MOSKOW--Dinas Polisi Rahasia Rusia, FSB, menyatakan potongan tubuh pelaku pengeboman bunuh diri --dua hari lalu-- di stasiun kereta bawah tanah sudah teridentifikasi. Pelaku diasosiasikan sebagai pemberontak Kaukasus Utara.
Sementara Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, Selasa (30/3), menyebutkan militan di perbatasan Afghanistan-Pakistan kemungkinan terlibat dalam membantu dan mengatur serangan bom yang terjadi di dua stasiun kereta di jantung kota Moskow. Beberapa pejabat Rusia mengatakan pemberontak Kaukasus Utara punya ikatan dengan Alqaidah yang pemimpinnya diperkirakan bersembunyi di sepanjang perbatasan Pakistan. Pernyataan ini masih diragukan oleh berbagai analis keamanan di Rusia.
Ketika ditanya kemungkinan ada keterlibatan asing dalam serangan hari Senin, Lavrov tidak menyebut nama kelompok tertentu. Namun, Lavrov tidak menutup kemungkinan adanya pihak asing yang terlibat. "Saya tidak mengecualikan hal itu," ucapnya seperti dilaporkan kantor berita Interfax.
Lavrov menambahkan para teroris bukan hanya berada di perbatasan Afghanistan-Pakistan tetapi juga di negara-negara lain. "Jalurnya juga mengarah ke Kaukasus," imbuhnya.
Serangan di kereta bawah tanah yang menewaskan 38 orang dan melukai lebih dari 100 orang itu cenderung mengubah Kaukasus Utara menjadi isu politik utama. Para pengritik kebijakan pemerintah di Rusia menganggap serangan kemarin menunjukkan kegagalan kebijakan Kremlin di Chechnya sehingga kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan Rusia bertindak brutal.
"Mereka benar-benar binatang," kutuk Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, terhadap para pengebom. Usai meletakkan buket mawar merah di salah satu tempat kejadian, ia berjanji akan menemukan pelakunya dan menghancurkan mereka semua.
PM Vladimir Putin pun menyatakan bahwa para teroris akan dihancurkan. Ia segera membatalkan kunjungannya ke Siberia sebagai akibat serangan bom kemarin. "Saya yakin para penegak hukum akan berupaya semaksimal mungkin untuk melacak dan menghukum para teroris," ujarnya.
Kepala FSB Alexander Bortnikov menyatakan mereka yang bertanggung jawab memiliki hubungan dengan Kaukasus Utara. Kelompok ini sebelumnya menyatakan akan menyerang kota-kota dan pipa jaringan energi di berbagai tempat di Rusia.
Kremlin telah menyatakan kemenangan dalam dua perang sengit dengan kelompok Chechnya. Namun selama setahun belakangan kekerasan telah meningkat di republik tetangga, Dagestan dan Ingushetia yang merupakan wilayah miskin.