Selasa, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 15 September 2009 05:52 wib
3.639 views
Perjodohan Di Layar Kaca: Sebuah Pembodohankah?
Oleh Burhan Sodiq
Seorang perempuan berjalan gontai. Tatapan matanya sengaja dibikin menggoda. Ada puluhan pria melihatnya. Tujuannya satu, agar ada salah satu atau lebih dari sekian pria itu memilihnya. Untuk apa? Untuk menjadi kekasihnya. Kadang ada celotehan nakal, kenapa para pria memilihnya. Ada yang bilang karena dia cantik dan seksi. Tapi ada juga yang pintar berdiplomasi, karena dia sedap dipandang. Hum...
Jodoh adalah sebuah kebaikan, maka jalan menuju kesana pun juga harus baik. Harus menjunjung tinggi etika kesopanan.
Kamu pasti pernah melihat acara itu. Ajang penjodohan yang hampir mirip pembodohan. Pesertanya pun tidak sedikit. Berdasarkan pengakuan dari seorang narasumber, acara itu memang kini mendapat rating tertinggi di stasiun teve. Pesertanya pun konon sudah hampir mengantre ribuan orang. Niatnya pun bermacam-macam, ada yang sekadar iseng, ingin mencari pacar, tapi ada pula yang memang sudah desperate tidak menemukan jodoh selama bertahun-tahun.
Animo yang luar biasa ini tentu saja membuat kita bertanya, apakah memang jomblo di Indonesia ini menjadi sebuah fenomena yang meledak. Banyak gadis muslimah yang usianya sudah kepala tiga, bahkan mendekati kepala 4, namun belum juga menemukan pendamping hidupnya. Di sisi lain, tidak juga sedikit pria yang juga sudah berusia matang, tapi masih saja memilih sendiri menjalani hari-harinya. Alasannya sepele, jodoh belum ada untuk dia.
Rating tertinggi acara ini juga menunjukkan bahwa ternyata publik Indonesia suka melihat penderitaan orang. Mereka asyik melihat orang-orang yang rela mencari satu pria dengan berdandan dan pamer kebolehan di hadapan kontestan pria lainnya. Tidak cuma itu, bahkan sering kali dia rela berbusana setengah telanjang untuk menarik para pria di depan jutaan pemirsa televisi. Apakah ini harga sebuah jodoh hari ini?
Mungkin kita menangkap ada sebuah niat baik dari pihak tv menyelenggarakan acara ini. Yaitu menyelamatkan para single yang hari ini memang belum punya pendamping hidup. Tetapi fitnah enternaintment memang lebih besar dari apa yang diduga. Bisa jadi justru para single itulah yang menjadi komoditi baru pendapatan televisi hari ini. Penderitaan mereka mencari pendamping hidup menjadi pundi-pundi mengeruk keuntungan baru. Namun, para peserta mungkin tidak akan berpikir sejauh itu. Bagi mereka yang penting bisa nongol di teve, urusan jodoh atau enggak jodoh itu nomer terakhir.
Dalam Islam, tujuan tidak bisa menghalalkan sebuah cara untuk mencapai tujuan itu. Cara mencapainya juga kudu baik, beretika dan tidak melanggar norma-norma kesopanan. Wanita bukan barang yang bisa dilihat semua orang, sebelum memilikinya. Ia bukan alat pameran yang bisa dipamer-pamerkan ke sana kemari, ditelanjangi oleh jutaan mata pemirsa televisi. Karena ia adalah makhluk yang Allah muliakan dengan kelebihan yang ia miliki, kelembutan yang dia sandang dan kecerdasan yang ia punyai. Wanita juga tidak dihargai dari hanya sekedar mulus atau kasar kulit wajahnya, bukan pula pada tinggi atau pendek posturnya, bukan pula pada seksi atau tidaknya tubuhnya. Tapi pada keshalihahannya, pada akhlaknya, dan pada rasa khaufnya kepada Allah.
Jodoh adalah sebuah kebaikan, maka jalan menuju kesana pun juga harus baik. Harus menjunjung tinggi etika kesopanan. Karena inti dari jodoh dan pasangan hidup adalah menciptakan rasa aman, nyaman dan mawadah serta rahmah dalam keluarga. Bukan semata kecantikan, bukan pula pada aspek nafsu lahiriyah semata.
Oleh karena itu kalau dalam Islam, setiap yang ingin menikah dipersilakan melihat calonnya. Itu pun sebaiknya hanya dia dan calon mempelai saja. Syaratnya pun juga harus serius niat ingin menikahi, bukan sekedar mainan saja. Sehingga wanita yang dilihat tidak merasa terlecehkan, tidak pula merasa dihinakan. Wallahua'lam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!