Jum'at, 19 Jumadil Awwal 1446 H / 29 Mei 2015 19:59 wib
47.787 views
Dibawah Erdogan Turki Akan Menjadi Imperium Islam dan Khilafah
ISTAMBUL (voa-islam.com) - Turki akan menggelar perayaan besar-besaran penaklukan Konstantinopel oleh Khilafah Utsmani di tahun 1453. Perayaan jatuhnya Konstatinopel di tangan Mohamamd Al-Fatih menjadi sebuah kebanggaan Muslim Turki sepanjang sejarah, dan perayaan itu akan berlangsung, Sabtu, 30/5/2015.
Pemerintah Turki sengaja menggelar perayaan saat libur, agar seluruh rakyat Turki lebih banyak dapat menyaksikan kebesaran para pendahulu mereka. Mereka tak sekadar bisa menghayati kebesaran Muhammad Al-Fatih, Sang Penakluk.
Para penerus Al Fatih dan pahlawan-pahlawan penaklukan itu akan mereguk semangat bapak moyang mereka untuk diterapkan dalam hidup saat ini. Seperti yang ada dalam ruh semangat Presiden Erdogan, yang tidak lagi menutupi tentang kebesaran Turki dibawah Khilafah Otsmani.
Pada Jumat subuh, 29 Mei 1453 itu, setelah enam bulan pengepungan yang nyaris membuat frustrasi, Sultan Mohamad Al-Fatih, bergerak mendekati benteng kota Konstantinopel.
Serangan yang dimulainya sejak Jumat, 6 April 1453, tak juga berhasil membawa pasukannya memasuki pantai Konstantinopel. Kota berbenteng setebal 10 meter itu sulit ditembus. Dari arah selatan Laut Marmara, pasukan laut Khilafah Otsmani harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani.
Sementara dari arah Timur, armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn,yang sudah dipasangi rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat. Semua itu berlangsung berbulan-bulan, tanpa ada kemajuan militer yang dapat dicapai.
Hingga ide yang terdengar tidak masuk akal pun muncul. Melihat pertahanan paling lemah Byzantium adalah melaluiTeluk Golden Horn yang sudah dirantai. Mohamad Al Fatih meminta pasukannya menyerang lewat celah itu.Tak tanggung-tanggung, untuk mengakali rantai, Al-Fatih memindahkan kapal-kapal melalui darat, ditarik kearah Bukit Galata dengan susah payah dan nyaris mustahil terpikirkan musuh.
Dalam semalam, 70-an kapal pasukan Mohamad Al-Fatih memasuki wilayah Teluk Golden Horn.Tak ada lagi rantai yang menghalangi. Benteng Konstantinopel yang sudah di depan mata, segera dibombardir artileri canggih buatan Hongaria. Hari itu yang mengakibatkan Konstantinopel jatuh. Kemudian namanya diganti menjadi Istanbul (Kota Islam), hingga hari ini.
Sejatinya perayaan besar-besaran itu hanya menjadi penanda besar bahwa Turki tengah kembali kepada masa lalu bangga dengan warisannya sendiri, yaitu Islam. Turki dibawah Khilafah Otsmani pernah menjadi 'Imperium' raksasa, yang pengaruhnya sampai ke Aceh.
Meskipun, warisan Islam itu sejak tokoh sekuler Mustafa Kamal memimpin negara itu, senantiasa menolak keberadaan Islam. Sekulerisme di Turki tidak memberikan kebanggaan apapun bagi rakyat Turki. Kecuali kehinaan belaka.
Hanya dalam waktu satu dekade pengaruh sekularisme ala Ataturk, sejak naiknya Partai AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan) yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan menyinari langit Semenanjung Anatolia, Turki kian dekat dan kembali ke pangkuan Islam.
