Rabu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 3 Juli 2013 08:58 wib
27.074 views
Belajarlah Dari Jamaah Ikhwanul Muslimin Mesir
Cairo (voa-islam.com) Jamaah Ikwanul Muslimin Mesir menghadapi hari-hari paling bersejarah. Gerakan yang didirikan oleh Hasan al-Banna tahun 1928 itu, bukan hanya sekarang bertarung melawan kekuatan sekuler, liberal, dan nasionalis. Tetapi sudah sejak Jamaah Ikhwanul Muslimin lahir, sudah harus berhadapan dengan segala kekuatan anti Islam di Mesir.
Gerakan Ikhwan di Mesir itu, sudah kenyang menghadapi berbagai makar yang keji dan pengkhianatan dari kekuatan sekuler, liberal, dan nasionalis. Sejak zamannya Raja Farouk, Jenderal Mohamad Najib, Jenderal Gamal Abdul Nasser, Marsekal Anwar Sadat, sampai terakhir dengan Marsekal Hosni Mubarak dan Marsekal Ahmed Safiq.
Gerakan yang digagas oleh Hasan al-Banna itu, bukan hanya menghadapi penguasa-penguasa zalim Mesir, dan hakekatnya menjadi boneka "puppet" dari rezim Zionis Israel, juga Amerika Serikat, Eropa, dan Soviet. Tetapi, berulang kali Jamaah Ikhwanul Muslimin, harus pula menghadapi partai-partai sekuler, liberal, dan nasionalis. Seperti Partai Wafd, Partai Nasseris, Partai Sosialis Mesir, dan Partai Komunis Mesir, yang menjadi pendukung rezim-rezim zalim di Mesir.
Sekarang Jamaah Ikhwanul Muslimin harus bertarung melawan kekuatan-kekuatan partai politik sekuler, liberal, dan nasionalis yang dipimpin oleh Mohamad el-Baradei, yang tak lain merupakan "puppet" dari Amerika Serikat dan Zionis-Israel. Mereka membuat gerakan jalanan dan menghancurkan secara brutal terhadap semua yang menjadi simbol Jamaah Ikhwanul Muslimin seperti Kantor Maktabul Irsyad di Cairo, dibakar dan dihancurkan.
Mereka meneriakkan demokrasi, tetapi mereka tidak siap menerima kekalahan, dan tidak mau menerima kekuatan Islam berkuasa, dan mengelola negara secara terbuka. Mereka menggunakan isu ekonomi, dan ingin menjatuhkan Presiden Mohamad Mursi dengan isu ekonomi.
Padahal, Mohamad Mursi baru berkuasa satu tahun. Semantara itu, cadangan devisa negara habis dikuras, saat rezim militer di bawah Hosni Mubarak dan Ahmad Safiq berkuasa. Sebelumnya devisa Mesir sebesar $ 38 miliar dollar, kemudian saat Mursi memegang kekuasaan, hanya tinggal $ 13 miliar dollar!
Faktanya, Presiden Mursi yang merupakan presiden pertama hasil melalui proses demokrasi, dan pemilihan umum, kemudian memenangkan pemilihan, tetapi sekarang ingin dijatuhkan oleh kekuatan sekuler, liberal, dan nasionalis, yang membentuk "Front Nasional" yang dipimpin Mohamad el-Baradei.
Langkah yang dilakukan oleh Mursi dan Jamaah Ikhwanul Muslimin sangat jelas, menata konstitusi Mesir yang lebih menjamin hak-hak dasar rakyat Mesir, serta mengakhiri dominasi militer, yang sudah berkuasa hampir lebih 60 tahun di Mesir. Mursi mengubah konstitusi Mesir, dan menjadikan Syariah Islam, sebagai sumber hukum tertinggi di Mesir. Inilah sebenarnya yang menjadi pangkal sikap kelompok sekuler, liberal, dan nasionalis menolak Mursi dan ingin menjatuhkannya.
Presiden Mursi terus berupaya menstabilkan ekonomi Mesir, akibat salah urus selama puluhan tahun dibawah rezim-rezim militer yang sangat korup. Prestasi yang paling penting dan patut dicatat sejarah, di mana Mursi mengakhiri supremi militer Mesir, yang dalam sejarah Mesir sangat panjang dan selalu mendomasi dan menciptakan kehidupan yang sangat penuh dengan penindasan. Sekarang Mursi ingin dihancurkan oleh kekuatan sekuler, liberal dan nasionalis yang dahulunya menjadi penyokong rezim-rezim yang paling korup di negeri itu.
Sepanjang sejarah Mesir, kekuatan gerakan Islam lah yang paling dizalimi oleh para penguasa dan rezim yang berkuasa di Mesir. Betapa banyaknya tokoh dan anggota Ikhwan yang dipenjara, dihukum mati, digantung dan diusir dari negaranya.
Hal itu tidak pernah dialami oleh para tokoh sekuler, semacam El-Baradei, Amr Mousa (tokoh Koptik) yang diangkat menjadi Menteri Luar Negeri oleh Mubara. Tetapi, mereka sekarang terus berkampanye sebagai kekuatan yang paling berjasa dalam menumbangkan Hosni Mubarak.
Jamaah Ikhwanul Muslimin tidak akan hancur oleh tangan-tangan kekuatan-kekuatan biadab, tidak bertanggung jawab dari kekuatan sekuler, liberal, dan nasionalis. Ikhwan sudah teruji sejak Jamaah itu berdiri di tahun l928. Berbagai makar dan pengkhianatan sudah dilaluinya. Termasuk pendiri Jamaah Ikhwan, Hasan al-Banna tewas dibunuh oleh seorang opsir (tentara) di zaman Farouk.
Jamaah Ikhwanul Muslimin akan tetap hidup dan tegak di tengah-tengah badai politik yang sekarang ini terjadi. Ikhwan dan para pemimpin Ikhwan hanya berkeyakinan bahwa siapa yang menolong agama Allah, pasti Allah akan menolong mereka. Itu sudah menjadi ketentuan Allah Azza Wa Jalla.
Di penghujung abad ini, orang-orang mukmin menyaksikan kehancuran materialisme, sekulerisme, liberalisme dan nasionalisme. Kekalahan Amerika Serikat di Irak, dan Afghanistan dan tempat-tempat lainnya, serta hancurnya kehidupan di Barat, akibat tabiat ideologi materialisme mereka, seperti sekarang hampir seluruh negara Barat mengadopsi perkawaninan "sejenis", ini merupakan tanda-tanda akhir kehidupan mereka.Ekonomi Barat yang sudah bangkrut tidak akan pernah mampu bangkit lagi selamanya.
Diatas segalanya, Mesir dibawah Presiden Mohamad Mursi mempunyai pandangan jelas terhadap Palestina. Mursi dengan sangat eksplisit mendukung kemerdekaan rakyat Palestina. Mursi pula yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Suriah, dan menyerukan jihad melawan rezim Syiah Alawiyyin Bashar al-Assad. Bahkan, Mursi menarik Duta Besar Mesir dari Tel Aviv, dan itu tidak pernah terjadi pada rezim sebelumnya. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!