Survei: 37 Persen remaja Yahudi AS Bersimpati Pada HamasSabtu, 23 Nov 2024 20:25 |
KETIKA ayah dan ibunya bercerai, Abdullah baru berusia Sembilan tahun. Dia sama sekali tidak mengetahui apa makna perkataan tersebut, ketika ibunya pertama kali memberitahunya, “Ayahmu dan ibu akan bercerai.” Namun dia mengetahui bahwa orangtuanya kerap bertengkar, dan tak lama setelah pertengkaran, ibunya seringkali menangis di dapur. Terkadang dia memergoki ayahnya mengangkat tangannya tinggi-tinggi, siap untuk diayunkan menampar wajah ibunya. Namun ketika melihat dirinya, ayahnya mengurungkan niatnya. Abdullah menyangka bahwa bercerai berarti mencoba untuk menyelesaikan persoalan yang mendera keluarga.
Dia merasa terkejut ketika dia mendapati ayahnya mengemasi barang-barang pribadinya ke dalam kardus. “Apa yang ayah lakukan?” tanya bocah itu. Ayahnya memberitahunya bahwa dikarenakan perceraian, dia tidak diperbolehkan lagi untuk tinggal serumah dengan ibunya. Ayahnya bermaksud untuk pindah rumah. Ayahnya melanjutkan, “Ibumu dan aku telah memutuskan hal ini yang menjadi hal terbaik yang bisa dilakukan.”
Pindah rumah? Apa maksudnya? Namun nasi sudah menjadi bubur. Sepindah ayahnya, Abdullah tumbuh dewasa dengan ibunya. Dia sangat sedikit sekali bergaul dengan ayahnya. Dia begitu kesal kepada ayahnya yang dianggapnya telah menelantarkan diri dan ibunya. Lalu Abdullah bersahabat dengan teman-teman yang nakal dan kerap melakukan dosa serta maksiat. Abdullah sangat membutuhkan perhatian dan figur sang ayah. Namun sayang, ayahnya kemudian meninggal dunia, dan Abdullah semakin terperosok ke dalam kenakalan remaja dan kemaksiatan. Ibunya begitu kewalahan menghadapi tindak-tanduk Abdullah, dan hanya bisa memanjatkan doa kepada Allah demi perubahan sang anak. Ibunya berharap agar Allah memberi petunjuk kepada Abdullah dan mengembalikannya ke jalan-Nya yang lurus.
…Abdullah sangat membutuhkan perhatian dan figur sang ayah. Tanpa ayah, Abdullah semakin terperosok ke dalam kenakalan remaja dan kemaksiatan…
Kisah Remaja Dan Ayah Tiri
Khadijah, Nusaibah, dan Ahmad, masing-masing berusia 15, 13, dan 10 tahun ketika ayah mereka meninggal dunia dan ibu mereka menikah lagi. Mereka ingat betul betapa kakek dan nenek mereka dari kedua pihak sangat bersedih ketika ibu mereka memutuskan untuk menikah lagi. Dikarenakan ibunya menikah lagi, kakek dan nenek mereka, para paman dan bibi berjanji tidak akan pernah berbicara dengan ibu mereka, serta bertekad untuk memutuskan tali kekeluargaan dengannya.
Padahal, ayah tiri mereka adalah orang yang baik. Dan mereka pun menyadari dengan baik bahwa ibu mereka sangat mencintai ayah mereka. Namun ibu lebih memilih untuk menikah lagi demi kehidupan diri dan anak-anaknya yang lebih baik lagi. Kini, dengan hidup bersama ayah tiri, ketiganya merasa sangat tidak betah karena mereka hidup terpisah dengan keluarga ayah mereka. Khadijah dan Nusaibah memutuskan bahwa sesuatu harus segera dilakukan agar keluarga ayah mereka mau berinteraksi secara baik dengan ayah tiri mereka.