Erdogan tak pernah menutupi tentang jadi dirinya sebagai pewaris Khilafah Otsmani yang akan bangkit dan menghidupkan kembali Turki Otsmani, persis seperti dalam pidatonya saat dilantik menjadi Presiden. Erdogan membuat semua yang hadir tercengang mendengar pidatonya, bahkan ia menyebut Andan Mandares, yang digantug karena dia percaya terhadap Islam.
Partai AKP yang berkuasa pada 2002 lalu, mengubah seluruh kehidupan Turki, dan mulai mengubah kebijakannya, terutama mulai dekat dengan negara-negara Islam. Turki berani mengatakan tidak terhadap Israel dan Amerika. Biangnya kafir musryik. Israel harus meminta maaf dan membayar ganti rugi atas tindakannya yang menyerang kapal Mavi Marmara.
Turki meninggalkan Azerbaijan, negara Islam yang sangat pro-barat dan AS. Begitu juga dengan Georgia, negara bekas Uni Soviet yang melepaskan diri dari imperium Komunis. Turki memiliki sikap dan kebijakan luar negeri yang lebih jelas, dan lebih dekat kepada negara-negara Islam. Pembelaan terhadap negara-negara Islam, dan Muslim sungguh-sungguh dan ikhlas.
Erdogan tetap mengakui Presiden Mursi, dan menolak al-Sisi sebagai presiden Turki. Istri Erdogan, Aminah pergi ke Myanmar bersama Menlu Ahmed Davutoglu, dan ia menggendong bayi Muslim Maynmar sambil menangis. Adakah isteri pemimpin Islam seperti Aminah?
Erdogan tak ragu mengecam Presiden Israel Shimon Peres dengan sebutan Yahudi keparat yang telah membunuh ribuan orang di jalur Gaza. Apa yang dilakukan Erdogan setelah itu? Meninggalkan pertemuan Forum Ekonomi di Davos, dan kembali ke negaranya. Erdogan tidak takut dengan negara Yahudi itu, yang selama di mitoskan.
Erdogan mengusulkan penggantian sebutan kampus pada universitas dengan sebutan kuliyye, Januari lalu. Menurut dia, sebutan kampus yang digunakan di Turki saat ini diambil dari Bahasa Inggris.
Sementara kulliye berasal dari bahasa Arab. "Saya berpikir meninjau kembali sejarah kita dan mempertimbangkan kulliye akan lebih baik. Ini akan menjadi yang pertama dalam era baru ini," ujar Erdogan.
Gerakan Erdogan yang menjadikan perayaan 29 Mei, jatuhnya Konstantinopel yang menjadi simbol imperium Barat itu, sudah berakhir dan akan digantikan oleh imperium Islam. Muslim Turki yang telah lama hidup dalam sekularisme.
Kini dibawah Erdogan semua akan berubah, termasuk gaya hidup dan tata cara hidup yang sekuler pasti akan berakhir. Inilah kenyataan yang sangat memberikan inspirasi dan ruh semanat bagi Muslim di seluruh dunia, yang sekarang terpuruk, akibat permainan kotor Zionis-Nasrani yang sudah mulai nampak kebangkrutan di Barat.
Perayaan besar-besaran jatuhnya Konstatinopel hanyalah memberikan gambaran, bahwa Turki dibawah Erdogan akan mengembalikan kejayaan dan kebanggan Muslim terhadap sistem dan nilai Islam yang selama ini dihinakan dan diacuhkan oleh masyarakat modern. Islam tiba-tiba seperti sinar yang sangat agung keluar dari langit Turki.
Lihat lah bila pergi ke Istambul, sebelum pesawat landing di bandara, lewat jendela pesawat, pasti akan melibat begitu banyak 'telunjuk' yang memenuhi langit Istambul. 'Telunjuk' itu tidak lain, menara-menara masjid yang menjulang di Istambul, yang pernah menjadi ibukota Romawi, Konstatinopel.
Bersamaan dengan dibukanya kembali Hagia Shopia, Katedral yang megah, dan sekarang menjadi masjid, Turki akan menjadi imperium Islam. Allahu Akbar. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!