Jum'at, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 16 Juni 2017 18:53 wib
8.642 views
Soal Ambang Batas, Pemerintah Diminta Tidak Perlu Cari Dalil-dalil Lain
JAKARTA (voa-islam.com)- Keinginan Pemerintah yang didukung oleh fraksi PDIP, Golkar dan Nasdem agar ambang batas pencalonan Presiden dan Wapres dengan angka 20-25 persen kursi DPR nantinya bisa melahirkan pasangan capres tunggal atau "koalisi tunggal" terdiri atas trio partai tersebut sebagai intinya, ditambah partai-partai lain yang ada dalam "koalisi" kabinet sekarang.
“Kalaupun akan ada pasangan lain, maka kemungkinan hanya akan ada 1 pasangan lagi. Jadi calon dalam Pilpres 2019 kemungkinan akan sama dengan calon Pilpres 2014.
Perbedaan, paling-paling hanya pada calon Wapres saja. Keadaan ini tentu tidak sehat bagi pertumbuhan demokrasi di negara kita,” demikian siaran pers dari pakar hukum tata negara, Yusril Ihza Mehendra yang didapat voa-islam.com, Kamis (15/06/2017).
Pada hematnya, biarkanlah tetap melaksanakan ketentuan Pasal 22E UUD 45 dengan konsisten sebagaimana telah ditafsirkan dalam Putusan MK berkaitan dengan Pemilu serentak yang wajib dilaksanakan dalam Pemilu 2019 nanti. Pasal 22E itu telah dengan tegas menyatakan bahwa pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilu sebelum Pemilu dilaksanakan.
“Pemilu yang pesertanya partai politik itu hanyalah Pemilu Legislatif (DPR dan DPRD). Jadi partai atau gabungan partai itu mencalonkan pasangan Presiden dan Wakil Presiden sebelm Pileg itu sendiri. Putusan MK bunyinya juga begitu. Jelas dan terang.”
Kalau Pasal 22E UUD 45 dan Putusan MK sudah terang benderang maksudnya, ia menghimbau agar janganlah Pemerintah, PDIP, Golkar dan Nasdem serta partai lain masih sibuk saja mencari dalil-dalil untuk membenarkan adanya ambang batas parlemen bagi parpol atau gabungan parpol dalam mencalonkan pasangan Presiden dan Wakil Presiden.
“Demokrasi itu memerlukan jiwa besar. Jiwa besar hanya akan ada pada orang-orang besar. Sebaliknya jiwa kerdil hanya akan ada pada orang-orang kerdil, meski secara fisik mereka besar dan secara politis mereka berkuasa.
Namun hakikatnya, mereka berjiwa kerdil dan ingin mengerdilkan demokrasi itu sendiri.” (Robi/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!