Kamis, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 28 Mei 2015 06:44 wib
15.677 views
Siapa Sejatinya Teroris dan Ekstrimis? Para Menlu OKI Seperti Beo
KUWAIT (voa-islam.com) - Siapa sejatianya pelaku terorisme dan esktrimisme? Tidak jelas kepada siapa pernyataan para menteri luar negeri OKI (Orgganisasi Konferensi Islam)? Bagaimana dengan negara yang melakukan pembantaian terhadap rakyatnya? Apakah mereka teroris?
Mungkin teroris itu hanya gelar yang ditujukan kepada mereka yang sekarag sedang berperang melawan para penguasa keji, atau mereka yang sekarang ini ingin membebaskan negara dari para penguasa keji? Seperti yang terjadi di Irak, Suriah, Yaman, Libya, Somalia, dan sejumlah negara lainnya?
Apakah mereka yang ingin menegakkan nilai-nilai Islam dan sistem Islam harus diberi lebel teroris dan ekstrimis? Seperti Daulah Islam (IS) di Irak dan Suriah, Boko Haram di Nigeria, al-Shabaab di Somalia, AQAP di Yaman, Mali dan sejumlah negara lainnya?
Bagaimana para pemimpin Arab yang berlaku keji terhadap para pemimpin Gerakan Islam (Harakah Islamiyah) semacam Ikhwan? Al-Sisi sudah membantai ribuan anggota dan pemimpin Ikhwan. Apakah al-Sisi teroris dan ekstrimis? Di seluruh negara-negara Arab para pemimpinnya, tangan mereka penuh dengan lumuran darah rakyatnya.
Bagaiman dengan Bashar al-Assad yang sudah membunuh lebih dari 500 ribu rakyatnya? Apakah dia teroris dan esktrimis? Apakah milisi-milsi Syi'ah yang menjadi perpanjangan tangan Teheran itu teroris dan ekstrimis? Ini harus dijelaskan oleh para mementeri luar negeri Arab yang sekarang berkumpul di Kuwait?
Bahkan, sekarang para ayatullah di Iran, sudah dengan tegas-tegas ingin membangun dan mendiriikan 'imperium' (kekaisaran) Parsia, dan berpusat di Bagdad, Irak. Dengan cara menggerakan milisi Syi'ah membantai kaum Sunni di Irak, Suriah dan Lebanon. Apakah mereka yang dimaksud dengan teroris dan ekstrimis?
Saat berlangsung KTT di Camp David, Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam sebuah wawancara dengan media al-Arabiya, secara tegas mengatakan bahwa Iran negara : TERORIS. Karena Iran mengekspor revolusi dengan menggunakan kekuatan militer dan senjata, dan bertujuan membangun hegemoni (kekuasaan) di seluruh Timur Tengah.
Sekarang para Menlu (Menteri Luar Negeri) Negara-negara Arab Teluk, menyatakan dalam KTT yang berlangsung di Kuwait, "Aksi terorisme dan praktek ekstremisme Islam bertujuan memecah dunia Muslim", tegas Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir, saat pertemuan Organisasi negara-negara Kerjasama Islam (OKI) di Kuwait, Rabu, 27/5/2015.
"Kami telah berkomitmen dalam menghadapi tantangan ekstremisme dan kekerasan," kata Jubeir di salah satu pernyataan pembukaan pertemuan itu.
"Terorisme, ekstrimisme dan sektarianisme bertujuan untuk membagi dunia Muslim," tambahnya, mengutip konflik saat ini di Yaman sebagai "refleksi dari penderitaan masyarakat Muslim global."
Arab Saudi memimpin koalisi memerangi pemberontak milisi Syi'ah Houthi di Yaman yang memberontak merebut Yaman dan menggulingkan Presiden Yaman Abdrabbu Mansour Hadi. Dengan bantuan Iran, milisi Syi'ah Houthi menguasai Yaman. Mendepak Presiden Mansour Hadi.
