REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, membuat permohonan toleransi beragama di tengah kemarahan berkelanjutan atas ancaman sebuah gereja untuk membakar beberapa salin Al Qur'an.
Pastor Terry Jones dari Gainesville, Florida, penggagas rencana itu sebelumnya mengatakan ia menginginkan kejelasan apakah rencana pembanguna masjid New York akan berpindah dari tempat semula yang dekat Ground Zero.
Si pastor terbang ke New York, Jumlat malam, untuk bertemu Feisal Abdul Rauf, tokoh penggagas pembangunan pusat Islami tersebyt. Jones berkeinginan mendiskusikan rencana pembangunan masjid dengan Rauf.
"Tidak akan ada pembakaran Al Qur'an, demikian ujar anak lelaki Pastor Jones, Luke. Namun ia mengatakan tak bisa berkomentar atas perkembangan ke depan nanti.
Sementara Abdul Rauf, mengatakan ia selalu siap untuk bertemu dengan siapa pun yang berkomitmen untuk mengupayakan perdamaian namun ia tak memiliki rencana untuk bertemu Jones.
Tiga hari lalu, sedikit sekali warga Amerika yang pernah mendengar nama Pastor Terry Jones. Kini pengumuman yang ia buat berkompetisi dalam jam tayang dengan pernyataan yang dibuat oleh presiden AS.
Obama dalam keterangan pers di Gedung Putih berkata, "Kita harus memastikan tidak untuk mulai menyerang satu sama lain,". Ia mengulangi keprihatinannya bahwa pembakaran Al Qur'an hanya akan membahayakan banyak jiwa, terutama nyawa pasukan AS di luar negeri.
Rencana pembakaran Al Qur'an telah memicu reksi kemarahan dari negara-negara Muslim di seluruh dunia serta dihujat oleh para pemimpin negara.
Sejumlah protes dilaporkan pula mencuat di Afghanistan dan Pakistan pada Jumat,ketika oang-orang dari jamaah Idul Fitri berdatangan dan berkumpul melakukan aksi.
Tiga orang ditembak oleh tentara bayaran ketika sebuah aksi protes dilakukan di dekat pangkalan NATO di Afghanistan timur laut berubah rusuh.
Obama meminta kepada rakyat AS untuk 'menghidupkan kembali semaongat persatuan' yang sempat dirasakan usai serangan teror 2001 di New York. "Kita semua rakyat Amerika berdiri tegak melawan semua yang akan menyakiti," ujarnya.
"Mutlak penting bagi kelompok mayoritas di Amerika untuk mengantungkan hal-hal pada yang terbaik, yakni keyakinan dalam toleransi beragama, termasuk kejernihan untuk menentukan siapa musuh kita sebenarnya," tegasnya.
"Saya akan melakukan apa pun yang saya bisa, selama saya menjadi Presiden Amerika Serikat, untuk mengingatkan rakyat Amerika bahwa kita satu bangsa di bawah Tuhan. Kita
Era Internet
Dalam pidatonya, Obama membantah bawa intervensi yang dilakukan pemerintahannya terhadap kontroversi rencana yang kian meruncing telah meningkatkan skala masalah menjadi lebih besar.
Sebelumnya, FBI telah mengunjungi Jones dan mendesak untuk mempertimbangkan ulang rencananya dan bahkan Menteri Pertahanan AS, Robert Gates pun menelpon si pastor langsung.
"Kami berkewajiban memberi pesan sangat jelas terkait perilaku macam ini atau akan ada ancaman atau aksi yang membuat hidup wanita dan pria dalam bahaya," ujar Obama. "Dalam era internet, ini adalah sesuatu yang dapat menyebabkan kerusakan nyata di seluruh dunia, sehingga kita harus memperlakukan dengan serius," imbuhnya.
Ia mengatakan kehebohan yang ditimbulkan telah membuat hidup personel militer AS yang bertugas di luar negeri kian sulit.
"Gagasan bahwa kita akan membakar teks suci milik agama orang lain sangat bertentangan dengan landasan bangsa ini, sangat bertentangan dengan dasar pembentukan negara ini," ujarnya. "Harapan saya, orang berdoa atas hal ini dan menahan diri dari melakukan itu."