Jum'at, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 16 Oktober 2015 22:25 wib
13.557 views
Din Syamsuddin : Hari Santri Nasional Dapat Ganggu Persatuan dan Kesatuan Bangsa
JAKARTA (voa-islam.com)- Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin menyatakan bahwa penetapan Hari Santri Nasional yang akan diputuskan oleh Presiden Joko Widodo tidak tepat. Ia beralasan karena keputusan itu akan mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.
“Adalah tidak tepat, taktis dan strategis adanya Hari Santri Nasional, karena hal itu dapat mengganggu persatuan bangsa,” demikian rilis yang diterima oleh wartawan voa-islam.com malam ini.
Din juga menyebut bahwa Hari Santri Nasional adalah upaya pihak luar untuk memecah belah yang nantinya akan menghasilkan distorsi dalam budaya Islam yang pernah terbentuk. “Dikotomi Santri-Abangan adalah upaya intelektual orang luar utk memecah belah
umat Islam dengan mengukuhkan gejala budaya yang sesungguhnya bisa berubah (process of becoming) tersebut.”
Mantan Ketua MUI ini juga menyebut bahwa penetapan Hari Santri Nasional tidak sepadan dengan para tokoh atau pahlawan nasional yang sejak berabad-abad lalu telah menjaga serta mempertahankan agar kelompok tertentu tidak serasa spesial.
Apalagi Hari Santri Nasional dikaitkan dengan tanggal dan peristiwa tertentu (Resolusi
Jihad 22 Okt), adalah penyempitan/reduksi jihad para pahlawan yang sudah dimulai berabad-abad sebelumnya termasuk sebelum kemerdekaan yang lebih bersifat luas. Bukan dikaitkan dengan kelompok tertentu. Juga, penekanan pada resolusi jihad yang lebih berona fisikal/harbi menjadi penghambat upaya jihad selama ini ke arah lebih luas (jihad iqtishadi/ekonomi, jihad 'ilmi/iptek, jihad i'lami/informasi).”
Untuk itu menyarankan agar Hari Santri Nasional tidak ditetapkan. Menurutnya alangkah baiknya jika ingin menetapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat, baiknya pemerintah melakukan itu dengan pertimbangan untuk seluruh rakyat atau elemen bangsa.
“Hari Nasional (kecuali hari2 besar keagamaan),haruslah menjadi hari bagi semua elemen bangsa. Maka kalau terpaksa harus ada Hari Santri (karena fait-a-compli politik pada saat Pilpres), mungkin
bisa dicari tanggal lain. Dan Hari Santri dengan inti kesantrian bisa dikaitkan di Pancasila, khususnya Sila Pertama. Dalam hal ini, kesantrian adalah buah pengamalam Ketuhanan Yang Maha Esa.” Tentu Pemerintah akan kerepotan jika ada desakan untuk kemudian adanya Hari Abangan
Nasional. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!