Kamis, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 14 Mei 2015 17:00 wib
29.608 views
Mengapa Kalangan Gereja Ramai-Ramai Gebuki Jokowi?
JAKARTA (voa-islam.com) - Lucu saja. Dulu kalangan gereja membela, mengkampanyekan, dan memposisikan Jokowi sebagai 'tokoh' Indonesia baru. Sekarang mereka ramai-ramai balik badan. Setelah kapal besar bernama 'REZIM JOKOWI' mulai akan karam.
Enam bulan Jokowi berkuasa pemerintahannya sudah limbung. Ekonomi melambat, rupiah melorot terhadap dolar, pengangguran tambah berjibun, kemiskinan meruyak tak terhitung jumlahnya, harga kebutuhan pokok meningkat, penegakan hukum tidak jalan, KPK dihancurkan, kebijakan luar negeri tidak jelas, dan negara di serahkan kepada Cina. Sungguh mengerikan nasib bangsa.
Tapi, sekarang yang digebuki para menteri oleh publik. Padahal, bukan para kernet yang harus digebuk, tapi sopir, kalau bus atau kapal oleng, dan akan tengggelam atau menabrak. Media-media 'mainstreams' (liberal, kristen, sekuler) yang menjadi begundal Jokowi, justru yang dikepruki para menterinya.
Siapa yang memilih menteri? Ingatlah omongan JK, yang mengatakan, kalau Jokowi menjadi calon presiden, Indonesia akan hancur', tegasnya, saat menjelang pencalonan presiden. Sekarang, semua sudah sangat faktual dan terbukti, dan tidak perlu lagi dibela lagi. Di mana Mega dan PDIP, saat negara oleng?
Sekarang di tengah-tengah kondisi kapal REZIM JOKOWI yang mau tengggelam itu, dibuat pengalihan isu, yaitu mulai dari : BEGAL, PROSTITUSI ONLINE', dan sejumlah isu lainnya.
Termasuk mengobok-obok partai yang menjadi lawan politik REZIM JOKOWI. Seperti PPP dan Golkar, melalui orang 'dalam'. Persis seperti Zionis Israel, yang membuat negara-negara 'frontline' garis depan diacak-acak dan dihancurkan, sehingga Zionis-Israel tetap aman.
Sekarang keluar dari mulut Romo Benny Susetyo menilai prostitusi artis masuk bagian 'agenda setting' untuk mengalihkan isu utama mengenai penegakan hukum yang bersih, cetusnya. Romo Benny yang pernah membuat artikel di sebuah harian tentang REVOLUSI MENTAL Jokowi. Sekarang ingin mencari muka dengan mengkritik REZIM JOKOWI.
"Prostitusi itu masuk dalam 'agenda setting' sehingga orang-orang tidak melihat isu utama yang lebih substansial yaitu tentang bagaimana mewujudkan sebuah penegakan hukum yang bersih," katanya dalam sebuah diskusi berjudul 'Presiden Diabaikan: Saatnya Reformasi Total Kepolisian Untuk Selamatkan Demokrasi' di Jakarta, Rabu (13/5).
Diskusi tersebut juga dihadiri beberapa tokoh agama dan aktivis antikorupsi seperti Romo Frans Magnis Suseno, Pendeta Gomar Gultom, K.H. Solahuddin Wahid, Candra Motik, Ray Rangkuti, dan Saor Siagian. Mereka sepakat untuk menyuarakan pentingnya reformasi dalam institusi Polri sehingga Polri bisa tumbuh menjadi institusi penegak hukum yang bersih, kompeten, dan kuat.
Dengan adanya isu tentang prostitusi yang dianggap masyarakat sebagai isu 'seksi' karena berkaitan dengan moralitas, masyarakat kemudian menutup mata terhadap masalah lebih besar yang dihadapi bangsa ini yaitu tentang reformasi kepolisian dan penegakan hukum yang makin melemah.
"Kita sebagai bangsa tidak punya fokus sampai tidak menyadari adanya pengalihan isu dari polemik antara Presiden dengan Wakil Presiden (terkait) pengangkatan Budi Gunawan (menjadi Wakapolri tanpa sepengetahuan Presiden) ke isu-isu remeh seperti prostitusi artis," tutur Romo Benny.
Seperti diketahui, Komjen Pol Budi Gunawan diangkat menjadi Wakapolri setelah memenangkan perkara praperadilan atas penetapan dirinya sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus dugaan gratifikasi berupa penerimaan hadiah atau janji selama menjabat sebagai Kepala Biro Pembinaan Karir Deputi Sumber Daya Manusia Polri periode 2003-2006 dan jabatan lainnya di kepolisian.
Menurut Romo Benny, pengalihan isu ini juga dipelopori oleh media yang tidak cerdas dalam memilih isu sehingga publik digiring pada isu yang sifatnya tidak terlalu penting atau substansial.
"Yang paling penting sekarang itu bagaimana menata reformasi kepolisian ke depan karena reformasi itu akan menjadi kekuatan masyarakat sipil yang diwujudkan dengan masyarakat yang demokratis dan polisi yang profesional," tutur pria yang aktif sebagai peneliti di lembaga PARA Syndicate itu.
Sependapat dengan Romo Benny, pendeta Gomar Gultom juga tidak melihat prostitusi sebagai hal paling penting yang harus diperhatikan masyarakat.
"Apa urgensinya kita ribut-ribut soal PSK? Sampai-sampai Wapres ikut berkomentar terkait hal itu," tuturnya.
Ia bahkan memiliki kekhawatiran bahwa isu prostitusi tidak hanya menjadi pengalih perhatian tapi bisa juga menjadi bahan untuk mengkriminalisasikan seseorang dengan mengaitkannya pada hal-hal berbau pelanggaran moral atau wanita seperti yang menimpa mantan Ketua KPK Antasari Azhar.
"Saya khawatir ada maksud terselubung atau mungkin ada yang mau dikriminalisasi dengan mengaitkannya pada PSK," katanya.
Barangkali para Romo, seperti Franz Magnis Suseno dan Romo Benny Susetyo ingin mencari muka di depan rakyat, dan meninggalkan Jokowi yang sudah klenger, akibat dibelit berbagai masalah. (jj/dbs/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!