Kamis, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 25 Maret 2010 08:23 wib
2.111 views
Hubungan Daging dengan Perubahan Iklim Kembali Diperdebatkan
LONDON--Para ahli kembali mengkaji pengaruh produksi daging terhadap perubahan iklim, setelah muncul tuduhan bahwa laporan sebelumnya membesar-besarkan kaitan keduanya.
Laporan tahun 2006 menyimpulkan produksi daging menyumbangkan emisi gas rumah kaca sebesar 18 persen atau lebih besar dari sektor perhubungan.
Laporan tersebut dikutip oleh pihak-pihak yang menginginkan peningkatan proporsi makanan dalam bentuk sayur-sayuran, termasuk di antaranya anggota The Beatles, Sir Paul McCartney.
Tetapi analisa baru yang diajukan pada sebuah pertemuan ilmu pengetahuan di Amerika Serikat mengatakan terjadi kesalahan saat membandingkannya dengan sektor transportasi.
McCartney adalah salah satu tokoh yang meluncurkan kampanye berslogan 'lebih sedikit daging = lebih sedikit suhu panas' pada akhir tahun lalu.
Tetapi penghentian produksi dan konsumsi daging kurang berguna terhadap iklim, yang berbeda dari pernyataan sebelumnya, kata Frank Mitloehner dari Universitas California di Davis (UCD)
"Peternakan binatang yang cerdas dan bukannya pengurangan peternakan, akan menghasilkan lebih sedikit panas," katanya kepada delegasi yang menghadiri pertemuan Masyarakat Kimiawi Amerika Serikat di San Fransisco. "Produksi lebih sedikit daging dan susu hanya akan berarti peningkatan kelaparan di negara-negara miskin."
Tokoh-tokoh perubahan iklim, seperti pimpinan Panel antar Pemerintahan tentang Perubahan Iklim (IPCC) Rajendra Pachauri dan Lord Nicholas Stern, juga mengutip angka 18 persen sebagai alasan agar orang mengurangi makan daging.
Laporan tahun 2006 berjudul 'Bayangan Panjang Peternakan' yang diterbitkan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mendapatkan angka tersebut dengan memperhitungkan semua emisi gas rumah kaca produksi daging mulai dari peternakan sampai ke meja makan, termasuk produksi pupuk, pembersihan lahan, emisi metana dari pencernaan binatang, dan penggunaan kendaraan di peternakan.
Tetapi Mitloehner menegaskan para penulis tidak memperhitungkan emisi di sektor perhubungan dengan cara yang sama, bukannya hanya menggunakan data IPCC yang hanya memasukkan pembakaran bahan bakar fosil.
"Analisa yang tidak seimbang adalah sama dengan analogi apel dan jeruk yang benar-benar mengacaukan masalah," katanya.
Salah satu penulis laporan, pejabat kebijakan ternak FAO, Pierre Gerber, mengatakan kepada BBC News, Kamis (35/3), bahwa dia dapat memahami kecaman Dr Mitloehner. "Sejujurnya saya mengatakan dia memiliki alasan yang kuat, kami memasukkan semua hal dalam emisi daging dan kami tidak melakukan hal yang sama dalam hubungannya dengan transportasi," katanya.
Gerber menambahkan, kalau FAO saat ini sedang mengkaji analisa yang lebih menyeluruh tentang emisi produksi pangan. Kajian ini dijadwalkan selesai akhir tahun dan akan memungkinkan perbandingan antara susunan makanan, termasuk daging, dan pihak-pihak yang hanya memakan sayur.
Red: endro
Rep:
Sumber: bbc.co.uk
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!