Jum'at, 29 Jumadil Akhir 1446 H / 25 September 2015 06:48 wib
14.900 views
Tragedi Mina, Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Bagi Umat Manusia
MAKKAH (voa-islam.comm) – Begitu menyedihkan dan memilukan bagi siapapun. Melihat tragedi di Mina. Banyak jamaah haji yang meninggal saat akan melangsungkan “Jumroh”. Melempar 'syaithan' yang menggoda Ibrahim Alaihissalam, agar tidak melaksanakan perintah Allah Azza wa Jalla, menyembelih Ismail Alaihissalam.
Tragedi di Mina oleh media Barat dikatakan sebagai 'horror' itu, menyisakan begitu banyaknya jumlah korban, lebih 753 orang jamaah yang meninggal, dan 900 orang jamaah lainnya mengalami luka di dekat Mina.
Beratnya ujian bagi jamaah haji yang ingin melaksanakan ibadah haji di tanah suci Makkah dan Madinah. Sejak mereka meninggalkan tanah air mereka, sampai tiba di Makkah dan Madinah. Menghadapi musim panas yang sangat menggigit, badai padang pasir, dan berbagai bentuk ujian lainnya.
Mereka bukan saja harus meninggalkan negaranya, tapi harus meninggalkan sanak familinya. Meninggalkan orang-orang yang sangat dicintai. Demi bisa melaksanakan ibadah haji. Mereka ingin mengingat kembali perjuangan Nabi Abrahim Alaihissalam dalam menegakkan agama Allah.
Bagaimana keikhlasan, kecintaan, ketundukan dan ketaatan Nabi Ibrahim Alaihissalam terhadap Rabbnya? Bagaimana pengorbanan Nabi Ibrahim Alaihissalam dalam membela agama Rabbnya. Nabi Ibrahim bukan hanya menghadapi kaumnya yang menjadi penyembah berhala, tapi juga harus menghadapi ayahnya Azar yang membuat patung.
Nabi Ibrahim Alaihissalam bukan hanya melawan kaumnya yang menjadi penyembah berhala, dan menjadikan berhala sebagai tuhan, tapi berhala itu oleh kaumnya disandingkan dengan Ka'bah, dan berada di sekeliling Ka'bah. Lebih berat lagi perjuangan Nabi Ibrahim Alaihissalam, justru yang membuat patung adalah ayahnya, Azar.
Nabi Ibrahim Alaihissalam harus menghadapi kaumnya dan ayahnya, yang sama-sama penyembah berhala. Musyrik. Melakukan perbuatan yang tidak akan dapat bisa diampuni, syirik, menyekutukan Allah dengan benda (berhala), yang tidak dapat memberikan manfaat dan mudharaat bagi kehidupan. Tapi, berhala itu oleh kaumnya dan ayahnya dijadikan sesembahan dan tuhan.
Begitulah. Nabi Ibrahim yang sudah renta belum dikaruniai keturunan (anak), dan ini menjadi kesedihannya tersendiri. Siapa yang akan melanjutkan kehidupannya, kelak? Jika dia tidak memiliki keturunan? Tidak ada generasi baru yang bakal melanjutkan misinya dalam kehidupan.
Doanya, 'Rabbana habb lana min azwajina wa durriyatina qurrota' a'yuunin wa jaalna lil muttaqima imama”.
Nabi Ibrahim Alaihissalam ingin anak keturunannya, dan generasi baru yang menjadi 'penyejuk' mata, menjadi orang-orang yang 'muttaaqin', dan menjadi penghulu orang-orang muttaqin. Sungguh sangat luar biasa doa itu.
Genaraasi baru yang menjadi anti-tesa (lawan) dari para penyembah berhala, dan kaum musryik dan penyembah syirik (berhala), dan mereka yang menghancurkan kehidupan. Itulah senandung Nabi Ibrahim Alaihissalam. Doa itu dikabulkan oleh Allah Rabbul Alamin, dan Nabi Ibrahim Alaihissalam mendapatkan anak, yaitu Ismail.
Tapi, ujian bagi Nabi Ibrahim Alaihissalam, tak pernah berhenti, dan Nabi Ibrahim Alaihissalam mendapatkan perintah dari Rabbnya, yaitu agar menyembelih putranya, Ismail, yang semata wayang. Begitulah ujian itu datang?
Siapakah orang tua yang sanggup menjalani perintah dari Rabbnya, seperti Nabi Ibarahim Alaihissalam? Siapakah anak yang sanggup melaksanakan perintah dari Rabbnya seperti Nabi Ismail Alaihissalam?
Nabi Ibrahim Alaihissalam mendapatkan gelar dari Rabbnya, sebagai 'BAPAK TAUHIHD', karena sikapnya terhadap Rabbnya yang sangat patuh, taat, tunduk dan berserah diri atas segala perintah-Nya. Inilah hakekat nilai yang paling penting, dan sangat mulia dihadapan Allah Azza wa Jalla, sikap Nabi Ibrahim Alaihissalam.
Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Nabi Ismail Alaihissalam, keduanya manusia yang ikhlas dan benar-benar berserah diri hanya kepada Rabbnya, dan tunduk, patuh, dan taat atas segala bentuk perintah dari Rabbnya. Begitulah kisah bapak dan anak, yang menggambarkan bentuk ketundukan, kepatuhan, ketaatan dan berserah diri hanya kepada Rabbnya.
Betapa bahagianya bila setiap manusia, dan orang-orang Mukmin, mengikuti jejak langkah Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Nabi Ismail Alaihissalam, yang begitu ikhlas menerima semua perintah dari Rabbnya, dan memberikan pengorbanan yang tanpa tara. Pengorbanan bukan hanya harta dan benda, tapi dirinya sendiri bagi Yang Maha Agung, Allah Rabbul Alamin.
Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Nabi Ismail Alaihissalam memberikan pengorbanan secara totalitas kepada Rabbnya. Sekarang terjadi tragedi musibah atau tragedi di Mina. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi roji'un. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!