Kemenangan Erdogan, Ahmed Dovutoglu dan AKP Sangat Strategis Bagi Dunia Islam

ANKARA (voa-islam.com) – Turki mempunyai latar belakang sejarah sebagai bangsa besar. Negara ini pernah memimpin dunia Islam. Khilafah Turki Otsmani, wilayah kekuasaannya membentang mulai dari Maroko sampai ke Aceh. Kekuasaaan Khilafah Turki Otsmani berlangsung lebih dari tujuh abad. Bahkan, pengaruh kekuasaannya sampai ke semenanjung Balkan.

Turki satu-satunya negara di kawasan Asia yang menjadi anggota NATO, sejajar dengan negara-negara Barat lainnya seperti Amerika, Jerman, Itali, Perancis, Inggris, Israel, dan sejumlah negara lainnya. Tetapi, Turki tidak begitu saja tunduk kepada kebijakan dan keputusan NATO. Turki pernah membatalkan latihan perang NATO, karena Israel.

Sejak Zionis-Israel melakukan invasi militer ke Gaza, dan kemudian melakukan blokade terhadap Gaza, maka Turki mengambil jarak dengan Israel. Turki mengurangi tingkat perwakilannya di Israel. Bukan lagi seorang duta besar yang mewakili Turki di Israel, melainkan hanya setingkat kuasa usaha. Turki juga membatalkan kerjasama pertahanan dengan Israel. Turki hanya mau memulihkan hubungan dengan Israel, asalkan Israel mencabut blokade terhadap Gaza.

Di tengah krisis yang menghebat antara Turki-Israel, pemerintah Turki mengirimkan kapal kemanusiaan Mavi Marmara. Kapal ini kemudian diserang pasukan khusus Israel dan mengakibatkan tewasnya sejumlah warga Turki dan negara-negara lainnya. Turki pun marah.

Bahkan, ketika berlangsung pertemuan FORUM EKONOMI GLOBAL di Davos, Swiss, Erdogan meninggalkan forum sesudah mengkritik Presiden Israel Simon Peres, dan kemudian pulang ke negaranya. Erdogan dielu-elukan rakyatnya sesudah tiba di Bandara Kemal Attaturk di Istambul.

Erdogan, benar-benar seorang tokoh yang memiliki perhatian sangat luar biasa atas nasib Muslim di berbagai negara. Sebut saja Somalia, Ethiopia, Mesir, Bosnia, dan Dunia Arab, bahkan nasib Muslim Rohingnya. Pemimpin Turki itu, sangat peduli terhadap Muslim di mana pun yang terkena musibah. Ia tidak membiarkan kekayaan Turki hanya dinikmati rakyat Turki.

Ketika terjadi bencana kelaparan, Erdogan, istrinya Emina, anaknya Sumayya, Menlu Dovutoglu, dan sejumlah menteri, dan lembaga karitas Turki, berkunjung ke Somalia. Kedutaan Turki memberikan bantuan kepada pemerintah Somalia senilai $ 500 juta dolar.

Sekarang, Erdogan dan pemerintah Turki harus menanggung lebih dari 2,5 juta pengungsi Suriah. Turki mengeluarkan dana bagi pengungsi Suriah sebesar $750 juta dolar. Turki mendirikan sekolah, rumah sakit, dan bahkan universitas yang diperuntukan bagi para pengungsi Suriah.

Erdogan  sikapnya terhadap Basha al-Assad sangat jelas dan tegas, bahwa al-Assad harus pergi, dan tidak ada lagi tempat di Suriah. Erdogan bersama Arab Saudi berusaha mengakhiri  krisis di Suriah yang telah mengakibatkan jutaan penduduk Suriah menjadi pengungsi. Semua negara sekarang, terutama dunia Islam sangat prihatin atas situasi di Suriah.

Pemerintah Turki melindungi pengungsi Suriah seperti melindungi rakyatnya sendiri. Semua ini tidak hanya sekadar statemen tapi pemerintah Turki benar-benar mencurahkan seluruh kemampuannya dalam memberikan bantuan pada para pengungsi Suriah.

Ketika mendengar Muslim Rohingya dihancurkan oleh rezim Budha di Myanmar, Aminah (isteri Erdogan) terbang ke Myanmar, mengunjungi pengungsi Rohingya. Sambil menggendong bayi, Aminah menangis bercucuran melihat kondisi Muslim Rohingya. Ia sangat sedih melihat saudaranya Muslim yang tertindas dan teraniaya.

Terhadap Ikhwan di Mesir, sangat luar biasa sikap Erdogan. Sampai sekarang Erdogan tidak mau mengakui kekuasaan yang ada di tangan Marsekal al-Sisi, yang melakukan kudeta terhadap Presiden Mohamad Mursi.

Saat Mohamad Mursi menjadi presiden, pertama Erdogan melakukan kunjungan ke Cairo, dan bertemu dengan Mohamad Mursi, seperti saudara kandungnya. Erdogan juga mengundang tokoh-tokoh Ikhwan bertemu di Kedutaan Turki, termasuk Mursyid 'Aam Ikhwanul Muslimin Mohamad Badie.

