Kamis, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Mei 2015 06:39 wib
8.193 views
Hukuman Mati Terhadap Mursi Akan Menciptakan Kekacauan di Dunia Arab
ANKARA (voa-islam.com) - "Tidak mungkin sebuah negara yang percaya demokrasi menerima hukuman mati terhadap Presiden Mesir Mohamad Mursi", tegas Presiden Turki, saat berada di Bosnia-Herzegovina, Rabu, 20/5/2015.
Dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Bosnia, Mladen Ivanic, Recep Tayyip Erdogan mengatakan: "Hal ini tidak mungkin bagi kita yang percaya pada demokrasi menerima kudeta tersebut", tambahnya.
Presiden Erdogan dan rakyat Turki secara tegas tetap membela dan mendukung Presiden Mohammad Mursi. Turki juga menarik Duta Besarnya, sejak terjadinya kudeta oleh rezim militer di bawah al-Sisi. Erdogan menolak mengakui al-Sisi sebagai presiden Mesir.
Saat pengadilan Mesir menjatuhkan hukuman mati terhadap Mohamad Mursi, ratusan ribu rakyat Turki, di Istambul dan ibukota Ankara, melangsungkan aksi demonstrasis menentang keputusan pengadilan Mesir. Ini merupakan wujud komitmen Turki terhadap kebebasan dan keadilan yang diyakini oleh seluruh bangsa Turki.
Erdogan dan Mursi telah bertemu di Istambul sebelum dijatuhkan oleh junta militer. Mursi dan Erdogan memiliki kesamaan ideologi, dan visi dalam membangun dunia Islam. Turki sekarang menjadi penjuru bagi dunia Islam dengan kekuatan ekonominya.
Dalam satu dekade Erdogan telah mengubah seluruh kehidupan rakyat Turki, dan lebih makmur. Ini tidak pernah terjadi dalam sejarah Turki, selama berada di tangan penguasa-penguasa sekuler, sejak zamannya Kemal Atturk.
Uni Eropa, Amerika, Amnesty Internasional, Sekjen PBB Ban Ki-moon, Jerman, dan sejumlah negara, mengecam keputusan pengadilan Mesir yang menjatuhkan hukuman mati terhadap Mursi.
Dibagian lain, kelompok Mujahidin di Sinai, menyerukan perlawanan dan menyerang hakim-hakim yang telah menjatuhkan vonis hukuman mati terhadap Mursi. Kelompok Mujahidin di Sinai mengutuk keputusan pengadilan Mesir, sebagai kejahatan terhadap pemimpin yang sah.
Dibagian lain, seorang tokoh Ikhwan, DR.Muin Abdul Futuh, yang pernah menjadi calon presiden dalam pemilu di Mesir, mengatakan akan terjadi kekacauan yang sangat hebat di seluruh Timur Tengah dan dunia Arab, bila pemerintah al-Sisi melanjutkan keputusan menghukum mati Mursi.
Selanjutnya secara jelas Erdogan menegaskan, "Saya secara konsisten mengatakan bahwa masyarakat internasional tidak pernah menerima Sisi sebagai presiden. Hari ini, saya juga mengatakan hal yang sama. Bagi saya, presiden Mesir bukan al-Sisi, tapi masih Mursi," ucapnya.
Turki sedikit negara secara terbuka menentang kudeta militer oleh tentara Mesir - yang menempatkan Abdel Fattah al-Sisi sebagai presiden". Erdogan, mengatakan "kudeta militer" sebagai tindakan yang harus dikutuk, dan menyerukan dunia Barat mengambil sikap terhadap keputusan pengadilan Kairo, kata Erdogan.
"Jika anda demokrat dan percaya demokrasi, mengapa anda tidak mengatakan sesuatu tentang hukuman mati ini?", tanya Erdogan.
Turki memulai langkah-langkah menentang keputusan pengadilan Mesir, melalui mekanisme organisasi internasional berkaitan dengan hukuman mati Mursi itu. Turki akan melakukan koordinasi dengan Arab Saudi, Qatar, dan Tunisia membatalkan hukuman mati terhadap Mursi.
"Sama seperti kita akan mengambil langkah-langkah di PBB, kami juga akan mengikuti langkah-langkah di forum internasional," tambah Erdogan. Uni Eropa menyerukan pengadilan Mesir memberikan Mursi dan lebih dari 100 pendukungnya 'keadilan yang adil".
Mesir akan terjerumus kekacauan yang hebat, dan bahkan masuk dalam perang 'sipil', jika hukuman mati tetap diberlakukan oleh rezim al-Sisi. Kalangan-kalangan penentang al-Sisi, nampaknya sudah sangat muak dengan tindakan junta militer Mesir. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!