Survei: 37 Persen remaja Yahudi AS Bersimpati Pada HamasSabtu, 23 Nov 2024 20:25 |
Cerpen Ramadhan : Taubatku Ramadhan Ini
By Ria Fariana
Dinda memakai mukena bagian atas dengan sedikit tergesa-gesa. Mukena bagian bawah dilipatnya dengan sajadah untuk dipakai setiba di masjid nanti. Tak lupa, sandal jepit kesayangannya yang berwarna biru muda dengan gambar mickey mouse di bagian telapak, ikut mengiringi langkah Dinda menuju masjid untuk sholat tarawih.
“Tak usah terburu-buru Din, nyantai aja,” Kak Sita tersenyum melihat tingkah si bungsu yang baru menginjak bangku SMA itu.
“Iya nih Kak, gak sabar rasanya pingin ikutan tarawih. Udah ditungguin 11 bulan lamanya,” kata Dinda sambil nyengir lucu ke arah kakaknya.
“Iya nih Kak, gak sabar rasanya pingin ikutan tarawih. Udah ditungguin 11 bulan lamanya,” kata Dinda sambil nyengir lucu ke arah kakaknya.
Hari keenam di bulan Ramadhan tahun ini adalah hari pertama buat Dinda karena sebelumnya ia udzhur mendapat tamu bulanan. Jadi wajar saja bila ia merasa tak sabar ingin segera merasakan nikmatnya tarawih di bulan Ramadhan. Bersama Kak Sita, Dinda berangkat tarawih ke masjid yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya. Sholat Isya, tarawih, kultum dan witir memakan waktu sekitar 1,5 jam. Seusai sholat, para jamaah saling bersalam-salaman sebelum pulang. Karena masih harus memakai kaos kaki sebelum melangkah keluar masjid, Dinda dan Kak Sita jadi yang paling belakangan pulangnya.
Kak Sita sudah berdiri di bawah pohon menunggu Dinda yang masih sibuk di halaman masjid. Keningnya berkerut, kepalanya melongok kesana-kemari.
“Ada apa, dek?” Tanya Kak Sita.
“Sandalku gak ada.”
“Masa sih?” Kak Sita pun akhirnya ikut mencari sandal jepit biru itu. Setelah beberapa saat, sandal itu masih juga tak ketemu. Orang-orang pun semakin tinggal sedikit di masjid. Bahkan untuk jamaah perempuan, sudah tak kelihatan satu orang pun. Tinggal bapak-bapak panitia sholat tarawih, penjaga masjid dan beberapa orang yang tadarus Al-Qur’an.
Dinda gelisah. Bukan masalah harga sandal jepit yang hilang itu, tapi kenangan sandal itu begitu lekat di hati Dinda. Sandal jepit dari sang mantan pacar di SMP dulu, sebelum Dinda memutuskannya karena takut mendekati zina. Lagipula, Dinda kebetulan memakai kaos kaki putih, masa iya harus berjalan kaki menuju rumah tanpa alas kaki. Di tengah kebingungan Dinda dan Kak Sita, tiba-tiba dari dalam masjid muncul seseorang.
“Pakai sandalku dulu aja, dek,” katanya.
Dinda mendongak ke arah suara tersebut berasal. Dan serrr…sesuatu berdesir memompa darah ke jantung Dinda dengan lebih cepat. Brad Pitt muslim, upz…maksudnya, nih cowok mirip-mirip gitu.
“Ya udah dek, pinjam dulu aja sementara, besok kita kembalikan,” kata Kak Sita.
“Iya, bawa saja daripada kaos kakinya ntar kotor kena tanah.”
Duh…baik baik si Brad Pitt ini, batin Dinda konyol.
Akhirnya Dinda pulang dengan beralas kaki punya cowok itu. Wah…siapa ya namanya, batin Dinda menyesal karena tadi lupa menanyakan nama cowok itu.
“Ehem…lihat jalan dek, tuh pohon jangan digasak aja,” Kak Sita mengingatkan Dinda yang jalannya meleng karena pkirannya melayang kemana-mana.
---------------------
Keesokan harinya, sandal jepit itu dikembalikan kepada yang empunya. Ternyata namanya Raka. Sejak malam itu, Dinda jadi rajin sekali berangkat ke masjid bahkan sebelum adzan Isya dimulai.
“Hijab bukan hanya untuk tubuh saja dek, tapi juga untuk hati kita,” kata Kak Sita bijak.
