Senin, 14 Jumadil Akhir 1446 H / 11 Agutus 2014 07:53 wib
13.858 views
Selama 40 Tahun Erdogan Membangun Karir Politiknya di Turki
ISTAMBUL (voa-islam.com) - Recep Tayyib Erdogan meniti karir politiknya dengan rentang waktu panjang. Dia bukan tokoh atau pemimpin kacangan atau ‘abal-abal’ yang dibentuk oleh rekayasa media massa. Erdogan memahami kehidupan rakyat Turki dari waktu ke waktu.
Dia bekerja, beramal secara jujur, sepenuh hati, ikhlas, dan semuanya perjuangan hidupnya diorientasikan kepada kepentingan negaranya, bangsanya, dan rakyatnya.
Ketika merengkuh kekuasaan, bukan semata-mata ingin mendapatkan kenikmatan dunia, berupa harta, jabatan, kekuasaan, atau kemegahan. Erdogan bekerja dengan sungguh-sungguh, memiliki visi yang jelas, dan ingin mengembalikan kejayaan Turki seperti di zaman Ottoman.
Tokoh atau pemimpin Turki yang sekarang berusia 60 tahun itu, mulai karir politiknya dari bawah. Berjuang dengan ‘ruh’ Islam, sekalipun dia hidup di negeri sekuler. Erdogan membawa Turki menjadi negara yang bermartabat, terhormat, dan membuat Turki sejajar dengan negara-negara Uni Eropa, dan Barat.
Prestasi Erdogan ini belum pernah dicapai oleh pemimpin Turki sebelumnya. Sejak zamannya Kemal Ataturk. Para pemimpin sekuler silih-berganti, tapi hanya membawa kehidupan rakyat Turki lebih terpuruk secara ekonomi dan politik.
Erdogan mengangkat Turki menjadi negara besar, bukan hanya karena kemampuan ekonominya yang terus tumbuh, tapi sosok pribadi Erdogan disegani diantara para tokoh dunia.
Dia terpandang, dan bisa duduk sejajar dengan Obama, David Cameron, Angela Merkel, Hollande, Vladimir Putin, dan pemimpin Turki itu berani bicara keras dan mengkritik Presiden Israel, Shimon Peres, saat berlangsung pertemuan ‘Forum Ekonomi Global’ di Davos (Swiss), karena negeri Zionis itu, melakukan invasi militer ke Gaza, tahun 2008.
Erdogan meninggalkan pertemuan ‘Forum Ekonomi Global’, sesudah mengkritik Shimon Peres, dan kembali ke negaranya, dan disambut di bandara Istambul, sebagai pahlawan oleh rakyatnya.
Rakyat Turki memberikan penghormatan kepada Erdogan atas keberaniannya mengkritik pemimpin negara Zionis, di forum paling terhormat ‘Forum Ekonom Global’, dan Erdogan tidak takut kehilangan kekuaasaannya dengan sikapnya yang tegas terhadap penjajah Yahudi itu.
Sekarang, Erdogan mulai menjabat sebagai presiden yang terpilih secara demokratis pertama Turki dengan dukungan suara mayoritas rakyatnya. Recep Tayyip Erdogan, memulai karir politiknya sekitar 40 tahun yang lalu, mulai dari tingkat terendah. Dia benar-benar tokoh yang matang dengan berbagai pengalaman, termasuk pasang dan surut - termasuk kehidupannya, bahkan Erdogan pernah di penjara pada tahun 1999 .
Boleh dikatakan Recep Tayyip Erdogan, tokoh politik yang dominan Turki, selama satu dekade terakhir ini, dan memenangkan pemilihan presiden, seperti prediksi hasil survei pra-pemilu yang lalu. Tokoh yang sekarang menjadi tumpuan rakyat Turki, memang dicintai rakyatnya, berkat tetesan keringatnya yang terus-menerus memperjuangkan kemajuan Turki.
Selama sebelas tahun menjadi perdana menteri, Turkki menjadi negara yang maju secara ekonomi, dan mengungguli beberapa negara di Uni Eropa. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya, di masa pemerntahan partai-partai sekuler Turki. Erdogan berjanji mengubah Turki dari sistem parlementer kepada pemerintah presidensiil yang lebih kuat.
Oleh karena itu, pemilu kali ini dipandang sebagai keputusan penting, posisinya sebagai perdana menteri, tetapi pemilu kali ini, sekaligus sebagai referendum terhadap perubahan sistem politik di Turki.
Karir politik Erdogan dimulai tahun 1976. Ketika ia mencalonkan diri sebagai ketua Pemuda Nasional cabang Istanbul, dari Partai Keselamatan (Salvaation Party), yang dipimpin oleh Prof. Nicmetin Erbakan. Erdogan adalah murid Erbakan.
Kemudian Erdogan melanjutkan perjuangan politiknya, sesudah Partai Keselamatan di kudeta militer tahun 1980. Kudeta militer yang memberangus Partai Keselamatan (Salvation Party), dan kemudian partai itu dilarang, karena dianggap ingin menegakkan nilai-nilai Islam di Turki yang bertentangan dengan sekulerisme.
Erdogan kembali ke kancah politik pada tahun 1983, dan mendirikan Partai Kesejahteraan (Refah Party), dan mengantarkannya menjadi walikota Istanbul, pusat ekonomi, budaya, dan sosial terbesar di Turki, dan berlangsung hingga 1998.
Banyak perubahan selama Erdogan menjadi walikota Istanbul. Penghijauan, pembangunan lingkungan, pembangunan perumahan, sanitasi, penataan kembali kota Istambul. Istambul sangat berubah sejak Erdogan menjabat walikota, dan berstandar Eropa.
Erdogan, seorang walikota yang populer dan sukses, dia berhasil mengakhiri masalah-masalah kronis dan akut kota Istanbul, seperti kekurangan air, polusi, lingkungan, perumahan, dan kekacauan lalu lintas. Tapi masa jabatannya berakhir, ketika ia dijatuhi hukuman penjara, usai membaca puisi, yang menggambarkan pandangan ke-Islamananya, di sebuah acara di provinsi Siirt tenggara. Erdogan berada di balik jeruji besi selama empat bulan.
Pada tahun 2001, Erdogan menjadi salah satu pendiri Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP Party), yang sekarang berkuasa, dan dikenal dengan Partai AKP. Partai Keadilan (AKP), berdiri sesudah Partai Refah dibubarkan, saat berkuasa, karena di tuduh ingin membangun Islam. Tokohnya almarhum Prof. Nicmetin Erbakan dipenjara, dan dilarang berpolitik.
Partai AKP jelamaan Partai Refah itu, mendapatkan sambutan rakyat Turki, dan dukungan terhadap Erdogan sangat kuat, inilah yang mengantarkan dia menjadi perdana menteri pada Maret 2003, dan sejak itu Erdogan terus memimpin Turki, dan berhasil mengubah Turki , dan Turki menjadi kekuatan regional dan global dibidang ekonomi dan politik.
Berturut-turut, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) menjadi pemenang tiga kali pemilihan umum, dan suara AKP terus meningkat setiap kali pemilu antara tahun 2002, 2007 dan 2011. Kemenangan AKP Partai ini semata-mata, hanya keberadaan Partai AKP, sangat dirasakan manfaatnya bagi rakyat Turki.
Selama berkuasa hampir dua belas tahun Partai AKP telah melakukan perubahan besar-besaran, termasuk adanya kebebasan, di mana dibolehkannya para pelajar dan mahasiswa di universitas Turki menggunakan jilbab.Jilbab tidak menjadi tabu di Turki. Lembaga-lembaga publik dibangun dan penduduk Kurdi memperoleh kebebasan menggunakan bahasa ibunya.
Erdogan mengakhiri kampanye melawan terorisme terhadap Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang sudah berlangsung selama 40 tahun. Erdogan mengakhiri konflik dengan PKK, akhir tahun 2012, dan ini merupakan hasil yang paling sukses dari AKP Party, dan Erdogan dikenal sebagai pemimpin yang mengutamakan, "proses solusi" yang dilakukan dengan para tokoh PKK yang berada di penjara, seperti Masud Barzani.
Erdogan menjadi presiden baru Turki, dan berjanji membawa negaranya kepada visi 2030, sebagai kekuatan ekonomi global, setara dengan negara-negara Eropa dan Barat, dan mengembalikan kejayaan Turki seperti di zaman Turki Ottoman. Wallahu’alam. *mashadi
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!