…dengan hidup bersama ayah tiri, ketiganya merasa sangat tidak betah karena mereka hidup terpisah dengan keluarga ayah mereka…
Mereka memutuskan untuk memanggil kakek mereka dari pihak ayah, lantas memberitahunya betapa mereka sangat merindukan ayah mereka. Lalu sang kakek pun membuat mereka merasa nyaman. Mereka menginformasikan kakek mereka bahwa, alhamdulillah, mereka sungguh beruntung karena ayah tiri mereka sangat senang dengan ayah mereka dan mereka begitu berbahagia dengannya. Kemudian sang kakek berinisiatif untuk mempertemukan pria yang telah dianggapnya sebagai putranya itu. Setelah beberapa menit berdialog dengan sang ayah tiri, sang kakek menyadari bahwa anak-anak memang seharusnya memiliki ayah di dalam kehidupan mereka yang sebenarnya. Tak lama setelah itu, sang kakek berbicara dengan seluruh anggota keluarga yang dewasa bahwa hubungan kekeluargaan haruslah tetap diperbaiki.
Belajar dari Kisah Perceraian Dan Ayah Tiri
Dari kedua cerita tadi, pelajaran apa yang bisa diambil? Apakah kalian memiliki teman-teman yang orangtua mereka telah bercerai? Lalu apakah kalian memiliki teman yang ayahnya adalah ayah tiri? Atau ibunya adalah ibu tiri? Apa yang akan kalian lakukan apabila kalian adalah Abdullah? Atau apa yang akan kalian lakukan seandainya kalian ada di posisi Khadijah, Nusaibah, atau Ahmad?
Islam sangat menekankan pentingnya unit keluarga, relasi keluarga, dan kondisi baik keluarga. Ketika orangtua bertanggungjawab dalam urusan-urusan keluarga, Islam tidak mengajarkan anak-anak –yang menginjak remaja atau pemuda— seperti kalian untuk bersikap cuek dan apatis terhadap apa yang sedang terjadi dengan keluarga. Ketika terjadi konflik dalam keluarga, tidak ada alasan bagi kalian untuk tidak hormat kepada salah satu dari kedua orangtua kalian. Jelas, sebagai anak yang telah dewasa, Anda memiliki kontribusi untuk menghentikan konflik keluarga.
…Islam sangat menekankan pentingnya unit keluarga, relasi keluarga, dan kondisi baik keluarga…
Di antara area-area kehidupan keluarga di mana kalian bisa terlibat di dalamnya adalah membantu orangtua untuk menjaga hubungan keluarga. Hal tersebut sangatlah penting. Karena terkadang, jika hubungan keluarga dibiarkan tidak terawat dan diabaikan, maka area tersebut bisa meluluhlantakkan kedamaian seluruh keluarga.
Allah Yang Maha Kuasa, hanya Dia Yang Maha Mengetahui apakah seorang suami atau istri bisa hidup terpisah dan merawat anak-anak mereka. Sementara kebanyakan keluarga hidup penuh kedamaian, kita seringkali mendengar pasangan yang baru menikah yang mengakhiri pernikahan mereka, pasangan yang berpisah, dan keluarga yang dilanda kebingungan disebabkan perceraian dan pernikahan kembali.
Semua hal tersebut terdengar sangat familiar bagi kalian, dan bisa jadi merupakan berita yang sangat menyedihkan. Sungguh sangat sedih apabila keluarga harus tercerai-berai. Namun pertanyaan penting yang harus dijawab adalah, apa yang kalian lakukan –sebagai anak-anak yang menjadi korban— ketika hal tersebut menimpa diri kalian? Apakah kalian justru akan mengambil keuntungan dari situasi tersebut untuk bertindak tidak bertanggungjawab terhadap diri, berlaku bebas sebebas-bebasnya, dan melakukan berbagai pelanggaran serta kemaksiatan seperti Abdullah di dalam cerita di atas? Ataukah Anda akan seperti Khadijah, Nusaibah, dan Ahmad yang mengusahakan agar keluarga tetap utuh dan membantu orangtua mereka untuk melakukan rekonsiliasi?
