Ahad, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 23 Agutus 2015 22:34 wib
35.277 views
Kebangkrutan Pemerintahan Jokowi Sudah Didepan Mata
JAKARTA (voa-islam.com) - Kebangkrutan pemerintahan Jokowi sudah di depan mata. Alih-alh reshufle bisa memperbaiki kondisi ekonomi dan politik, tapi justru situasi dan kondisinya semakin kacau.
Reshufle membuka konflik baru antara Jokowi, Jusuf Kalla, dan Rizal Ramli, dan berdampak terhadap pemerintahan Jokowi semakin tidak efektif..
Tjipta Lesmana pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) menyebut Wakil Presiden Jusuf Kalla mengancam akan mundur, jika Presiden Jokowi tidak mengganti Menteri Koordinator Bidang Maritim Rizal Ramli "JK mengancam (ke Jokowi) kalau Pak Rizal ini tidak dipecat, dia mau bercerai (mundur)," ujar Tjipta di Jakarta, Sabtu (22/8/2015).
Tjipta mengaku jika memang informasi itu benar adanya. Ini berarti Tjipta mendapat informasi bersifat A1 dari kalangan istana. Sangat naïf bagi Tjipta membuat pernyataan tanpa sumber-sumber yang dapat dipercaya.
Beberapa kemungkinan yang sangat penting dari pernyataan mengejutkan Tjipta itu, diantaranya, Kalla meminta Jokowi memecat Rizal, atau jika Jokowi tidak memecat Rizal, maka Kalla akan mengundurkan diri sebagai wakil Presiden. Kemungkinan-kemungkinan itu menjadi buah simalakama bagi Jokowi.
Lelbih jauh, selama sepuluh bulan menjadi Wapres Jokowi, peran Kalla memang sangat dibatasi perannya dari bulan Oktober 2014 sampai Agustus 2015 ini. Peran Jusuf Kalla terkesan hilang.Sekarang Jusuf Kalla dibikin tamat, perannya sebagai Wapres.
Jokowi tidak memberi wewenang lebih kepada Wapres Jusuf Kalla. Jokowi sengaja mengebiri wewenang Jusuf Kalla ke dalam kotak, dan memasang Luhut Pandjaitan di sekitar kekuasaannya (Ring 1).
Jokowi memberikan wewenang yang sangat besar kepada Luhut yang menjadi kepercayaannya. Bukan hanya sebagai Menko Polhukam, tapi juga menjadi Kepala Staf Kepresiden. Luhut bisa memanggil para Menko dan sejumlah menteri kabinet. Jadi sekarang sejatinya yang menjadi Wapres adalah Luhut.
Sinyal hubungan antara Jokowi dengan Jusuf Kalla sudah semakin retak sangat jelas. Di mana Jokowi mendepak orang-orangnya Jusuf Kalla. Seperti Menko Ekuin Sofjan Djalil dan Rahmat Gobel. Kemungkinan jika habis lebaran Haji nanti, Jokowi akan mendepak kembali orang-orang Jusuf Kalla yang masih tersisa di kabinet.
Selanjutnya, dalam pertemuan ‘empat mata’ antara Jokowi dengan Jusuf Kalla menjelang reshuffle, sudah terjadi pertarungan antara Jokowi dan Jusuf Kalla, dan Jusuf Kalla kalah. Di mana sejumlah menterinya Jusuf Kallla digusur oleh Jokowi.
Tentu, tembakan Rizal Ramli tentang proyek listrik 35 ribu MW, tak lain, di 'create' alias diciptakan Istana yang sengaja menghajar dan melemahkan pengaruh Jusuf Kalla. Sekaligus membuat citra Jokowi di depan publik rusak. Inilah yang membuat semakin kisruh diantara para penguasa negeri ini.
Kekisruhan ini pasti semakin berdampak terhadap ekonomi politik yang semakin hancur. Pelemahan Rupiah akan terus berlanjut dan bisa melebihi level Rp 15.000 per dollar AS, dan mungkin lebih. Terus membubungnya dollar akan menguras cadangan devisa Indonesia,dan akan benar-benar bangkrut.
Pengunduran diri Kalla akan menggoncang pemerintahan Jokowi dan ekonomi Indonesia bertambah ambruk. Kemampuan Jokowi akan semakin melemah dan sulit terus bertahan dengan krisis multi dimensi yang sekarang dihadapi Indonesia. Apalagi, Jokowi yang hanya bertumpu jaringan Chinese Oveseas dan Cina Daratan yang ekonominya melemah, serta krisis ekonomi global.
Pasti pengunduran diri Kalla membuat Presiden Jokowi semakin goyah dan sulit bertahan.. Sekalipun Jokowi telah melakukan konsolidasi politik, dan berhasil membentuk poros kekuatan baru di belakangnya yang terdiri para jenderal.Diantaranya : Jendral Moeldoko, Jendral Gatot, Letjen Sutiyoso, Jendral Mulyono dan Letjen Luhut.
Mungkin Jokowi mempersiapkan Moeldoko sebagai wakil presiden yang baru. dan dengan Jendral Moeldoko menjadi wakil presiden Jokowi, maka seluruh kekuatan TNI diharapkan ada di belakang Jokowi sebagai pilar kekuasaannya.
Tapi itu baru asumsi dan rekaan, semuanya belum tentu TNI akan seluruhnya mendukung Jokowi. Apalagi, Jokowi yang semakin memberikan 'ruang' kepada golongan Komunis di Indonesisa. Di mana TNI sangat trauma dengan komunis, sejak peristiwa G30S PKI, tahun l965. Persoalan ini yang akan membuat TNI akan tetap bersikap reserve terhadap Jokowi.
Seperti juga Soeharto saat menghadapi krisis ekonomi 97/98, masih mendapat dukungan para jenderal, tapi Soeharto menyerah, akibat krisis dan lahirnya gerakan rakyat yang menginginkan perubahan.
Jenderal Besar Soeharto lengser dari kekuasaannya akibat krisis ekonomi. Apalagi Jokowi yang hanya mantan walikota, tak memiliki legitimasi yang kuat menghadapi hempasan badai krisis yang bersifat multidimensi.
Nampaknya, semakin menjadi kenyataan ucapannya Jusuf Kalla, sebelum Jokowi menjadi presiden. Di mana Jusuf Kalla mengatakan, jika Jokowi menjadi presiden Indonesia akan hancur, tegasnya. Wallahu'alam.
dta.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!