SANAA--Pemerintah Yaman menuduh partai oposisi bersekutu dengan unsur-unsur bersenjata yang memusuhi negara di wilayah utara dan selatan, sehingga mengurangi prospek dialog nasional di negara itu.
Dalam insiden terpisah Minggu, pemerintah menyidangkan 18 separatis selatan atas tuduhan melakukan penghasutan dan mengancam persatuan nasional, sebuah langkah yang bisa meningkatkan ketegangan lebih lanjut sehari setelah empat orang dijatuhi hukuman penjara 10 tahun. "Mereka yang menyebut diri mereka oposisi... telah memasuki aliansi mencurigakan dengan kelompok-kelompok di luar sistem, hukum dan konstitusi," kata Perdana Menteri Yaman Ali Megawar pada pawai pro-pemerintah Sabtu.
"Sorakan anda adalah kutukan bagi mereka yang mengangkat senjata di provinsi-provinsi selatan," katanya kepada massa pemrotes, dengan menyampaikan pernyataan serupa kepada gerilyawan Syiah di wilayah utara. Dialog nasional tertunda sejak tahun lalu ketika Sanaa menolak mencakupkan kelompok-kelompok separatis utara dan selatan ke dalam perundingan.
Partai oposisi utama Yaman memperbarui seruan bagi rekonsilisi dalam beberapa protes akhir-akhir ini dan menuntut pihak berwenang berhenti melakukan penumpasan di wilayah selatan. Namun, Megawar mengatakan, oposisi "tidak serius melakukan dialog yang sesungguhnya".
Pemerintah Yaman hingga kini menghadapi kekerasan bersenjata di wilayah-wilayah utara dan selatan.
Gerilyawan Syiah dan pemerintah menyetujui gencatan senjata untuk mengakhiri perang di kawasan utara pada Februari. Sejumlah gencatan senjata sebelumnya tidak berhasil ditegakkan. Gencatan senjata yang mulai berlaku Jumat (12/2) itu merupakan upaya terakhir pemerintah untuk mengakhiri kekerasan bersenjata di wilayah utara yang telah menewaskan ribuan orang dan mengakibatkan 250.000 orang mengungsi.
Kelompok gerilyawan Zaidi atau Houthi, nama almarhum pemimpin mereka, berpangkalan di daerah pegunungan di perbatasan Arab Saudi, dimana mereka terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Yaman dan Saudi. Pasukan pemerintah terlibat dalam pertempuran sporadis dengan kelompok Syiah itu sejak 2004.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Kekerasan di Yaman bagian selatan juga meningkat dalam beberapa waktu terakhir ini ketika separatis yang memprotes pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh bentrok dengan pasukan keamanan yang menewaskan tiga polisi dan lima pemrotes. Ketegangan meningkat di Yaman selatan setelah seorang pemrotes tewas ditembak polisi pada 13 Februari. Insiden itu menyulut kerusuhan dimana separatis membakar pertokoan milik orang utara dan berusaha memblokade sebuah jalan utama.
Pihak berwenang melakukan operasi keamanan dan menangkap sekitar 180 orang di provinsi-provinsi selatan. Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut. Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.
AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan. Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.
Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember. Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.
Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan. Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini.