Jum'at, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 23 Oktober 2015 08:30 wib
8.178 views
Teten Masduki Menjadi Agen Kaki Tangan Kapitalis Amerika?
JAKARTA (voa-islam.com) - Nasib Jokowi memang naas. Nampaknya, tidak mendapat "ridho" Pemilik Langit dan Bumi. Jokowi menjadi presiden setahun, diudak-udak berbagai masalah yang menumpuk. Tentu, sekarang yang bisa membuat rambutnya Jokowi "keriting", masalah asap yang nyaris tak dapat dipadamkan, dan berdampak terjadi "disaster", dan jutaan orang menderita.
Jokowi rambutnya juga bertambah "keriting", akibat krisis ekonomi yang terus membelit Indonesia. Tak kunjung usai. Walaupun Jokowi sudah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi sudah berjilid-jilid seperti komik, tapi tak ada dampaknya secara langung bagi kehidupan rakyat jelata. Semua hanyalah pencitraan belaka, seperti diungkap oleh Gubernur BI, Agus Martowardoyo. Namun, sekarang ditambah para menteri sungsang sengkarut, dan konflik diantara mereka.
Sementara itu, pernyataan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki soal Freeport berbuntut panjang. Kalangan di internal PDI Perjuangan meminta bekas bos Indonesia Corruption Watch (ICW) itu mundur lantaran bertentangan dengan Nawacita dan Trisakti Bung Karno. Mungkin pernyataan Teten mendahului sebelum kunjungan Jokowi ke Amerika, bertemu dengan "bos" Barack Obama, bulan Oktober ini.
Pernyataan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki mengatakan APBN Indonesia bakal kolaps bila tidak memperpanjang kontrak freeport menjadi sorotan kalangan parlemen. Teten mengaitkan bila produksi Freepoort turun dan tidak ada investasi baru, maka akan menganggu APBN.
"Produksi akan turun kalau tidak ada investasi baru dan menjadi gangguan ke pendapatan. Jadi pemerintah juga berkepentingan produksi bertambah, kalau tidak APBN langsung kolaps karena nilainya besar," sebut Teten di Istana Kepresidenan, Selasa (20/10/2015).
Sejumlah fraksi di Parlemen bereaksi keras dengan pernyataan bekas bos ICW itu. Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Gerindra Ramson Siagian menolak keras cara berpikir Teten yang mengaitkan dengan APBN. Menurut Ramson, kontribusi penerimaan negara bukan pajak (PNPB) non migas/pertambangan tidaklah terlalu signifikan nilainya.
"Andaikan tidak ada penerimaan dari Freeport tidak membuat APBN kita kolaps. Pernyataan Teten tidak benar. Jadi jangan membuat isu yang tidak akurat," sesal Ramson di gedung DPR, Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Kamis (22/10/2015).
Ramson pun menantang debat dengan Teten Masduki terkait dengan Freeport dan postur APBN. Menurut dia, pernyataan Teten jelas menyesatkan publik. "Saya siap debat terbuka dengan Teten soal APBN dan Freeport," tegas Ramson.
Hal senada juga ditegaskan anggota Fraksi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu. Dia menilai cara berpikir Teten Masduki soal Freeport tak lain merupakan cara berpikir komprador. "Itu cara berpikir komprador. Pikiran Teten merendahkan kemampuan bangsa sendiri. Cara berpikir Teten keluar dari konsep Nawacita," tegas Masinton ditemui di sela-sela rapat Panitia Khusus Angket Pelindo II di gedung DPR Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Kamis (22/10/2015).
Selain tidak mengerti Nawacita, aktivis mahasiswa angkatan 98 ini menyebutkan Teten juga tidak mengerti konsep Trisakti yang berarti berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dalam budaya. "Cara berpikir Teten itu tidak berdaulat, karena memiliki ketergantungan dengan asing dan tidak berdiri di kaki sendiri," cetus Masinton.
Dia menyebutkan cara berpikir Teten tak ubahnya dengan pikiran yang sama saat Indonesia ditakuti-takuti akan bangkrut bila terlepas dari Dana Moneter Internasional (IMF). "Pikiran Teten ini kan sama dengan dulu tentang mitos, kalau lepas dari IMF Indonesia akan bangkrut," cetus Masinton.
Secara tegas dia meminta agar Presiden Joko Widodo mengevaluasi keberadaan Teten Masduki sebagai Kepala Staf Kepresidenan. "Saya tegas meminta agar keberadaan Teten Masduki dievaluasi. Cara berpikir Teten itu komprador dan keluar dari Nawacita," tandas Masinton.
Pernyataan Teten Masduki ini senada dengan Menteri ESDM Sudirman Said yang mengisyaratkan memperpanjang kontrak Freeport. Sementara Menko Kemaritiman Rizal Ramli mengiisyaratkan sebaliknya agar pemerintah tidak memperpanjang kontrak karya dengan Freeport. Perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu akan berakhir kontraknya pada 2021.
Teten yang dahulunya aktifis kiri itu, dan sekarang nampak mulai mengabdi kepada Amerika, dan pernyataan Teten itu, hanyalah "mulut" Jokowi, yang diam-diam ingin memperpanjang Freeport, tapi malu-malu.
Padahal, sudah terbetik kabar, bahwa Freeprot akan diperpanjang sampai 2041. Begitulah kabinet Jokowi dan partai pendukungnya. PDIP pura-pura mendukung rakyat, nasionalis, dan menolak perpanjangan Freeport, padahal doyan dolar. (sasa/dbs/voa-islam.com).
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!