Jum'at, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 23 Oktober 2009 11:15 wib
5.089 views
Kriteria Pemimpin3
b. Berjiwa integerasi :
Bagi kepentingan umat, maka adanya berbagai gerakan atau organisasi sekta-ristis yang oleh setiap gerakan (jamah, kelompok, partai) atau organisasi mampu menangani sekte-sekte tertentu di bidang pendidikan, kerohanian, kesehatan, politik, ekonomi, sosial kemasyarakatan maupun yang lainnya sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing, itu lebih baik daripada tidak ada gerakan atau organisasi sama sekali.
Integrasi umat yang harus dicapai sekarang adalah mengusahhakan adanya koordinasi dan kerjasama di antara golongan, gerakan dan organisasi, guna mewujud-kan kesamaan dalam konsepsi, planning (perencanaan) dan strategi.
Guna mencapai integrasi yang ideal itu, maka pemimpin umat harus menem-puh jalan antara lain :
1. Merumuskan konsepsi strategi dengan menggali dan kembali kepada kemurnian ajaran Islam.
2. Membentuk kader integrasi.
3. Meningkatkan kecerdasan dan kesadaran umat.
4. Menumbuhkan kekuatan-kekuatan integrasi di setiap golongan dan lapisan masyarakat.
Berdasarkan pengalaman, usaha integrasi melalui propaganda perorangan hanyalah sampai dapat membuat umat paham tentang integrasi, tetapi tidak dapat mewujudkan integrasi. Sebab integrasi menyangkut pola peletakan masyarakat Islam, yaitu disiplin dalam pengorganisasian.
Usaha-usaha integrasi golongan dengan membentuk golongan baru. Usaha ini pada mulanya ternyata malah menambah faktor perpecahan.
Begitu pula usaha integrasi dengan membentuk badan federasi dan koordinasi. Usaha ini pada mulanya kelihatan menghasilkan hubungan yang harmonis dan mesra diantara golongan-golongan maupun organisasi. Akan tetapi karena tiap-tiap orang yang duduk didalmnya mewakili kepentingan dan kehormatan golongan ataupun organisasi, pertentangan akan timbul dan bahkan lebih dipertajam dan ditampilkan, sehingga akhirnya membawa kepada bubarnya badan federasi atau koordinasi itu.
Namun akibat buruk ini bisa diatasi dengan menjadikan kepentingan Islam dan kaum muslimin lebih utama daripada kepetingan golongan dan organisasi. Maka gagasan untuk membentuk ‘Majlis tinggi gerakan-gerakan Islam’ masih bis diwujud-kan meskipun tantanggannya sangat banyak.
Jalan apakah yang terbaik dalam hal ini? Tentu saja mengatur rasa keber-samaan baik dari segi pandangan maupun tujuan sambil melakukan motivasi.Tanpa adanya motivasi yang menumbuhkan kesadaran yang benar-benar melekat pada diri masing-masing kelompok dan gerakan, maka pastilah bangunan integrasi akan ambruk total. Ibaratnya bagaikan bangunan beton yang kokoh berdiri di atas tanah pasir, bagaimana mungkin bangunan semacam ini bisa dipertahankan?
c. Bijaksana dalam menghadapi masalah :
Menghadapi aneka ragam persoalan dan pendapat yang berkembangan di kalangan umat Islam memerlukan pemimpin yang arif dan bijaksana. Tanpa adanya kearifan dan kebijaksanaan, maka keselamatan dan keutuhan umat akan terancam.
Seorang pemimpin yang arif dan bijaksana (hakiem) harus bisa menempatkan diri pada posisi yang netral, bila kemelut terjadi antar masing-masing golongan dan dirinya dilibatkan untuk menangani kemelut itu. Lebih bijak lagi bila ia mampu men-yelesaikan persoalan perselisihan pendapat secara tuntus.
Ibnu Manzhur, penulis Qamus ‘Lisanul Arab‘ mengartikan orang yang hakiem (bijaksana) yaitu, yang paham benar tentang seluk-beluk teknik mengerjakan sesuatu dan dia mahir di dalamnya (jil.12 hal. 143). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan arti bijaksana: 1.selalu mengunakan akal budinya (pengalaman dan penge-tahuannya); arif, tajam pikiran; 2. pandai dan ingat-ingat (cermat teliti, dsb) apabila menghadapi kesulitan dsb (Hal. 115).
