Selasa, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 15 September 2009 06:12 wib
5.350 views
Ramadhan adalah Cinta
Cinta itu indah, karena ia bekerja dalam ruang kehidupan yg luas, dan inti pekerjaannya adalah memberi. Memberi apa saja yang diperlukan oleh orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih baik dan berbahagia karenanya"
Kutipan di atas saya dapatkan dari halaman salah satu web. Tentang cinta selalu saja indah. Selalu memberi getar tersendiri ketika menyebut kosakata ini, cinta. Karena cinta pula kita ada. Cinta ayah, ibu, saudara, tetangga, teman dan yang utama Allah.
Ramadhan pun saya menyebutnya dengan bulan penuh cinta. Cinta sang Khalik kepada makhluknya dengan janji rahmat dan ampunan-Nya, cinta yang suci karena Ia tak butuh dibalas kembali. Ketika sang makhluk membangkang, kemulyaan-Nya tak akan pernah berkurang. Begitu pun ketika si makhluk tunduk dan taat, tak juga akan menambah Mahabesar-Nya yang tak pernah bertepi.
Cinta sang Khalik adalah memberi tak pernah meminta kembali. Hanya karena tahu diri, sang makhluk pun berusaha memberi sepenuh hati meskipun tak pernah setara dengan apa yang telah diberi-Nya.
Cinta sang Khalik adalah memberi tak pernah meminta kembali. Hanya karena tahu diri, sang makhluk pun berusaha memberi sepenuh hati meskipun tak pernah setara dengan apa yang telah diberi-Nya. Karena ada rasa bahagia dalam memberi, maka tak pernah ada cinta mewujud tanpa memberi. Ada keindahan tertentu dalam memberi karena cinta, dan inilah juga mengapa diturunkan Ramadhan bagi manusia.
Cinta itu menjelma berbagai rupa. Ada obral pahala, ada pelunturan dosa, bahkan ada malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Dia mencinta manusia dengan begitu indah. Dan manusia pun, dengan tuntunan dari-Nya, membalas cinta itu semampunya. Berlapar-lapar dan dahaga demi yang dicinta, mengurangi tidur demi melantunkan surat cinta-Nya, dan tersungkur luruh di tiap rakaat demi mengharap belas kasih-Nya. Manusia yang dhoif ini pun bisa berubah menjadi pecinta, meniru Sang Pecinta Sebenarnya dalam memahami hakikat cinta itu sendiri.
Cinta pada sesama menjelma menjadi peduli. Ego dan gengsi dikontrol menjadi hati yang penuh luapan rasa cinta karena ikatan tali yang sama, akidah Islam. Rasa lapar itu bukan hanya sekedar empati, tapi sungguh mewujud pada diri. Uluran tangan pun terasa lebih ringan karena muncul keinginan untuk berbagi. Inilah makanan bagi jiwa, ketika melihat senyum terukir dari sesama karena terharu dan bahagia. Mendidik jiwa kemanusian manusia agar lebih terasah sehingga mampu merasakan indahnya dunia yang memang penuh warna.
Sang kaya mencintai si miskin, si miskin pun mencintai yang kaya. Tak ada iri dengki dan dendam antara mereka. Hidup pun jadi lebih bahagia. Karena sungguh, semua ini menjadikan kita bersaudara. Sebagaimana pernah diungkap oleh manusia penuh cinta yaitu Rasulullah SAW bahwa tidaklah sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Cinta inilah yang kita pelihara agar abadi selamanya. Cinta inilah sebagai bukti akan ketaatan diri, penghambaan total hanya pada Ilahi, dan menolak segala ilah selain Allah semata. Hingga pada akhirnya sang Khalik tak hanya berfungsi sebagai pencipta saja, tapi juga pengatur pada urusan sang hamba. Pada titik ini pun, cinta manusia diuji apakah akan megikut aturan-Nya ataukah menciptakan ilah tandingan bagi kebesaran-Nya.
Maka, cinta yang ada pada bulan bernama Ramadhan, merupakan moment ketika seorang hamba berazzam untuk taat hanya pada-Nya. Masih ada sebelas bulan lagi untuk membuktikan cinta itu, palsu ataukah murni. Dan sungguh Ya Rabb, saksikan bahwa di Ramadhan ini kami belajar mencinta karena Ramadhan itu sendiri adalah bulan penuh bukti cinta-Mu.
Ria Fariana, voa-islam.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!