Pesan yang ingin disampaikan di sini, tentu saja, para remaja dan pemuda tidak bisa diam saja dan berlaku pasif tatkala keutuhan keluarga terancam bubar. Sangat penting bagi kalian untuk terlibat aktif. Jika ternyata keluarga kita membutuhkan perhatian lebih dari kita, maka tak usahlah kita berbicara tentang bagaimana melayani masyarakat atau mengubah dunia. Perbaikilah dahulu keharmonisan keluarga kita sendiri. Ok, semua sepakat untuk terlibat aktif dalam menjaga keutuhan keluarga. Tapi bagaimana caranya?
Tips Remaja untuk Memelihara Keutuhan Keluarga
Inilah beberapa tips bagi remaja agar bisa berperan dalam memelihara keutuhan keluarga.
Pertama, penuh perhatian dan objektif. Menjadi sosok yang penuh perhatian tidak berarti bersikap reaktif, namun lebih kepada waspada, sadar, dan berusaha mengembalikan hubungan keluarga seperti semula. Berlakulah objektif semaksimal mungkin dan netral. Jauhkan sikap keberpihakan kepada ayah atau ibu atau anggota keluarga yang bertikai. Amatilah dan cobalah untuk memahami setiap sudut pandang mereka.
…Berlakulah objektif semaksimal mungkin dan netral. Jauhkan sikap keberpihakan kepada ayah atau ibu atau anggota keluarga yang bertikai…
Kedua, selalu ada di rumah. Kalian harus banyak menghabiskan banyak waktu luang di rumah. Menjauhi rumah atau melarikan diri dari masalah tidak akan membuat masalah menjadi terselesaikan. Sebagai remaja atau pemuda, kalian bisa saja meninggalkan rumah dan menghabiskan waktu bersama teman-teman. Tapi bagaimana halnya dengan adik-adik kalian yang masih terlalu muda untuk lari dari rumah? Siapa yang akan membuat mereka nyaman dan aman ketika ayah dan ibu sedang bertengkar di rumah? Siapa yang akan membantu adik-adik Anda merasa aman jika kalian sebagai kakak tidak ada di rumah?
Berada di rumah berarti memberi kesempatan kepada orangtua untuk berbicara dengan kalian, apabila mereka berkecenderungan untuk melakukan hal tersebut. Apabila kalian berada di ruang keluarga dan ibu sedang membaca buku, maka mungkin saja ibu akan meletakkan buku lalu berbicara dengan kalian mengenai perasaannya. Berada di sana sangat penting untuk membantu orangtua menyadari bahwa apa pun keputusan yang akan mereka buat mengenai pernikahan akan mempengaruhi kalian dan adik-adik di rumah. Kehadiran kalian membuat mereka berpikir berulang-ulang mengenai konsekuensi buruk dari perpisahan dan perceraian.
Ketiga, harus pro-aktif. Ketika kita mengetahui bahwa ada sesuatu hal yang terjadi antara ayah dan ibu, maka ambillah kesempatan untuk berbicara dengan keduanya secara terpisah. Tanyakan mereka apakah ada sesuatu yang bisa kalian bantu. kalian bisa saja meminta mereka untuk terlibat membantu kalian menyelesaikan tugas sekolah atau kuliah.
Ketika ayah atau ibu terlibat membantu kalian menyelesaikan tugas tersebut, kalian bisa memberitahu mereka bahwa kalian bersedih mengetahui bagaimana mereka saling memperlakukan satu sama lainnya. Beritahu mereka mungkin ada baiknya jika mereka mendatangi lembaga counseling profesional atau mendatangi seorang ulama lokal untuk mendapatkan solusi atas persoalan yang mereka hadapi. Yang jelas, penting bagi kalian untuk melontarkan pertanyaan kepada orangtua, “Apa yang bisa saya bantu?” Kemudian dengarkanlah apa yang ingin mereka sampaikan, dan bantulah jika kalian memang bisa membantu mereka.
