa di berbagai dunia di atas, ada dua hal menarik, yang dapat dijadikan sebagai benang merah. Pertama, gerakan mahasiswa di Amerika Latin dan Eropa sejak dahulu (dan bisa jadi sampai sekarang) mengakui bahwa sistem otoriter dan sistem kapitalisme yang dijadikan ideologi dalam mengelola sebuah negara, tidak akan pernah bisa mensejahterakan rakyat, dan mengengkang para mahasiswa dalam belajar.
Kedua, ketika gerakan mahasiswa sudah berhasil “menjatuhkan” sebuah rezim, berikutnya mahasiswa “kebingungan” bagaimana mengelola negara? Atau dengan ideologi atau sistem apa negara dikelola? Bagaimana sejarah gerakan mahasiwa di Asia dan khususnya di Indonesia? Temukan jawabannya di tulisan kedua serial Voa-IslamiCollege (2).
[IndoProggres/syahid/mayvoa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!