“Hijab bukan hanya untuk tubuh saja dek, tapi juga untuk hati kita,” kata Kak Sita bijak. Dinda pun hanya nyengir mendengar teguran halus dari kakaknya. Hari-hari berikutnya, Dinda sibuk menghitung jam. Bukan untuk menunggu beduk buka puasa, bukan pula menunggu lebaran tiba. Tapi Dinda menghitung jam menunggu bisa bertemu dengan si Brad Pitt, eh…Kak Raka maksudnya meskipun hanya sebatas kelihatan punggungnya saja dari kejauhan. Soalnya kan jamaah laki-laki dan perempuan terpisah, pintu masuknya juga beda. Makanya sebatas melihat dari kejauhan saja sudah membuat Dinda senang dan menunggu malam dengan antusias.
Tanpa terasa, Ramadhan sudah memasuki sepuluh hari terakhir. Dinda pun memaksa Kak Sita untuk I’tikaf di masjid tersebut. Awalnya Kak Sita menolak, karena yang biasanya I’tikaf di masjid itu cuma ibu-ibu yang sudah cukup sepuh dan tidak sepenuh malam berada di masjid. Mereka sering pulang karena rumahnya memang di sebelah atau di depan masjid. Tapi demi adik tersayang, akhirnya Kak Sita menemani Dinda juga.
Hari berikutnya, Kak Sita tak mau lagi I’tikaf di masjid itu. Alasannya, karena Kak Sita tak bisa khusyuk, baik karena kondisi ibu-ibu disana yang pulang dan datang berulang-ulang, juga karena sikap Dinda yang menurut Kak Sita norak. Berulang kali Dinda melongok ke arah jamaah putra. Dan berulang kali pula Kak Sita menasehati adiknya itu. Karena tak mempan, Kak Sita akhirnya cukup berdoa dan tidak mau lagi I’tikaf disana. Tapi sholat Tarawih masih jalan terus.
Pada suatu malam, beberapa hari menjelang Ramadhan berakhir, takmir masjid memberi pengumuman sebelum jamaah pulang seusai sholat witir. Ternyata pengumuman itu adalah undangan bagi jamaah sholat tarawih masjid tersebut untuk menghadiri sebuah acara akad nikah pada tanggal 5 syawal. Dan ketika disebutkan siapa yang akan menikah, merahlah muka Dinda mendengarnya. Kak Sita pun tersenyum sambil memeluk Dinda yang berusaha menyembunyikan suasana hatinya.
Ya…pasangan yang menikah itu adalah Kak Raka dan calon istrinya yang bergelar dokter. Selama ini Dinda bagaikan pungguk yang merindukan bulan. Ada genangan air mata di sudut mata Dinda tapi segera dihapusnya sebelum sempat turun menjadi hujan.
“Allah telah menetapkan seseorang yang tepat untukmu, dek. Tapi nanti, ketika waktunya tiba. Saat ini Allah masih ingin melihat kamu fokus belajar dan mengejar cita-cita. Jodohmu tak akan lari kemana, karena sudah ditetapkan Allah sejak mula ruhmu ditiupkan ke rahim mama,” kata Kak Sita lembut di telinga Dinda yang berada di dekapannya.
Ah…beruntungnya Dinda yang mempunyai kakak sebijak itu. Kak Sita yang berusia menjelang seperempat abad saja tak pernah terpihat pusing tentang jodoh. Malahan Dinda yang bau kencur banyak tingkah. Baru saja ia memutus Rio, malah kecantol dengan pesona Kak Raka. Ternyata Dinda sadar, hatinya masih lemah dan mudah tergoda oleh pesona laki-laki.
Duh…Allah, di penghujung Ramadhan ini sisakan pintu taubat untukku, pinta Dinda syahdu. Jalan masih panjang untuk menuntut ilmu dan mengejar cita-cita.
Duh…Allah, di penghujung Ramadhan ini sisakan pintu taubat untukku, pinta Dinda syahdu. Jalan masih panjang untuk menuntut ilmu dan mengejar cita-cita. Islam butuh banyak generasi berkualitas, bukan generasi cengeng yang mudah tergoda daya tarik lawan jenis. Hijabi hati ini Ya Rabb, tundukkan hati dan nafsu ini agar ia tak lagi liar. Dinda pun tersenyum meskipun dengan mata basah.
Hatinya terasa lapang, tak lagi berat seperti semula. Satu beban telah terangkat, dan masih banyak cobaan menghadang di depan. Bantu tapak ini lurus ke arah-Mu, duhai Kekasih….jangan pernah palingkan meskipun sekejap saja. Dinda pun meniti hari-hari terakhir Ramadhan dengan beribadah lebih khusyuk dan membersihkan hati dari segala kotoran yang mungkin menyertai.
(24 Ramadhan 2009, menjelang penghujung)
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com