Dalam pernyataannya, saat pembukaan, Emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah mengatakan, koalisi Arab harus menanggapi permintaan Presiden Yaman untuk mengembalikan legitimasi pemerintahan Yaman, tegasnya.
Sheikh Sabah membela serangan udara yang dipimpin Arab terhadap milisi pemberontak Syi'ah Houthi Yaman dan sekutu mereka. "Milisi Syi'ah Houthi mengancam keamanan dan stabilitas kawasan, dan mereka telah melakukan kekerasan dalam merebut Yaman", tegasnya.
"Kita harus mengambil sikap serius munculnya masalah sektarian yang telah mengguncang struktur bangsa kami," kata Emir para menteri luar negeri dan perwakilan dari 57 anggota OIC (Negara Konferensi Islam) pada pertemuan tahunan yang digelar di Kuwait.
"Fanatisme yang paling berbahaya bagi keberadaan bangsa kita ... Kita semua menjadi korban konflik ini, dan pemenangnya adalah orang yang ingin mengobarkan perselisihan destruktif ini untuk tujuan mereka sendiri ..."
OKI mengadakan pertremuan yang dihadiri lebih dari 50 menteri luar negeri dari dunia Muslim, dan akan membentuk strategi dunia Islam dalam memerangi terorisme, ekstremisme kekerasan dan kebencian. Pertemuan para Menlu OKI itu berlangsung 27-28 Mei di Kuwait.
Pertemuan para Menlu itu, berteme: "Viai Bersama Mempromosikan Toleransi dan Mencegah Terorisme," di mana telah hadir 42 Menteri Luar OKI.
Dalam siaran pers, Sekretaris Jenderal OKI, Iyad Madani Ameen mengatakan: "Terorisme telah menimbulkan tantangan yang menakutkan bagi keamanan dan stabilitas negara anggota OKI dan masyarakat global. Kelompok seperti ISIS, Boko Haram, Al Shabab, Al-Qaeda dan Taliban, melakukan tindakan yang melanggar prinsip-prinsip Islam dan bahkan mengancam kelangsungan hidup beberapa negara anggota OKI, ujar Iyad.
"Tapi kita harus melihat lebih dari sekedar paradigma keamanan dalam upaya kami untuk memerangi terorisme dan ekstremisme. Solusi jangka panjang yang berkelanjutan membutuhkan keterlibatan masyarakat sipil yang kuat, memanfaatkan tokoh dan pemimpin agama mengatasi tantangan sosial-ekonomi seperti pengangguran yang perekrut ekstrimis mengeksploitasi. "
Para pemimpin Arab hanya bisa bicara 'terorisme dan ekstrimisme' mereka ini mirip burung 'beo' yang sudah fasih menirukan suara 'majikannya', yaitu Amerika Serikat, yang menjadi 'proxy' (tangan) Yahudi dan Nasrani. Mereka berlaku keras terhadap sesama orang Mukmin. Tapi, bersikap lemah lembut terhadap kafir musyrik. Maka mereka tidak memiliki 'izzah' (kemuliaan).
Mereka membisu seribu bahasa terhadap kekejaman Amerika di Irak. Mereka membisu terhadap kekejaman Zionis-Israel yang sudah meluluh-lantkan Gaza dan bangsa Palestina. Mereka tidak ada sedikitnya belas-kasihannya terhadap bangsa Palestina, dibiarkan dihancurkan oleh Zionis. Menghadapi Zionis-Israel, mereka semua bungkam, dan seperti ayam yang teler 'makan' karet, tak mampu bersuasa apapun.
Mereka berdiam diri terhadap kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh penjahat kemanusiaan yang terkutuk yaitu rezim junta militer Mesir yang dipimpin Marsekal al-Sisi. Mereka tidak berani terbuka menyatakan perang terhadap Syi'ah yang nyata-nyata sudah memerangi Muslim Sunni.
Mereka berdiam diri terhadap kejahatan rezim penindas Myanmar. Lalu, apa gunanya mereka bicara tentang teroris dan ekstrimis, kalau hanya untuk memerangi sesama Mukmin? Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!