REPUBLIKA.CO.ID,Hari pertama berpuasa tahun ini di Amerika jatuh pada Rabu, 11 Agustus. Sedangkan Idul Fitri 1431 H jatuh pada 10 September. Demikian ditetapkan Dewan Fikih Amerika (Fiqih Council of North America).
Hasil keputusan cendekiawan Muslim Amerika ini memang tidak didasarkan atas rukyat, atau perhitungan dari hasil melihat bulan, seperti umum dilakukan di Indonesia. Melainkan didasarkan pada metode kalkuasi ilmiah (hisab). Alasan para ulama, metode tersebut memungkinkan umat Islam Amerika untuk mudah menentukan kapan hari pertama puasa dan kapan Lebaran.
Keputusan ini lalu disebarluaskan dan dapat diketahui umat Islam setempat beberapa minggu sebelum puasa. Islamic Society of North America (ISNA), payung organisasi Islam di Amerika, dalam beberapa tahun ini mengadopsi ketetapan tersebut. Umat Islam asal Indonesia di Amerika yang tergabung dalam Asosiasi Muslim Indonesia di Amerika (IMAAM) di kawasan Washington dan sekitarnya, Masyarakat Muslim Indonesia di Amerika dan Kanada (IMSA), seperti halnya ISNA mengikuti keputusan Dewan Fikih tersebut.
Komunitas masjid Indonesia Al-Hikmah di New York, salah satu dari dua masjid Indonesia di Amerika, sejalan dengan ISNA, IMSA dan IMAAM. Imam masjid Al-Hikmah, Sjamsi Ali, mengakui ada perbedaan dalam metode penentuan hari pertama Ramadan, maupun Syawal. Tapi, ia lebih menekankan pada hikmah dari keputusan yang lebih pasti. Pasalnya, menurut Sjamsi, masyarakat Amerika perlu pengaturan untuk cuti dan persiapan memberi kegembiraan kepada anak-anak untuk menjalani puasa dan menyambut Idul Fitri.
IMAAM beralasan sama, Oscar Zaky, Ketua IMAAM mengingatkan, “Dewan Fikih Amerika ini seperti MUI di Indonesia. Jadi, umat Islam Indonesia yang ada di Amerika adalah bagian dari komunitas Muslim di Amerika. Dan, yang menentukan kebijakan kapan puasa dan Lebaran adalah Dewan Fikih.”
Ramadan, menurut Sjamsi Ali maupun Oscar Zaky, adalah kesempatan bagi umat Islam untuk menjelaskan mengenai puasa, khususnya bagi umat Islam Indonesia, ini saatnya menjelaskan mengenai Indonesia. Juga kesempatan untuk menunjukkan bahwa Islam tidak hanya identik dengan Timur Tengah. Keingintahuan warga Amerika, menurut Sjamsi dan Oscar, tinggi, dan akan menghargai bila kita bersedia menjelaskan.