REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Berdasarkan hasil survei pada tahun 2008, dari total 20 juta hingga 23 juta warga negara yang lanjut usia (lansia) di Indonesia, sekitar 1,7 juta lansia terlantar. Data itu dipaparkan setelah dipaparkan oleh Sekjen Kementrian Sosial, Chazali Husni Situmorang.
“Yang tidak tercatat lebih banyak lagi,” ujar Chazali di depan ribuan lansia yang menghadiri peringatan hari lansia di Kebun Raya Bogor, Sabtu (29/5). Ribuan lansia tampak bersemangat mengikuti perayaan hari lansia ini.
Chazali mengatakan tahun 2010, Kementrian Sosial baru bisa melindungi sekitar 10 ribu. Tahun depan, kemampuan pemerintah baru bertambah menjadi 13 ribu lansia.
“Ini masih jauh dibandingkan total lansia yang terlantar, sekitar 1,7 juta jiwa. Kami mengharapkan peran semua pihak, termasuk peranan swasta melalui CSR, dapat berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan rakyat,” imbau Chazali.
Chazali menekankan bahwa pendampingan seperti homecare dan daycare service semakin ditingkatkan. “Kalau tidak bisa diupayakan, baru di bawa ke panti jompo. Itu adalah pilihan terakhir,” ujar Chazali.
Chazali juga mengatakan para lansia ini akan memperoleh bantuan sekitar Rp 300 ribu per bulannya. “Masalah lansia yang terlantar bukan hanya tugas instansi tertentu. Ini adalah masalah negara. Negara harus bertanggung jawab. Pemerintah harus bisa membawa keadaan lebih baik lagi,” kata Ketua panitia peringatan Hari Lansia Nasional, Agum Gumelar.
Ia mengharapkan agar gaung hari ini tidak hanya sekedar peringatan dan seremoni hari lansia semata, tetapi jauh lebih dari itu. Masyarakat harus lebih peduli kepada kaum lansia.
“Generasi muda jangan melupakan kaum lansia. Pada moment ini mari kita ciptakan kesadaran masyarakat untuk menghormati para orang tua. Tanpa mereka, tidak ada kita. Ini budaya yang harus kita tumbuh kembangkan,” ujar Agum.
Agum pun berpesan agar pemerintah, baik daerah maupun nasional agar terus meningkatkan perhatian terhadap kesejahteraan kaum lansia. Agum juga mengajak para lansia agar tetap produktif memberikan sumbangan kepada negara.
“Untuk rekan-rekan yang masih punya potensi, tekatkan untuk tetap produktif memikirkan negara, memberikan sumbangsih pemikiran untuk pembangunan bangsa,” ajak Agum bersemangat.