Sampai sekarang, sikap dan pendirian Erdogan  tidak pernah berubah, dan masih berpandangan atau bersikap bahwa Presiden Mesir yang sah adalah Mohamad Mursi. Turki menarik Duta Besarnya dari Kairo, dan mengusir Duta Besar Mesir dari Ankara.

Di televisi Turki, Erdogan menangis bercucuran membaca surat Sekjen Jamaah Ikhwanul Muslimin, Mohamad Beltaqi. Ia tidak pernah melihat anaknya, ASMAH namun tiba-tiba mendengar kabar anaknya tersebut tewas di Rabi'ah al-Adawiyah, ditembak oleh sniper yang merupakan orang-orangnya al-Sisi. Dia tidak dapat mengantar ke kuburan anaknya. Dalam hal ini Erdogan juga mempunyai anak perempuan Sumayya. Mereka juga jarang bertemu. Masing-masing sibuk dalam perjuangan.

Komitmen Erdogan sudah tidak dapat lagi diragukan atas perjuangan bangsa Palestina. Berulangkali ia bertemu dengan tokoh-tokoh Palestina. Erdogan bertemu dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas, Kepala Biro Politik Hamas, Khaled Misy'al, Ismail Haniyah, dan sejumlah pemimpin Palestina lainnya. Semua itu membuktikan komitmen dan janji Erdogan terhadap perjuangan bangsa Palestina.

Qadarullah. Erdogan berencana berkunjung ke Palestina dan ingin melihat langsung kehidupan rakyat Palestina di Gaza. Tapi, pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Mohamad Mursi jatuh akibat kudeta yang dilancarkan oleh Marsekal al-Sisi. Erdogan gagal berkunjung ke Gaza. Tapi, Erdogan tidak pernah sekejap pun melupakan bangsa Palestina yang dijajah Zionis itu.

Erdogan adalah anak didik Prof. Necmetin Erbakan yang pertama mendirikan Partai Refah (Partai Kesejahteraan). Partai ini menang dalam pemilu di Turki di era tahun l990 an. Sayangnya, partai ini kemudian dibubarkan oleh militer Turki karena ingin menegakkan Islam. Erbakan mempunyai cita-cita yang agung yaitu mengembalikan kemuliaan Islam.

Erbakan sudah membuat sistem ekonomi dan mata uang, membangun sistem keamanan dan militer, dan kerjasama bidang ekonomi yang akan menjadi dasar sistem Islam. Namun ini semua gagal karena ia dikudeta oleh militer. Perjuangan itu dilanjutkan oleh Erdogan yang menjadi anak didiknya, dan berhasil mengubah Turki secara total.

Kemenangan Erdogan, Ahmed Dovutoglu, dan AKP membuat dunia Islam menaruh harapan kepada Turki. Semua pemimpin gerakan Islam menyambut dengan “tersenyum”. Turki akan memainkan peranan yang sangat strategis di bawah Erdogan termasuk menyelesaikan konflik yang terjadi di Suriah. Hanya Zionis-Israel yang marah dan sedih atas kemenangan Erdogan, Ahmed Dovutoglu dan AKP.

Erdogan akan membangun poros baru yaitu Riyadh, Doha dan Ankara. Turki, Arab Saudi, dan Qatar akan menjadi sebuah kekuatan baru di kawasan Timur Tengah. Turki dengan jumlah penduduk hampir 80  juta, semakin kuat di bawah AKP. Turki menjadi anggota Uni Eropa dan tetap dapat menjembatani Dunia Islam dengan Barat. Sungguh luar biasa.

Menurut sebuah koran Arab yang terbit di London, kekuatan yang ingin menumbangkan Erdogan yang dikonsolidasikan oleh jaringan loby Israel, sudah menghabiskan $ 2 triliuin dolar untuk menggulingkan Erdogan, sejak tahun 2010 lalu.

Puncaknya terjadi pengeboman di ibukota Ankara, saat berlangsung aksi demonstrasi damai oleh kelompok-kelompok "kiri" yang mendukung Kurdi, dan mengakibatkan banyaknya kematian, sampai 100 orang lebih, dan melukai 300  orang,  kemudian Erdogan dituduh sebagai dalangnya,   tapi rakyat Turki tetap percaya kepada Erdogan. Barakkallahufikum. Saudaraku. Wallahu'alam.

Editor: RF

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Opini Redaksi lainnya:

• Rakyat Turki Menolak Partai Sekuler, Liberal, Komunis, Nasionalis, dan Memilih AKP
• Meninggalkan Kebijakan Satu Anak, Cina Akan Melahap Penduduk Asia Pasific?
• Pangeran Walid bin Talal Menyerukan Arab Saudi Mendukung Zionis-Israel
• Kekuatan Utama Dunia, Mencari Solusi Politik di Suriah, Akibat Tak Mampu Mengalahkan Mujahidin
• Pembicaraan Raja Salman bin Abdul Aziz dan Obama, dan Spekulasi Penggulingan Salman
• Jokowi ke Amerika Gatot, Usai Ngobrol Dengan Obama, Langsung Pulang Tanpa Pernyataan Bersama
• Presiden Jokowi Mengapa Engkau Tega Meninggalkan Rakyatmu?
• IS, Kelompok Kurdi, dan Intelijen Suriah, Berhasil Menghancurkan Erdogan?