REPUBLIKA.CO.ID,Bisakah bom yang dijatuhkan dapat mengurangi jumlah orang tidak bersalah yang terbunuh atau cedera dalam serangan udara dengan sasaran tentara musuh?Itulah alasan yang melandasi Angkatan Laut Amerika Serikat mengembangkan bom selektif yang mereka sebuah bom "dial-a-blast".
Angkatan Laut sedang mencari proposal dari perusahaan-perusahaan yang bisa membuat bom seberat 200 kilogram yang diledakan baik dalam skala penuh atau kurang.Prinsip kerjanya, perangkat dimuatkan ke pesawat sebelum sasaran dikenali, dan kekuatan ledakan ditentukan oleh pilot begitu sasaran dikenali.
Jika ada risiko warga sipil akan terbunuh oleh bom itu, maka kekuatan ledakan dikurangi untuk memastikan radius ledakan kecil.Di daerah yang tidak berpenghuni bom yang kemudian dikenal dengan "Selectable Output Weapon" (Senjata dengan Sasaran Terpilih) ini bisa diatur sehingga memiliki kekuatan yang sama dengan bom biasa dengan ukuran sama.
Membawa bom jenis ini akan membuat Angkatan Laut AS lebih mudah dan lebih murah dalam mempersenjatai pesawat tempur.Angkatan Laut berencana menginvestasikan 9,9 juta dolar AS dalam lima tahun ke depan demi mengembangkan bom itu begitu sebuah proposal disetujui.
Salah satu perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan pendanaan adalah ATK, produsen pertahanan berbasis di Plymouth, Minnesota, yang mengklaim memiliki teknologi yang dapat mewujudkan impian AL AS tersebut.
Pendekatan ATK itu didasarkan pada prinsip bahwa bahan peledak bisa diledakkan dalam dua cara yang berlainan.Cara pertama lewat peledakan (detonasi), di mana api ledakan bergerak dengan kecepatan supersonik untuk menghasilkan ledakan dahsyat.
Cara kedua melalui pembakaran cepat atau pembakaran subsonic, yang menghasilkan ledakan kecil atau bahkan sama sekali tidak ada.Risiko menyerang sasaran salah lebih tinggi dibandingkan saat pilot mengatur bom yang salah.
Dari desain ATK, bahan eksplosif dapat dinyalakan di kedua ujungnya, di ujung satu menghasilkan ledakan, sedangkan sumbuh yang lain adalah pembakaran cepat.Dengan membedakan waktu dua penyalaan tersebut, proporsi bahan peledak yang dikonsumsi oleh detonasi dapat diubah dengan cara yang terkendali.
ATK mengatakan bahwa mereka baru saja mendemonstrasikan bom seberat 27 kilogram dengan tiga mode daya berbeda.Seperti halnya mode tenaga maksimum, bom memiliki mode pengurangan kekuatan yang bisa mengurangi luas area ledakan hingga 40 persen.
Ada juga modus pembakaran cepat-lainnya, yang diklaim ATK meninggalkan cermin yang terletak kurang dari dua meter tanpa cedera selama tes.Karena alat itu mesti membantu meminimalkan jatuhnya korban sipil, maka menjadi tugas pilot untuk mengatur bom secara tepat, kata John Pike, analis pertahanan pada lembaga "think tank" di Washington DC bernama GlobalSecurity.org.
"Selalu ada risiko ketika memilih hasil yang salah." Meski begitu risiko mengenai sasaran yang salah mungkin menjadi lebih besar.Keuntungan utama yang didapatkan militer adalah bahwa bom itu memungkinkan pesawat tempur "lepas landas tanpa mengetahui target mana yang akan diserang", kata Pike.
d95a9b1e-9c19-4b23-a4e3-99e8f5d68df7
1.03.01