SHANNON--Langkah Iran yang memutuskan melakukan pengayaan nuklirnya sendiri membuat Amerika Serikat (AS) meminta agar negara-negara Arab melakukan tekanan diplomatik terhadap Iran. Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, saat berkunjung ke Irlandia menyatakan bahwa dunia harus mengekang ambisi nuklir Iran.

Clinton yang tengah mengadakan kunjungan ke Qatar dan Arab Saudi dan berharap mendapatkan dukungan negara-negara Arab untuk kembali memulai kembali perundingan damai Israel-Palestina yang telah dibekukan selama lebih dari setahun usai serangan Israel ke Gaza.

Presiden Barack Obama telah membuat langkah untuk memulai kembali perundingan damai dan membujuk Iran untuk mengendalikan program nuklir sipilnya yang dicurigai negara barat sebagai alasan untuk mengembangkan senjata nuklir.

Amerika Serikat mendorong Dewan Keamanan PBB untuk memaksakan sanksi terhadap Iran, untuk keempat kalinya. Sementara Iran bersikukuh program nuklirnya digunakan untuk menghasilkan listrik sehingga dapat mengekspor lebih banyak dari minyak dan gas.

"Kami percaya bahwa semua negara memiliki peran untuk mempertajam posisinya terhadap Iran," kata Asisten Menteri Luar Negeri Feltman Jeffrey kepada wartawan saat Clinton mulai perjalanannya ke Timur Tengah.

"Kami akan mengharapkan mereka (Saudi) untuk memanfaatkan kunjungan Hillary, untuk menggunakan hubungan mereka yang dapat membantu meningkatkan tekanan pada Iran," tambahnya.

Para pejabat AS mengisyaratkan bahwa salah satu cara Arab Saudi bisa membantu dari sisi diplomasi adalah menawarkan jaminan kepada Cina untuk memenuhi kebutuhan minyaknya, sehingga Cina tidak ragu-ragu untuk ikut menjatuhkan sanksi bagi Iran.

Cina, yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan, mempunyai hubungan dagang dengan Iran dan, bersama-sama dengan Rusia, telah bekerja sama untuk membatalkan resolusi PBB mengenai sanksi atas Iran sebelumnya.

Pejabat AS lainnya, yang enggan dikutip namanya mengungkapkan mereka yakin Arab Saudi telah memberi isyarat ke Cina untuk menjamin kebutuhan bahan bakarnya, meskipun ia tidak merinci leboh lanjut mengenai hal ini. "Baru-baru ini ada beberapa langkah positif," kata pejabat tersebut.

Clinton dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Sheikh Hamad bin Jassim al-Thani pada Ahad dan Raja Saudi Abdullah pada hari Senin (16/2).

Agenda utama dari perjalanan Clinton ini adalah berpidato pada US-Islamic World Forum, sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh pemerintah Qatar dan Pusat Penelitian Saban untuk Kebijakan Timur Tengah di bawah Brookings Institution yang berpusa di Washington DC.

kehadiran Clinton ini sebagai lanjutan dari pidato Obama di Kairo, di mana ia menyerukan untuk mengakhiri siklus ketidakpercayaan dan perselisihan antara Amerika Serikat dan dunia Muslim dan berusaha untuk membuka jalan bagi hubungan yang lebih baik.

Meskipun pidato Obama disambut baik oleh banyak orang, dunia arab amat terluka melihat ketidakmampuan AS menghalangi Israel menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat serta serangan-serangannya yang emmbunuh sipil tak berdosa.

Dalam setahun ini upaya diplomatik AS telah gagal untuk menghidupkan kembali perundingan yang bertujuan mengakhiri konflik enam-dekade Israel-Palestina melalui perjanjian perdamaian yang akan menciptakan sebuah negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Setelah gagal menekan Israel untuk melakukan penyelesaian damai serta mendapatkan kembali kepercayaan negara-negara Arab pasca serangan Gaza, Washington sekarang hanya ingin agar pembciaraan damai dibuka kembali.

Clinton berencana untuk mendiskusikan bagaimana negara-negara Arab bisa memberi dukungan bagi Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk melanjutkan perundingan damai.

"Kami ingin melihat negara-negara Arab memberikan dukungan pada Presiden Abbas, agar bisa melakukan negosiasi," katanya. "Mari kita berhenti berbicara tentang negosiasi. Mari kita benar-benar melakukan negosiasi," tutur pejabat tersebut.