Menurut Muhammad Natsir, “Hikmah adalah kemampuan untuk memilih bentuk yang tepat itu dan mempergunakannnya secara tepat. Hikmah atau kebijak-sanaan dapat dibagai menjadi beberapa bagian :
1. Hikmah dalam arti “husnul ikhtiar“ yaitu, kemampuan memilih saat harus bertindak, dan bila harus diam. Keberanian, lincah (energetic), dan cekatan; harus pula mempertimbangkan situasi dan kondisi. Seorang pemimpin yang bijak tidak cepat menangapi sesuata dan mengeluarkan pernyataan, bila data-datanya belum lengkap, bahkan akan lebih berhati-hati dan tidak ceroboh, akan tetapi tidak lamban dalam menyelesaikan segala persoalan. Pemimpin yang bijaksana mampu membuat sekala prioritas dalam memecahkan segala persoalan, sehingga ia tahu mana yang harus didahulukan dan mana yang ditangguhkan.
2. Hikmah dalam arti “taqriebu wijhaatin nazhar” yaitu, mengadakan kontak pe-mikiran dan mencari titik temu. Tumbuhnya organisasi Islam dengan aneka ragam warnanya menandakan bahwa kaum muslimin Indonesia adalah yang paling heterogen pikirannya, baik pemahamanya terhadap Islam itu sendiri maupun dalam melakukan strategi. Oleh karena itu pemimpin umat yang akan melakukan kontak komunikasi harus mengetahui bahan apersepsi yang sudah ada pada individu maupun kelomok (apresepsi dalam ilmu jiwa: sesuatu yang dirasakan langsung oleh seseorang berkenaan dengan kepentingannya sendiri).
3. Hikmah dalam arti “katsirul ‘amali qalilun nuthqi” yaitu, berbuat banyak dan berbicara sedikit; atau tidak berbicara sama sekali, dan itulah yang disebut ‘lisanul haal’ yaitu, bahasa tanpa suara yang dilakukan dalam bentuk tingkah laku perbuatan, sebagaiman pepatah Arab, “lisanul haal afshahu min lisanil maqaal “ (tingkah laku perbuatan lebih utama dari perkataan). Tingkah laku yang ditujukkan oleh pimpinan umat akan jadi titik tolak ukuran bagi umat yang dibinannya, sebaliknya seorang pemimpin yang hanya pandai dalam ucapan dan janji mereka akan pudar kewibawaannya.Para pemimpin golongan maupun gerakan yang dihadapan umum mengajak mewujudkan ukhuwah Islamiyah, mestinya mereka memeberi contoh tanpa banyak komentar, sebab kenyataannya, “ajakan ukhuwah Islamiyah ibarat menarik layang-layang. Semakin layang-layang itu ditarik, maka semakin membubung tinggi”.
d. Lebih mementingkan kepentingan umat daripada kepentingan golongan.
Sebagai pemimpin umat, ia harus bisa merumuskan kepentingan bersama di atas kepintingan pribadi atau golobgan. Hendaknya disadari bahwa tumbuhnya ke-kuatan akan lahir atas dasar kebersamaan.
Meningkatkan kualitas umat, meluruskan pemahaman kaum liberal dan sekuler, memperbaiki akhlak para pemuda, memperbanyak sarana pendidikan dan kesahatan, menaikkan taraf hidup umat, mengatasi masalah kemiskinan dan pengang-guran, kiranya akan lebih simpati daripada mempersoalkan : pakai ‘qunut’ atau tidak dalam shalat subuh, dan yang sejenis dengan itu.
Bila pemimpin itu sudah mengena di hati umat maka usaha pengembangan ke arah mana saja akan dipatuhinya, sebab dia telah membuktikan loyalitasnya terhadap umat yang dipimpinnya.
Ki kalangasn masyarakat yang berpendidikan tinggi, sikap keterbukaan akan lebih menonjol. Sebaliknay di kalangan masyrakat yang berpendidikan rendah, maka sikap tertutuplah yang lebih menonjol, suhingga yang ada pada diri kelompok- kelompok masyarakat hanyalah saling curigai-mencurigai sesamanya.
Bila diri pemimpin tidak bisa mengetahui jalan berpikir masing-masing kelompok itu, kemudian melakukan tindakan tanpa perhitungan dan kebijaksanaan, jangan mengharapkan kalau dirinya akan dipatuhi umat.
Ingat ! Bahwa kelangsungan hidup satu bangsa atau kehancurannya, begitu juga keberadaan satu negara atau kehilangannya sangat dipengaruhi oleh pemimpinya. Bahkan dari hasil pengamatan sejarah, lebih dikenal nama pemimpin satu negara daripada nama negaranya itu sendiri. Oleh karena itu, pemimpin umat hendaknya menyadari itu semua.
وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
(av/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!