Jum'at, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 17 Juli 2009 16:42 wib
6.371 views
Prinsip-Prinsip Islam Dalam Kehidupan (3)
PRINSIP-PRINSIP ISLAM DALAM KEHIDUPAN (3)
Empat: Tauhid Rububiyyah
- Kita beriman terhadap wujud (eksistensi) Allah. Dia-lah semata sebagai Pencipta segala sesuatu, Penguasa segala sesuatu, dan Pengatur segala sesuatu.
* Allah Ta’ala berfirman (QS. Ath-Thuur: 35-36)
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ (35) أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).”
Maksudnya: apakah mereka diadakan tanpa ada yang mengadakannya? Atau mereka yang mengadakan diri mereka sendiri?
Jawabannya jelas tidak, tidak yang pertama dan tidak pula yang kedua. Tetapi Allah-lah yang menciptakan mereka dan menumbuhkembangkan mereka dari sesuatu yang tidak tidak ada.
* Allah Ta’ala berfirman (QS. Al-A’raf: 54):
أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
Maksudnya: kepunyaan Allah-lah kekuasaan dan berbuat apa saja. Tidak ada yang bisa menolak ketetapan-Nya. Tidak ada yang dapat menandingi hukum-Nya. Tidak memiliki sekutu dalam kekuasaan-Nya. Dan tidak pula ada penolong bagi-Nya dari kehinaan.
* Allah Ta’ala berfirman (QS. Thaahaa: 50):
قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى
“Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.”
Maksudnya: Dialah Pencipta makhluk dan menentukan takdir serta mempola setiap makhluk sesuai keinginan-Nya. Dia-lah yang memberikan setiap makhluk apa yang sesuai dengan-Nya. Memberikan setiap sesuatu apa yang layak bagi-Nya. Dan mempersiapkan segala sesuatu untuk tujuan di atas.
Kelima: Dalil-Dalil Tentang Wujud (Eksistensi) Allah
Sesungguhnya dalil-dalil adanya Allah adalah seluruh makhluk-Nya. Setiap makhluk Allah di langit dan di bumi pada hakikatnya menjadi bukti yang paling kuat akan adanya Allah ‘azza wa jalla. Dari makhluk yang terkecil hingga paling besar.
Dalil pertama yang menunjukkan eksistensi Allah adalah fithrah manusia itu sendiri. Pengakuan terhadap Rububiyyah (ketuhanan) Allah merupakan perkara fithrah yang sudah tertanam dalam diri manusia, yang baik maupun yang bejat. Semua merasakan serta meyakini tentang eksistensi Allah dan kewajiban untuk menyembah-Nya.
Mayoritas mufassirin berpendapat, fitrah ialah perjanjian yang Allah ambil dari setiap manusia sebelum ia lahir ke dunia. Dan menjadikannya sebagai hujjah (argument) terhadap mereka, semuanya mengakui, oleh karenanya setiap orang tidak bisa meminta maaf (berkelit) sambil beralasan bahwa meninggalkan perjanjian karena taklid kepada bapak dan nenek moyangnya.
* Firman Allah Ta’ala (QS. 172-173)
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آَدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آَبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"
Namun seringkali fitrah ini tertutupi oleh kesenangan dan kemakmuran duniawi atau tertutupi oleh kelalaian. Dan pada waktu lain noda dan kotoran yang menutupi fitrah tadi hancur akibat cobaan, musibah dan bencana. Tak heran jika orang yang sebelumnya atheis kafir tiba-tiba taat kepada Tuhan-nya dan bertaubat kepada-Nya.
* Firman Allah Ta’ala (QS. Yunus: 22)
هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
“Dialah Tuhan yang menjadikan Kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur".
* Firman Allah Ta’ala (QS. Luqman: 32)
وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمَا يَجْحَدُ بِآَيَاتِنَا إِلَّا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُورٍ
“Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.”
Bahkan para gembong atheis dan kafir tidak sanggup menolak kenyataan ini dari hati mereka. Hati mereka tidak mengingkari walau lisan mereka menentang karena sombong dan dzalim, sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang Fir’aun dan kaumnya. (QS. An-Naml: 14)
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ
“Dan mereka mengingkarinya karena kedzaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.”
* Firman Allah Ta’ala (QS. Az-Zukhruf: 9)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ
“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".
* Firman Allah Ta’ala (QS. Yunus: 31)
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah: "Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?"
Dalil kedua untuk membuktikan wujud (eksistensi) Allah adalah melalui makhluk-makhluk-Nya. Semua makhluk yang ada di alam raya ini menunjukkan adanya pencipta, yaitu Allah ’Azza wa Jalla. Setiap makhluk ciptaan yang di langit dan di bumi menjadi dalil (bukti) amat jelas adanya Allah, yang menghilangkan setiap keraguan, mematahkan argumentasi orang-orang yang ingkar, sombong dan congkak.
Tak pelak lagi, bahwa makhluk-makhluk itu adalah bukti kongrit ketuhanan Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah atas segala makhluk-Nya.
Semua makhluk di alam raya yang amat menakjubkan ini tidak mungkin terjadi begitu saja, tanpa ada yang menciptakannya. Dan tidak mungkin juga ia menciptakan dirinya sendiri.
Secara fitrah semua manusia mengakui, mereka diciptakan oleh Allah, Yang mencipta dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), Yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.
Penetapan adanya pencipta di dalam al-Qur’an melalui ayat-ayat-Nya membuahkan ilmu pasti, sebagaimana ilmu tentang adanya matahari di siang hari, tanpa membutuhkan analogi atau lainnya.
Allah Ta’ala berfirman (QS. Ath-Thuur: 35)
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?”
Di antara bukti (dalil) eksistensi Allah adalah kesepakatan umat atas hal itu. Tidak satu-pun anak Adam yang mengingkari hal itu. hanya orang yang sudah rusak fitrahnya yang mengingkari hal itu.
Dalam tulisan para pakar lintas agama dan aliran, sejak dahulu kala hingga sekarang, tidak satupun menukil adanya pendapat seseorang yang menetapkan sekutu (patner)bagi Allah dalam menciptakan makhluk. Dan tidak ada pula yang menyamai sifat-sifat-Nya. Apalagi mengingkari seluruh Rububiyyah Allah.
Allah berfirman (QS. Ibrahim: 10)
قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?”
Para rasul telah menyeru kaumnya untuk menuhankan Allah, yang tidak seorangpun ragu denganNya. Bahkan tidak layak untuk ragu. Karena barangsiapa yang ragu terhadap Allah, ia tidak akan percaya adanya segala sesuatu, sampai hal yang Nampak di depannya.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!