…Ketika kita mengetahui bahwa ada sesuatu hal yang terjadi antara ayah dan ibu, maka ambillah kesempatan untuk berbicara dengan keduanya secara terpisah…
Keempat, berdoalah. Bantuan dan pertolongan paling mumpuni yang bisa kalian lakukan adalah berdoa kepada Allah untuk menghindari keluarga dari pertikaian dan perpecahan. Ingatlah, bagaimanapun, hanya Allah-lah yang paling mengetahui apa yang terbaik untuk keluarga kalian; apakah memang harus tetap bersama atau perpisahan menjadi jalan terbaik, jika ayah atau ibu atau anggota keluarga lainnya tidak memiliki kehendak baik untuk memperbaiki kebiasaan atau tingkah lakunya yang destruktif.
Lantas, jika menurut kehendak Allah keluarga kalian memang harus berpisah, lalu apa yang harus kalian lakukan?
Proyek Rekonsiliasi
Pertama, berdoalah. Seringkali, para remaja atau pemuda melupakan kuasa Allah atas segala persoalan yang terjadi. Jika Allah tidak berkehendak, maka perpisahan dan perceraian orangtua tidak akan pernah terjadi. Jika Allah berencana bahwa keluarga kalian diuji dengan perpisahan dan perceraian, maka naluri pertama yang harus kalian ikuti adalah dengan berdoa kepada-Nya memohon agar setiap anggota keluarga mengikuti apa yang mereka yakini sebagai hal baik demi keluarga dan masa depannya. Betapa banyak manusia yang telah kehilangan harapan terhadap keluarga mereka, namun tiba-tiba anggota keluarga yang bertikai ternyata berubah pikiran dan mau untuk melakukan rekonsiliasi dengan yang lain. Allah-lah semata yang sanggup membolak-balikkan hati manusia, jadi memohonlah kepadanya segala sesuatu yang terbaik.
Hanya Allah yang sanggup menyatukan hati orang-orang yang bermusuhan. Allah menegaskan, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali Imran: 103).
Kedua, berada di tempat kejadian. Salah satu tindakan yang mudah untuk dilakukan ketika terjadi pertikaian adalah memutuskan seluruh hubungan dengan pihak-pihak yang bertikai. Tindakan tersebut memang begitu mudah untuk dilakukan, namun sejatinya hal tersebut tidak merefleksikan perilaku yang islami.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturrahim.” Beliau juga bersabda, “Barangsiapa yang ingin di luaskan baginya rezekinya, dipanjangkan umurnya, maka hendaknya dia menghubungkan silaturrahim.”
Jadi yang harus kalian lakukan adalah berada di rumah dan bersikap pro-aktif untuk melakukan rekonsiliasi serta semaksimal mungkin menjaga silaturrahim.
…Sebagai remaja atau pemuda muslim, kalian mesti berupaya semaksimal mungkin untuk menjadi sumber rekonsiliasi antara kedua orangtua atau anggota keluarga lainnya yang bertikai…
Sebagai remaja atau pemuda muslim, kalian mesti berupaya semaksimal mungkin untuk menjadi sumber rekonsiliasi antara kedua orangtua atau anggota keluarga lainnya yang bertikai. Sebagai generasi muda, begitu banyak tantangan yang kalian hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Semoga tulisan ini memberi inspirasi kepada kalian untuk memainkan peran aktif dalam menjaga dan memperkuat relasi keluarga. Ketika terjadi persoalan, kalian tidak layak untuk lari dari permasalahan atau bersembunyi dan menghindar darinya, dengan tidak bertanggungjawab.
Yang harus dipikirkan adalah bagaimana menghentikan setiap konflik dan menyadari bahwa kalian memiliki peran aktif untuk menyatukan kembali setiap hati manusia yang terjerembab dalam pertikaian. Lakukanlah semuanya demi keridhaan Allah. Insya Allah, dengan petunjuk-Nya, kalian tidak hanya bisa melakukan mediasi, tapi juga meningkatkan harmoni keluarga. Amin. [ganna pryadha/voa-islam.com]
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com