Jum'at, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 15 Januari 2016 16:19 wib
5.466 views
AS Gunakan Kekuatan Penuh Memenangkan Perang Ekonomi dari 2009 Hingga Saat Ini
JAKARTA (voa-islam.com)- Henry Kissinger mengatakan, jika ingin mengendalikan suatu negara, kendalikan enerjinya. Perang harga minyak ini juga beriringan dengan perang nilai tukar kendati Yuan sudah menjadi bagian Special Drawing Right (mata uang IMF) dengan bobot 10,11 persen.
“Maka saat dua lembaga multi lateral itu mengumumkan proyeksinya, saya berkomentar di lingkungan wartawan senior, ‘Amerika sedang memukul telak musuh-musuhnya dengan tujuan dominasi ekonominya tidak tergoyahkan’,” kata Ichsanuddin Noorsy dalam rilis yang dibagikan ke voa-islam.com, beberapa waktu lalu.
Noorsy mengatkan di dalam ekonomi internasional, selain nilai tukar dan komoditas seperti minyak, ada dua variabel lain, yakni suku bunga dan inflasi sebagai faktor yang harus diperhitungkan dengan seksama. “Oleh AS, soal suku bunga dan inflasipun dimanfaatkan sebagaimana terbukti dunia menanti-nanti kebijakan the Fed untuk kenaikan bunga bank sentral AS (fed fund rate).”
Sementara inflasi akan mengekor melalui salah satu atau kumulasi dari tiga hal itu yang akibatnya adalah kenaikan harga-harga bagi negara yang memiliki ketergantungan impor untuk memenuhi kebutuhan pasar domestiknya.
Konstruksi ini menunjukkan, AS sebagai “penguasa ekonomi dunia” tidak ingin bernasib seperti Jepang yang ekonominya disalib oleh RRC dari segi volume (PDB) dan daya tawar. Selain mengguncang RRC, AS bahkan juga “memukul” Rusia, Arab Saudi, Venezuela, dan Brazil. Atau menghentak “saudaranya” sendiri, seperti Kanada, Australia dan Inggris, bahkan menyentil sahabat dekatnya, Singapura dan Korea Selatan. Ini terlihat pada indeks persaingan global dan indeks kreativitas global yang dirilis WEF.
Dalam bahasa yang lain, AS nyaris menggunakan kekuatan penuh guna memenangkan perang ekonomi sejak 2009 hingga saat ini. “Tekad ini lagi-lagi tersurat dalam National Security Strategy of USA yang ditandatangani Presiden AS Obama pada Februari 2015. Dalam dokumen itu, AS menyatakan bahwa ekonomi AS adalah mesin pertumbuhan ekonomi dunia dan sekaligus merupakan sumber stabilitas perekonomian global.”
Artinya, lanjut pakar ekonomi ini, jika kepentingan ekonomi politik dan militer AS terganggu, maka AS mampu melakukan penurunan putaran mesin ekonomi dunia sekaligus membuat ketidak stabilan ekonomi belahan negara manapun. Yang tidak habis pikir, tiba-tiba Korea Utara mengumumkan kepemilikan bom atom yang didahului dengan peluncuran Satelit RRC ke orbit untuk berbagai kepentingan.
“Seperti saya rilis sejak 2009, hampir semua dimensi kehidupan manusia di dunia masuk dalam ajang pertarungan berpijak pada keserakahan dan tekad menjadi dominan. Bagi Stiglitz, Krugman, PA Diamond, dan T Piketty, hal itu akan melemahkan perekonomian itu sendiri sehingga berbuah ketimpangan di semua dimensi kehidupan (Lihat kajian Universitas Stanford terakhir, 20 jenis ketimpangan di AS).” (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!