Senin, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 27 Mei 2013 09:20 wib
37.679 views
Sombong, Berbohong, Menolak Mengakui Kesalahan, Tanda Kehancuran
Jakarta (voa-islam.com) Sikap sombong hanyalah dimiliki iblis. "Abaa wastakbara". Merasa tidak pernah salah. Merasa paling benar. Merasa paling sempurna. Tidak mau menerima kesalahan. Tidak mau bertobat. Mengelak atas kejahatan yang sudah dilakukannya.
Makhluk iblis tidak pernah mau menerima kebenaran. Kebenaran hanyalah ada pada dirinya sendiri. Iblispun tidak mau tunduk perintah Tuhan. Selalu "mbalelo dan ngenyel". Iblis merasa lebih sempurna dan mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Iblis merasa dirinya dibuat dari api. Inilah yang menyebabkan iblis menjadi sombong.
Hari ini begitu banyak iblis berbentuk manusia. Wujudnya manusia. Sejatinya manusia itu iblis. Manusia yang sombong, tidak mau mengakui kesalahannya, terus melawan kebenaran, dan selalu berlaku sombong. Semua kebenaran ditolaknya. Kebenaran hanya berasal dari dirinya sendiri. Inilah tipologi manusia iblis.
Begitu banyaknya tipologi jenis manusia iblis. Sekarang menguasai jagad kehidupan di Indonesia. Semua kebenaran dilawannya. Dengan segala kesombongannya. Manusia iblis ini menjadi sempurna. Dengan kemampuannya berbohong. Memutar-balikan segala fakta yang ada. Membalikan segala kehendak kebenaran yang ada.
Kesesatan menjadi kebenaran. Kebathilan menjadi yang haq. Kekufuran menjadi keimanan. Kemusyrikan menjadi tauhid. Haram menjadi halal.
Inilah pangkal kerusakan yang sifatnya sistemik di Indonesia saat ini. Sekalipun dikatakan negeri ini mayoritas beragama.
Manusia iblis itu gemar berbohong dan tidak memiliki malu. Sedikitpun. Bangga dengan kesalahan dan dosa yang sudah dikerjakannya. Bukan hanya bangga dengan kesalahan dan dosa, tetapi kesalahan dan dosa sudah menjadi keyakinan mereka.
Maka ketika melakukan kesalahan-kesalahan dan dosa, tidak bersedih, merasa malu, dan mengakui kesalahan dan dosa yang dilakukannya, tetapi justru memobilisasi dukungan, dan tetap tidak bergeming.
Manusia-manusia iblis itu, bukannya mereka tidak mengenal agama. Mereka mengenal agama, dan banyak memahami agama, tetapi bukan menjadi sebuah keyakinan, dan diamalkan, tetapi justru digunakan berbuat khianat dan dan memusuhi Allah, Rasul dan Mukmin.
Manusia iblis yang sudah terang-terangan melakukan perbuatan faqisah (dosa besar) berzina, korupsi, memakan uang atau harta haram, menyalahkan gunakan jabatan, serta kekuasaan tak pernah merasa salah. Justru berbangga. Berani melawan terhadap al haq, dan kebenaran yang menjadi keinginan orang-orang Mukmin.
Kecendurangan manusia iblis ini, bila tak dilawan oleh orang-orang mukmin, maka kehidupan akan dikuasai oleh manusia-manusia ilbis, dan akan menghancurkan seluruh kehidupan yang ada. Tanpa batas. Seluruh kehidupan ini akan dikuasai oleh komunitas iblis, yang tak pernah mau mengakui kesalahan dan bertobat.
Sampai-sampai Adam Alaihissalam dan Siti Hawa, dikeluarkan dari surga, akibat bujukan dan tipu daya iblis. Adam Alaihissalam dan Siti Hawa melanggar larangan Allah Ta'ala, memakan buah "quldi". Begitu hebatnya tipu daya iblis, bisa mengalahkan Adam Alaihissalam dan Siti Hawa.
Manusia-manusia yang imannya lemah, sekalipun bergelar ustad,kiai, pemimpin, serta tokoh, yang tidak memiliki lapisan iman yang kokoh dalam hatinya, nasibnya akan sangat mudah digelincirkan oleh iblis. Masuk ke dalam perangkap iblis. Iblis begitu sangat tahu kelemahan manusia, dan Mukmin.
Iblis menggelincirkan musuh-musuhnya terutama makhluk bernama manusia, hanyalah dengan dua sebab, yaitu perut dan kemaluan. Manusia yang menghamba kepada perut dan kemaluan, pasti akan menjadi kawannya iblis, dan pengikut iblis yang setia. Mereka menjadi pejuang yang akan memperjuangkan dan menegakkan keinginan iblis belaka.
Tetapi, Adam Alaihissalam dan Hawa, nasibnya dikembalikan ke surga oleh Allah Azza Wa Jalla, karena bertobat, dan mengakui keselahannya. Tidak berlaku sombong, dan terus melawan kebenaran Allah Azza Wa Jalla. Betapapun telah berbuat salah. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!