REPUBLIKA.CO.ID,Amin Abou Rasheed, 43 tahun, warga negara Belanda keturunan Palestina ingin secepat mungkin kembali ke Jalur Gaza bersama konvoi bantuan. Demikian dikatakannya Kamis kemarin dalam wawancara dengan Radio Nederland.
Ia termasuk salah satu aktivis yang ikut berlayar dalam kapal pengangkut bantuan untuk Jalur Gaza yang Senin lalu, di perairan internasional, ditahan secara paksa oleh Israel. Sembilan orang aktivis tewas ditembak.
Berlawanan dengan pernyataan Israel, Amin Abou Rasheed mengatakan keenam kapal itu sama sekali tidak membawa senjata. "Sebelum berangkat kami sudah dikontrol dengan teliti oleh petugas bea cukai Yunani dan Turki," lanjut Amin.
Mereka yang berlayar adalah ratusan simpatisan dan wartawan internasional. Selain Amin Rasheed masih ada warga Belanda lain yang ikut berlayar, adalah Anne de Jong.
Kedua warga Belanda itu dibebaskan setelah tidak lama ditahan di penjara Israel dan Kamis kemarin mereka tiba kembali di Belanda. "Berjam-jam kami ditahan dengan tangan diborgol di sebuah sel, tanpa diberi minum. Lebih dari itu pihak Israel mau supaya kami menandatangani pernyataan bahwa kami sudah melanggar hukum mereka. Itu kami tolak," kata Amin.
Ia ingin secepat mungkin kembali menggalang bantuan untuk Palestina. "Walau pun risikonya ditahan, saya tidak menyerah. Saya akan terus sampai khalayak ramai tahu bahwa tiap hari kami membantu orang Palestina. Sudah tiga tahun orang-orang Palestina disekap di Jalur Gaza, saya tidak," katanya.
Aktivis Hamas?
Amin Abou Rashid menegaskan tidak tahu dirinya dikait-kaitkan dengan kelompok lain, "saya bicara atas nama diri sendiri." Media massa Belanda menyebut Amin sebagai aktivis Hamas, penguasa Jalur Gaza.
Berita itu didasarkan pada pernyataan sumber yang tidak disebut namanya. Yang jelas itu adalah sumber intelijen. Tidak jelas intel mana. Dalam wawancara dengan Radio Nederland Amin Abou Rasheed menyangkal keras tuduhan itu.
Kalau memang dia benar-bener aktivis Hamas, pasti Israel tidak akan membebaskannya. Demikian alasan Amin.
Ia juga menyangkal simpatisan atau sukarelawan organisasi lain yang berkaitan dengan Hamas. "Waktu itu, atas undangan Sri Ratu, saya datang ke Belanda sebagai pengungsi Palestina. Saya tidak pernah dihukum dan nama saya juga tidak tertera pada daftar apa pun." Demikian Amin Abou Rasheed.
Siapa Amin Abou Rasheed?
Ia menetap di Belanda sejak 1986, karena alasan-alasan kesehatan ia bisa memperoleh paspor Belanda. Pada tahun-tahun pertama di Belanda ia giat menggalang solidaritas dan penyadaran masalah Palestina.
"Karena itu dia ikut aksi kapal bermuatan bantuan untuk Jalur Gaza. Ia sibuk dengan masalah kemanusiaan. Baru belakangan saja ia sibuk dengan urusan politik," kata Mohammed Cheppih yang pernah bekerjsama erat dengan Amin Rasheed.
Amin Abou Rasheed dilahirkan di Libanon. Waktu masih kanak-kanak di Beirut, dia cedera akibat bom Israel dan kehilangan salah satu lengannya. Cheppih menekankan bahwa Amin cedera sebagai warga sipil, bukan sebagai pejuang atau anggota milisi Palestina atau Libanon.
Sebagai anggota delegasi kelompok solidaritas di Den Haag, Rasheed, antara lain bersama aktivis Belanda Gretta Duisenberg, mengadakan perundingan dengan berbagai dutabesar di Belanda.
Menurut Mohammed Cheppih, Amin Rasheed adalah seorang yang penuh semangat, terlepas dari kelompok politik atau dengan siapa ia bersimpati. Di Gaza, Hamaslah yang berkuasa. Kalau mengirim bantuan ke Gaza maka orang akan berurusan dengan Hamas. Menurut Cheppih, sulit bagi orang yang berurusan dengan masalah Palestina kalau tidak berhubungan dengan Hamas.