Sabtu, 4 Jumadil Awwal 1446 H / 22 Januari 2011 12:55 wib
2.798 views
Benarkah Amerika Manjakan Tokoh Muslim Belanda?
Ahmed Aboutaleb
REPUBLIKA.CO.ID,Hadiah gratis sekolah di Amerika Serikat selama beberapa bulan. Itulah antara lain cara pemerintah Amerika memanjakan sejumlah tokoh dan pemimpin muslim di Belanda setelah peristiwa pembunuhan sineas Belanda Theo van Gogh tahun 2004.
Sekarang, dari ribuan dokumen yang dibocorkan situs Wikileaks, studi gratis dan jalan-jalan ke Amerika itu merupakan bagian dari program kampanye pemerintah Washington untuk mempengaruhi tokoh-tokoh muslim di Belanda. Di antaranya walikota Rotterdam yang sekarang, Ahmed Aboutaleb.
Nourdin Ghoudani, wartawan dan caleg untuk Partai Muslim Belanda, adalah salah satu yang ditawari jalan-jalan gratis ke Amerika. Sebelumnya dia diundang beberapa kali ke kedubes Amerika. Sekarang, setelah dia tahu bahwa ia digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan Amerika, maka ia merasa agak kecewa. Demikian dituturkannya di televisi Belanda.
"Bahwa itu adalah kebijakan Washington, atau kebijakan dari Presiden Amerika ketika itu, George Bush.... ya, itu memberikan kesan yang lain."
Tidak Berintegrasi
2 November 2004, Belanda dikejutkan peristiwan pembunuhan sineas Theo van Gogh, oleh seorang muslim radikal. Bersama dengan politikus Belanda Ayaan Hirsi Ali, ia membuat film Submission, yang merupakan kecaman terhadap posisi perempuan di dalam Islam. Pihak Amerika mendalami masalah ini, dan akhirnya menyimpulkan bahwa masyarakat muslim di Belanda adalah yang paling tidak bisa berbaur di Eropa.
Selain itu masyarakat muslim di Belanda juga digolongkan sangat anti-Amerika. Sesuatu yang ingin diubah oleh Washington. Karena itu para diplomat Amerika diminta untuk mencari hubungan dengan para pemimpin muslim di Belanda.
Mereka menyelenggarakan buka puasa bersama dan kepada sejumlah tokoh muslim ditawarkan studi beberapa bulan ke Amerika Serikat. Semua itu dengan tujuan agar mereka bisa menerangkan tentang Amerika dan kebijakan Amerika kepada masyarakat muslim di Belanda.
Nordin Ghoudani menceritakan bagaimana cara kampanye Amerika. "Saya diundang beberapa kali untuk mengobrol. Juga ada sejumlah tokoh muslim lainnya yang diundang. Akhirnya saya salah satunya yang dipiplih untuk ikut program ke Amerika, The Edward Murrow Program. ya, akhirnya saya pergi beberapa bulan ke Amerika."
Persamaan Hak
Ghoudani menmbandingkan perjalanannya dengan program studi ke luar negeri untuk para wartawan. Tapi bedanya, para tokoh muslim ini dimanjakan oleh pemerintah Amerika. Tapi salah satu diantaranya, Ahmed Larouz, juga memuji bahwa ia diperlakukan sama tinggi oleh orang-orang Amerika. Sesuatu yang bisa dicontoh oleh para politisi Belanda, katanya.
"Saya harus mengakui, pembicaraan itu selalu berlangsung positif dan pada tingkat yang sama tinggi. Menurut saya jalannya pembicaraan itu jauhlebih baik dari pengalaman saya berbicara dengan partai-parti politik di Belanda."
Satu tahun setelah program ini dimulai, keduataan besar Amerika di Den Haag melaporkan bahwa jumlah tokoh muslim yang berhubungan dengan mereka meningkat dari 50 menjadi 131. dan jumlah itu terus bertambah, jelas para diplomat.
Ahmed Aboutaleb
Tokoh muslim yang paling terkenal yang terkena jaring Amerika adalah Ahmed Aboutaleb, yang ketika itu masih menjabat sebagai wakil walikota urusan integrasi di Amsterdam. Sekarang ia menjabat walikota Rotterdam. Para diplomat Amerika menamakan Aboutaleb salah satu kontak muslim terbaik mereka.
Ia juga sempat studi beberapa minggu di Amerika Serikat. Aboutaleb, yang kemudian diangkat menjadi menteri muda urusan sosial dan lapangan kerja, sampai sekarang tidak mau memberikan komentar.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!