REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Mesir sebagai kiblat ilmu dan peradaban Islam juga merayakan Idul Fitri pada hari Jumat 10 September 2010. Berbeda dengan kondisi di Tanah Air kita yang selalu mempersoalkan kapan jatuhnya awal Syawal, Di Mesir semenjak masuknya Islam DI masa sahabat Nabi Amru bin Ash 14 abad yang lalu, permasalahan penentuan tanggal hari-hari besar Islam sudah menjadi tanggung jawab penuh para mufti kerajaan.
Sekarang penentuan awal Ramadhan serta awal Syawal ditentukan oleh fatwa dari Dar al-Ifta (majelis fatwa resmi pemerintah), sehingga hari raya dirayakan secara serempak di berbagai tempat. Nuansa kemeriahan berhari raya di Negeri Sungai Nil ini pun sangat jauh berbeda dengan nuansa berlebaran di Tanah Air kita.
Jika di berbagai kota di Indonesia jauh-jauh hari menjelang hari H, jalan-jalan dipadati angkutan mudik lebaran, dan sudah menjadi tradisi rutin tahunan. Menjelang hari Lebaran di Mesir, hingga hari Lebaran pun tidak ada jumlah peningkatan tumpangan arus mudik. Justru, pada hari Lebaran kondisi jalanan lebih sepi daripada hari-hari biasa. Pelayanan transportasi dalam kota masih beroperasi dengan jumlah angkutan yang lebih sedikit. Hanya sebagian kecil masyarakat yang memilih berlebaran pulang di kampung halaman. Dan itupun dilakukan setelah selesai melaksanakan shalat Ied.
Luas wilayah Mesir yang sekitar 997.739 km persegi atau lebih besar sedikit dari Pulau Kalimantan menjadikan jarak tempuh antar provinsi hanya beberapa jam dengan transportasi darat, baik bus, tramco, atau kereta api. Provinsi terdekat, Giza atau Shubra misalnya --yang masih tergolong provinsi di pinggiran kota Kairo-- jaraknya bisa ditempuh selama setengah atau satu jam saja dengan bus. Bahkan jarak provinsi terjauh, provinsi Aswan misalnya yang sudah berbatasan dengan Sudan, masih bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 10 jam dengan kerata api.
"Kullu sanah wa antum thayyibin". Semoga setiap tahunnya, Anda dalam keadaan sejahtera. Inilah ucapan selamat yang sering diucapkan orang Mesir saat menyambut datangnya hari Lebaran dan saat Lebaran tiba. Di Mesir tidak ada acara khusus menyambut datangnya hari Lebaran.
Pada malam Lebaran tidak berbeda dengan malam-malam biasanya pada bulan Ramadhan. Yang membedakan hanyalah lantunan takbir mendayu-mendayu sendu di beberapa mesjid sehabis shalat maghrib, isya dan shubuh. Berbeda dengan tradisi penyambutan datangnya lebaran di Tanah Air, jalan-jalan raya ramai dengan acara konvoi takbiran yang meriah dan pesta kembang api.
Shalat Ied yang menjadi momentum hari raya pun dilakukan lebih awal dan lebih singkat. Hampir di seluruh mesjid yang tersebar di Kairo dan sekitarnya, shalat Ied sudah dimulai semenjak jam 6 pagi dengan durasi khutbah singkat sekitar 10 hingga 15 menit.
Saat Lebaran, di Mesir memang ada tradisi silaturahim dan kumpul-kumpul keluarga, tapi tampaknya tradisi itu hanya terbatas acara keluarga dan kerabat terdekat saja, dan tidak melibatkan tetangga sekitar, apalagi teman sejawat atau seprofesi. Barangkali kondisi sosial di Mesir, khususnya di kota metropolitan seperti Kairo, jauh lebih baik dibandingkan kondisi sosial kita di perkotaan kita sekalipun. Bentuk rumah apartemen yang bertingkat-tingkat seperti susunan kardus raksasa yang menjadi tempat tinggal bagi orang Mesir, seakan membuat sekat-sekat sosial yang menjadikan tidak terjalin hubungan yang akrab antartetangga.
Bagi sebagian masyarakat yang tidak memiliki ruang tamu untuk menampung para kerabat yang datang, biasa mereka memilih bersilaturahim ngobrol-ngobrol santai sembari menikmati hidangan makanan ringan di taman. Hadiqah atau taman merupakan tempat alternatif favorit untuk silaturahim saat Lebaran. Dengan demikian, pada Idul Fitri seperti ini taman-taman seperti hadiqah Azhar, hadiqah Athfal, hadiqah Daulliyah, hadiqah Yaban dan hadiqah-hadiqah kecil lainnya dibanjiri para pengunjung.
Soal makanan pun tentu berbeda. Jika di beberapa daerah di Indonesia kita menyajikan berbagai macam hidangan khas Lebaran seperti ketupat, opor ayam dan beraneka ragam jenis kue-kue, maka bagi orang Mesir hidangan Lebaran yang menjadi favorit adalah ranja. Ranja jenis makanan dari ikan asin dan asinan sejenis acar. Untuk jenis kue Lebaran yang disediakan orang Mesir saat hari raya, tidak jauh berbeda dengan kue-kue lebaran di tempat kita.