JENEWA--Sebelumnya, tak tahu aktivitas apa yang dilakukan Klinik Dignitas di Swiss, sampai beberapa penyelam menemukan banyak "harta karun" di dasar danau tak jauh dari klinik itu. Temuan pertama, tiga puluh guci. Isinya: abu yang diduga merupakan hasil kremasi tubuh manusia.
Penyelam mengatakan bahwa mereka kehilangan hitungan jumlah kontainer penuh abu setelah itu. Uji forensik membuktikan, onggokan debu-debu itu memang merupakan abu kremasi manusia.
Ruetz Romawi, yang pertama kali menemukan guci mencurigakan itu, mengatakan, "Kami berhenti menghitung guci ke-50. Karena jumlahnya menjadi semakin besar dalam sebuah timbunan."
Nama Klinik Dignitas pun melambung dan menarik kontroversi. Di klinik inilah, manusia-manusia yang bosan hidup "diobati". Bukan dengan terapi psikologis, tapi dikirim menuju kematian.
Klinik ini didirikan oleh Ludwig A Minelli, yang telah menolak untuk mengomentari tuduhan tersebut. Meski banyak negara mensahkan keinginan untuk mati seorang pasien, tapi penemuan guci abu manusia yang diperkirakan jumlahnya mencapai ratusan itu cukup mencengangkan. Jika klinik ini melakukan praktik eutanasia secara legal, kenapa harus membuang abu kremasi secara sembunyi-sembunyi? demikian tajuk sebuah harian lokal.
Kini, aparat hukum Swiss dibuat sibuk menangani kasus yang pertama kali terendus tahun 2008 tapi penyelidikan sempat dihentikan ini. Para pihak yang terlibat bisa diajukan ke pengadilan, dengan hukuman paling rendah 3 tahun dan denda paling rendah 32 ribu euro. Apaladi, ada satu lagi pemberat hukuman: jasad yang tak diambil keluarganya dibuang begitu saja, dan tulang-belulang para almarhum itu sempat mengambang dan mencemari pantai tak jauh dari klinik itu. Wah....