REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Penangkapan 10 orang yang dituduh menjadi bagian dari sebuah jaringan spionase sungguh mengejutkan. Apalagi, baru beberapa hari sebelumnya Presiden Amerika Serikat Barrack Obama dan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, mojok bersama berbagi kentang goreng dan hamburger di sebuah kedai makan tak jauh dari Gedung Putih.
Mengapa kedua negara saling mematai?
Peter Earnest, direktur eksekutif yang juga pendiri International Spy Museum dan veteran Central Intelligence Agency yang bertugas di lembaga ini selama 35 tahun, menyatakan penangkapan ini tidak mengejutkan. Spionase mengisi ceruk penting bagi hampir semua negara, katanya, memberikan informasi tentang rencana dan dinamika "negara lain yang diperhitungkan". "Namun penangkapan mata-mata Rusia tak akan mengganggu hubungan kedua negara," ujarnya.
Dalam opininya di situs CNN, ia menyebut spionase merupakan fakta kehidupan internasional dan telah ada sejah berabad lampau. Pedoman manual mata-mata pertama, The Art of War, ditulis oleh Sun Tzu hampir 2.500 tahun yang lalu. "Spionase mengisi ceruk penting; operasi yang berhasil dapat memberikan wawasan tentang maksud, rencana, dan dinamika manusia yang tidak dapat diperoleh dari komunikasi yang disadap atau gambar dari ruang angkasa," ujarnya.
Adalah fakta bahwa sejak akhir Perang Dunia II tidak pernah ada hari bagi Uni Soviet atau Rusia untuk tidak memata-matai Amerika Serikat, atau sebaliknya. "Spionase akan terus, bahkan ketika Amerika Serikat dan Rusia menyusun vivendi modus baru."
Presiden Obama dan Medvedev mungkin baru-baru ini menyusun ulang hubungan AS-Rusia, tapi itu tidak berarti kepentingan AS dan Rusia atau perspektif keduanya juga harus selaras, katanya. "Masih ada isu-isu signifikan perseteruan keamanan Eropa."
Kedua negara baru-baru ini berselisih soal Iran. Setelah 11 September, Rusia enggan mengizinkan militer Amerika Serikat untuk beroperasi dari pangkalan di Asia Tengah, yang kerap dianggap sebagai "halaman belakang" Rusia. Kedua negara menjadi anggota G-8 dan G-20 - tempat tidak hanya untuk kerja sama, tetapi juga untuk perdebatan. "Rusia juga memiliki insentif yang besar untuk melanjutkan upaya historis untuk menemukan rahasia ekonomi Amerika dan mencuri teknologi senjata," katanya.
Menurutnya, operasi spionase cenderung memakan waktu yang panjang, dan menanamkan agen di negara yang dimaksud secara tidak legal "sesuai pola". Jose Juan Lazaro dan Vicky Pelaez datang ke pantai Amerika lebih dari 20 tahun yang lalu; Richard dan Cynthia Murphy dilaporkan datang pada pertengahan 1990-an; Donald Heathfield dan Tracey Lee Ann Foley pada tahun 1999; Michael Zottoli pada tahun 2001.
Dalam pandangan Earnest, ada yang tak berubah dari pola mata-mata Rusia: mereka dikirim secara tunggal atau sebagai pasangan, bekerja dalam kelompok beranggotakan maksimal 10 orang, dan beberapa menggunakan "baju" sebagai diplomat atau atase. Hanya untuk kasus yang terakhir ini, ia tak begitu yakin informasi apa yang diincarnya.
Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, yang adalah juga mantan perwira KGB, mengatakan bahwa ia berharap insiden tersebut tidak akan merusak hubungan meningkatkan antara kedua negara. Departemen Luar Negeri mengatakan pihaknya berniat untuk fokus pada hal-hal lain. Dan seperti kata Earnest, "Penangkapan ke-10 orang ini tak akan secuilpun mengganggu hubungan AS-Rusia."